Dear Pak Polisi..

Tebakan Firasat Yang Dimaksud



Tebakan Firasat Yang Dimaksud

0Anin menoleh pada Radit.     
0

"Iya pak.. pak itu Wilbert... dia juga ada di sini.. saya takut pak.." ucap Anin.     

"Kita harus berhati-hati nin.. selama dia tidak melihat kamu bersama dengan saya, maka selama itu pula kamu aman.. Hindari dia.. " ucap Radit.     

Anin pun mengangguk.     

"Tetapi tatapan Wilbert begitu tajam tertuju pada suatu objek.." ucap Anin yang mengikuti arah pandang Wilbert.     

"Nin, Hanan juga ada di sini! Ya Allah.." ucap Radit cemas.     

"Astagfirullah.. itu artinya yang ditatap tajam oleh Wilbert adalah pak Hanan... dan itu berbahaya.. saya takut sekali jika Wilbert dendam pada pak Hanan.." ucap Anin cemas.     

"Saya tidak menyangka jika mereka akan hadir dalam acara ini, nin... karena setahu saya, Hanan kan bukan seorang pebisnis.." ucap Radit.     

"Saya juga gak tahu pak kenapa pak Hanan bisa ada di sini juga... tadi ketika di depan, saya seperti melihat mobil pak Hanan... namun saya tepis karena selain bukan hanya pak Hanan yang memiliki mobil seperti itu, pak Hanan yang saya ketahui juga bukan seorang pebisnis tetapi seorang polisi.. tapi bagaimana bisa dia ada di sini??" ucap Anin.     

...     

Hanan dan asistennya lalu mencari tempat lain.     

Ketika dirinya dan asistennya akan berjalan mencari tempat lain untuk duduk dan berbicara, mata Hanan memicing kala melihat Anin bersama dengan Radit. Dan dirinya tak kalah terkejut lagi kala dirinya melihat Arga yang sedang melangkahkan kakinya menuju tempat di mana Anin dan Radit berada saat ini.     

Hanan membulatkan matanya ketika itu juga.     

'Shit!! Bagaimana bisa Anin berada di sini dan dia juga datang bersama dengan Radit?! Shit!! Lupakan hal itu! Tetapi di sana juga ada Arga yang sedang menuju ke arah mereka!! Saya bisa melihat sorot mata tajam penuh amarah pada mata Arga.. apa yang akan dia lakukan pada Anin dan Radit?!' ucap Hanan di dalam hatinya.     

"Sudahkah kau menghubungi yang lainnya untuk segera ke sini??" ucap Hanan dengan ekspresi wajah datarnya.     

"Sudah Mr. Dan mereka sedang dalam perjalanan menuju ke sini.. ada apa, Mr.?" ucap Asisten Hanan.     

"Petaka yang dimaksud oleh Mr. Jack tadi sudah di depan mata!" ucap Hanan yang tak henti menatap pada Anin dan Radit.     

Langkah kaki Arga semakin mendekat ke arah Anin dan Radit dan pada saat itu juga degup jantung Hanan berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.     

"Apa maksud anda bahwa petaka itu adalah tanda bahaya yang akan terjadi pada putra tunggal dari pemilik pesta ini sendiri??" ucap Asisten Hanan.     

Hanan kembali membelalakkan matanya tak percaya mendengar apa yang dikatakan oleh asistennya barusan.     

"Apa?? Apa yang kau maksud bahwa Radit adalah putra dari Sir Ravi??" Ucap Hanan.     

Asistennya pun mengangguk.     

"Iya Mr... Lelaki yang sedang bersama dengan nona di sana adalah putra dari Sir Ravi.." ucap Asisten Hanan.     

"Shit!! Dunia ini benar-benar sempit!" umpat Hanan.     

"Apa maksud anda, Mr.??" ucapnya.     

"Nona yang kau maksud itu adalah kekasihku!! Katakan pada mereka untuk segera datang ke sini karena milikku dalam bahaya!" ucap Hanan.     

"Apa?! Baik Mr. Saya akan segera menghubungi mereka.." ucap Asisten Hanan.     

"Anin!!" ucap Hanan sedikit teriak memanggil nama Anin.     

Mendengar namanya dipanggil, Anin pun menoleh pada sumber suara.     

"Pak Hanan?? Dia sudah melihatku..." gumam Anin.     

