Dear Pak Polisi..

Pemakaman Radit



Pemakaman Radit

0Kini, Semua pelayat dan orang tua Radit telah hadir di pemakaman untuk ikut menyaksikan dan mendoakan Radit secara langsung di sana, serta mengantarkan Radit untuk yang terakhir kalinya.     
0

Semua orang yang ada di sana menggunakan pakaian serba putih. Dan beberapa di antara mereka ada yang menggunakan kaca mata, termasuk Anin, Hanan, Andre, Alex, Zivan, Devan dan kedua orang tua Radit.     

Anin masih menangis meratapi tubuh Radit yang telah dimasukkan ke dalam liang lahat.     

Hanan memeluk Anin dari samping. Berusaha menahan agar Anin tidak tumbang.     

"Sabar nin... udah.. jangan ditangisi terus.. ikhlasin Radit.. Kita hanya perlu berdoa semoga dia bahagia di sana.." ucap Hanan.     

"Hiks... malam itu adalah benar-benar hari terakhir bagi saya bertemu dengan Pak Radit, pak.. hiks.. sore itu dia mengatakan bahwa permintaan dia untuk membawa saya pergi ke acara perusahaannya adalah permintaan terakhir darinya sebelum kita menikah.. dan ternyata itu benar-benar merupakan permintaan terakhir dari pak Radit untuk saya.. saya gak pernah menyangka bahwa ucapan pak Radit menyimpan pesan-pesan terakhir yang gak saya sadari.." ucap Anin lirih.     

'Jadi ternyata Radit sudah merasa bahwa dia memang benar-benar akan pergi dari dunia ini... Ya Allah.. lapangkanlah kuburnya Radit.. berilah dia tempat yang sebaik-baiknya di sisi-Mu ya Allah... Radit adalah orang yang baik.. terimalah amal ibadahnya ya Allah... Aamiin..' ucap Hanan di dalam hatinya.     

Hanan mengecup puncak kepala Anin dengan sangat dalam.     

.     

.     

"Saya gak menyangka bahwa kak Radit akan pergi secepat ini.. padahal saya baru saja merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang kakak..." ucap Zivan lirih namun masih bisa didengar oleh Devan.     

"Pak Radit meninggal dalam keadaan ditembak... dan penembaknya ternyata adalah mantan kekasih Anin.. lagi dan lagi pak Radit harus menderita karena Anin... mungkin Anin memang bukan yang terbaik untuk saya atau pun pak Radit.. petaka selalu menghampiri ketika siapa pun berniat untuk menyelamatkan Anin dari bahaya.." ucap Devan pelan.     

Zivan sedikit terkejut mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Devan.     

"Bagaimana Dev?? Maka itu artinya kamu mengatakan bahwa Anin adalah pembawa sial??" ucap Zivan.     

Devan mengangguk.     

"Ya sepertinya begitu... buktinya sudah terlihat kok.. semua yang berniat memiliki Anin selalu saja celaka atau dalam bahaya.." ucap Devan.     

"Gak ada manusia yang terlahir sebagai pembawa sial atau pun petaka, Dev.. untuk apa pun yang terjadi saat ini, itu semua sudah takdir.. bukan salah Anin.." ucap Zivan.     

"Ziv.. lihatlah dirimu.. hubungan dirimu dengan kakakmu, Wil.. hubungan kalian menjadi berantakan karena apa?? Karena kamu berusaha membela dan melindungi Anin.. seandainya Anin tidak masuk dalam kehidupan keluarga kalian, mungkin hubungan kamu dengan kakakmu akan baik-baik saja sampai saat ini.. pikirkan.." ucap Devan.     

'Hubungan saya dengan Wilbert memang hancur saat ini.. tapi itu semua adalah takdir.. tak ada yang bisa disalahkan.. bagaimana bisa Devan menjadi berpikiran seperti itu ya??' ucap Zivan di dalam hatinya.     

Radit telah selesai dimakamkan dan kini semua dalam keadaan khusyuk mendoakan kepergian Radit.     

Beberapa detik kemudian.. semuanya selesai. Beberapa pelayat bahkan telah berpulangan dari pemakaman.     

"Semoga dia mendapat tempat terbaik ya di sana.."     

"Iya Aamiin... dia anak baik... semoga Allah menerima amal ibadahnya.."     

.     

.     

"Gue masih gak nyangka Lex kalau Radit akan pergi secepat ini... Yang gue tahu sih.. Radit itu yang paling baik di antara semua yang mencintai Anin selain Hanan.." ucap Andre.     