"Tenanglah... Bukankah kamu mengatakan bahwa Hanan itu baik?? Berikan dia penjelasan dan semoga saja dia bisa mengerti.." ucap Radit.     

Anin pun mengangguk paham.     

Bertepatan dengan langkah kaki Hanan yang telah tiba pada meja keduanya, bertepatan dengan itu pula, sedikit lagi langkah kaki Arga juga akan tiba pada meja keduanya.     

....     

Wilbert yang sedang sibuk dengan kesibukannya sendiri mendadak berhenti ketika mendengar bahwa seseorang menyebut nama Anin di sana.     

"Anin?? Benarkah jika Anin juga ada di sini?? Apakah Anin yang dipanggil tadi adalah Anindya??" gumam Wilbert.     

Wilbert lalu mengedarkan pandangannya pada seluruh penjuru ruangan.     

....     

"Hanan... saya bisa menjelaskan semua ini.." ucap Radit.     

Ekspresi Hanan benar-benar datar sekali. Anin terus menunduk takut. Di sisi lain, dia takut melihat amarah Hanan yang nantinya akan menyebabkan pertengkaran di antara Hanan dengan Radit.     

Dan di sisi lain, dia juga mencemaskan jika sampai Wilbert mengetahui keberadaannya yang juga berada di sana.     

'Ya Allah ... bagaimana ini?? Bagaimana jika sampai pak Hanan marah dan akhirnya dia bertengkar dengan pak Radit??' ucap Anin di dalam hatinya dengan penuh kecemasan.     

Anin kembali mencemaskan soal keberadaan Wilbert yang juga berada di sana.     

'Astagfirullah.. aku melupakan keberadaan Wilbert yang juga berada di tempat ini.. bagaimana ini??' ucap Anin di dalam hatinya.     

"Anin, Radit... Bukan saatnya untuk menjelaskan saat ini.. Mr. Jack mengatakan bahwa akan ada sesuatu yang sangat menyeramkan terjadi di pesta ini.. dan sesuatu itu akan menjadi berita duka yang sangat mendalam.. Dia meminta saya untuk berhati-hati tadi karena tidak ada yang dapat menghindari bahaya tersebut.." ucap Hanan.     

Amin dan Radit menganga tak percaya.     

"Apa maksud anda??" ucap Radit.     

"Kita harus segera pergi dari tempat ini.. firasat saya semakin tidak enak ketika saya melihat Arga yang hampir sampai di meja ini.." ucap Hanan.     

Anin dan Radit pun membelalakkan mata mereka terkejut.     

"Wilbert juga berada di sini pak.." ucap Anin.     

"Sure.. ini benar-benar berbahaya.. tempat ini tidak aman.. kita harus segera pergi dari sini!" ucap Hanan.     

"Tak akan pernah saya biarkan kalian berdua merebut Anin dari saya!!! Polisi sialan dan dosen brengsek!!" ucap Arga yang kini telah berdiri dengan sangat tegap di belakang kursi Anin, tak lupa dengan senyum miring dan tatapan matanya yang begitu tajam dan menusuk.     

Anin terdiam mematung. Dirinya seperti disihir tak bisa bergerak ke mana pun.     

Raut wajah Anin benar-benar menyiratkan kecemasan.     

"Jika kau menginginkan Anin, maka kau harus siap kehilangan Anin!" ucap Hanan.     

"Apa maksudmu?!" ucap Arga.     

"Kau mencintai Anin, bukan?" ucap Hanan.     

"Pertanyaan bodoh!!" ucap Arga.     

"Jika kau mencintai dia, maka kau tentu harus siap untuk kehilangan dia ketika dia tidak memilihmu! Jangan egois!" ucap Hanan.     

"Tahu apa kau tentang cinta?! Kau ini introvert! Gak akan pernah tahu apa itu cinta!" ucap Arga.     

"Kau terlalu naif, Arga Dirgantara... Kau juga terlalu bodoh karena terus saja mengejar seorang perempuan yang sejak lama telah memutuskan untuk menyelesaikan hubungan denganmu!" ucap Hanan.     

"Omong kosong!! Tidakkah kau memiliki kaca di rumahmu untuk mengaca dirimu?? Bagaimana bisa kau mencintai seorang perempuan yang sudah dimiliki oleh lelaki lain?! Bahkan kau mengajak dia untuk memiliki hubungan denganmu di belakang kekasihnya?! Kau pikir aku tidak mengetahui semua itu?! Aku tahu!!" ucap Arga.     

Deg!!!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.