"Orang baik memang cepat meninggalnya, Ndre.." ucap Alex.     

"Berarti kita semua ini jahat dong Lex.. makanya kita belum meninggal??" ucap Andre.     

"Lo aja yang jahat.. gue sih enggak.. gue tuh anak yang baik hati dan tidak sombeng.." ucap Alex.     

"Idihh gaya lo.. sombong goblok bukan sombeng.." ucap Andre.     

"Hahah itu yang gue maksud tadi wkwk.." ucap Alex.     

"Emang ya kalau udah dasarnya goblok ya goblok.." ucap Andre.     

"Sialan lo.." ucap Alex.     

........     

Ilona bersama dengan Hilda kini telah berada di kantor polisi untuk mengunjungi Arga.     

Mereka sedang duduk di ruang besuk.     

Ketika Arga dibawa ke sana oleh seorang polisi, Hilda langsung berlari memeluk Arga.     

"Ya Allah nak... kenapa kamu bisa sampai dipenjara sih nak?? Kenapa??" ucap Hilda dengan cemas.     

"Ma... maafin Arga ya ma... Arga udah buat malu mama.. maafin Arga ma.." ucap Arga bersujud di kaki Hilda.     

"Ya Allah nak... bangun nak.. bangun... mama percaya sama kamu bahwa bukan kamu pelakunya nak.. ayo nak bangun.." ucap Hilda membawa Arga untuk berdiri.     

Arga pun berdiri.     

"Apa mama benar-benar mempercayai Arga??" ucap Arga.     

Hilda pun mengangguk.     

"Iya nak.. mama mempercayai kamu.. sangat mempercayai kamu.. kita bicarakan ini di sana ya.." ucap Hilda membawa Arga untuk duduk di sana.     

Mereka bertiga pun lalu duduk dengan posisi saling berhadapan.     

"Ga... Gimana ceritanya sih kok lo sampai bisa dituduh membunuh orang dengan cara menembak??" ucap Ilona.     

"Panjang ceritanya .... yang jelas bukan gue pelakunya.. gue merasa bahwa ada yang sengaja menjebak gue di sana... dia ambil kesempatan dalam kesempitan di saat amarah gue sedang memuncak.. sampai-sampai semua orang menuduh gue.." ucap Arga.     

"Apa lo tahu siapa orangnya??" ucap Ilona.     

Arga pun menggeleng.     

"Gue gak tahu... kalau gue tahu, gue gak mungkin dipenjara kayak begini.." ucap Arga.     

"Ya Tuhan... terus gimana dong Ga??" ucap Ilona.     

"Gue bisa keluar dari sini tanpa perlu meminta tolong pada pihak keluarga Radit untuk membebaskan gue.." ucap Arga.     

"Caranya??" ucap Ilona.     

.........     

Anin sedang berjongkok di depan makam Radit. Kini semua pelayat termasuk kedua orang tua Radit telah pulang dari pemakaman.     

Di sana, hanya ada Hanan, Anin, Andre, Alex dan Zivan. Devan?? Dia pulang lebih dulu bersamaan dengan kedua orang tua Radit.     

Anin menaburi gundukan tanah merah itu dengan bunga yang ia bawa pada keranjang.     

Air mata Anin tak kunjung berhenti mengalir.     

"Selamat jalan pak Radit... saya akan selalu mendoakan yang terbaik untuk bapak di sana... terima kasih untuk semua kebaikan yang pernah bapak lakukan untuk saya... Saya akan balas dengan doa-doa baik untuk bapak.. semoga kebahagiaan selalu menyertai bapak di sana.. Aamiin.. Aamiin ya Allah.." ucap Anin.     

Hanan lalu membantu Anin untuk bangkit dari sana.     

"Lebih baik, sekarang kita pulang ya... kondisi kamu benar-benar lemah nin.. kamu perlu istirahat.." ucap Hanan.     

"Iya nin.. wajah kamu sudah pucat sekali... lebih baik kita pulang sekarang ..." ucap Alex.     

"Ziv, kamu pulang ke mana?? Radit telah tiada sekarang..." ucap Andre.     

"Mungkin saya akan menyewa sebuah apartemen.." ucap Zivan.     

"Jangan Ziv... kamu boleh tinggal bersama dengan kami di rumah saya.. bagaimana pun kamu juga telah berjasa untuk saya dan Anin.. ayo kita pulang.." ucap Hanan.     

"Apa gak masalah??" ucap Zivan.     

"Sama sekali enggak.." ucap Hanan.     

............     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.