Dear Pak Polisi..

Unwanted Notification



Unwanted Notification

0"Diam kamu Vio!!!" bentak Rio.     
0

Dena tersenyum miring melihat Rio yang memarahi Vio.     

'Rasain lo Vio.. Kena kan lo.. Senjata makan tuan.. Sakit banget tuh rasanya dibentak oleh Papa sendiri di depan mama tiri wkwk..' batin Dena.     

"PAPA!!! Bisa-bisanya Papa bentak aku hanya karena perempuan ini?!! Aku benci sama Papa!!" ucap Vio dengan air mata yang terus mengalir.     

"Bereskan barang-barang kamu dan pergi dari rumah ini sekarang juga!!! Pergi!!!" bentak Rio pada Vio.     

Vio menggeleng tak percaya.     

"Pa?? Hiks... Papa usir aku dari rumah ini hanya karena perempuan ini Pa?? Papa tega?? Hiks.." ucap Vio.     

Mendengar hal itu, Dena beserta teman-temannya tersenyum miring dan saling pandang.     

'Finally gue bisa menguasai rumah ini tanpa adanya pengganggu lagi di sini..' batin Dena.     

"Pergi sekarang atau saya seret kamu?!" bentak Rio.     

"Oke!! Aku pergi! Semoga mata papa bisa segera melihat siapa yang benar dan siapa yang salah!!" ucap Vio berlari menuju kamarnya untuk membereskan barang-barangnya.     

Di lain sisi, Radit benar-benar tak percaya melihat hal itu. Di mana seorang Ayah kandung yang lebih percaya ke pada istri barunya dari pada anak kandungnya sendiri yang telah lama hidup bersamanya.     

"Gue gak nyangka kalau Papanya Vio bisa setega ini sama Vio.. Gue harus tolongin Vio.. Gue akan tunggu dia di simpang komplek. Iya.. Gue harus cabut sekarang.." gumam Radit lalu segera pergi dari sana.     

.....     

Vio pun menarik kopernya melewati Rio, Dena dan teman-teman Dena begitu saja. Ia benar-benar sakit hati dengan Rio.     

Ia mengusap air matanya dengan kasar sambil berjalan melewati mereka.     

.....     

Radit telah menunggu Vio di simpang komplek.     

Vio terus menangis sambil menarik kopernya di jalan.     

"Hiks.. Kenapa papa tega banget sih??" ucapnya sambil mengusap air matanya yang terus mengalir.     

"Aku harus ke mana?? Hiks... Pak Radit?? Pak Radit kan masih di rumah Papa... Gimana ini..?? Aku harus hubungi pak Radit.." gumam Vio lalu menghubungi Radit.     

"Halo Vi.. Saya tunggu kamu di simpang komplek ya.. Kamu langsung masuk aja ke mobil saya.." ucap Radit.     

"Makasih pak.." ucap Vio nyaris tak terdengar.     

"Sama-sama.." ucap Radit     

Tut.     

Sambungan telepon pun terputus.     

Vio pun mempercepat langkahnya.     

"Terima kasih ya Allah ... Karena Engkau telah mengirimkan pak Radit untuk menolong hamba.." gumam Vio.     

Vio pun sampai pada tempat di mana mobil Radit berhenti.     

Melihat Vio yang membawa koper, Radit pun langsung turun dari mobil. Kondisi Vio benar-benar kacau untuk saat ini.     

"Vi... Sini koper kamu biar saya letak di bagasi.." ucap Radit.     

Vio pun mengangguk pasrah.     

Setelah itu mereka berdua pun memasuki mobil.     

Radit pun melajukan mobilnya.     

"Kamu yang sabar ya... " ucap Radit menenangkan.     

"Saya masih bisa terima pak ketika Papa membela Dena di saat Dena marahi saya karena saya pergi main bareng Anin.. Saya masih bisa terima waktu Papa lebih milih liburan berdua bareng Dena dari pada temenin saya ke makam Mama.. Saya masih bisa terima waktu Papa lebih mementingkan Dena dari pada datang ke sekolah saya di acara perpisahan sekolah.. Saya masih bisa terima ketika papa menomorduakan saya.. Hiks.. Tapi saya gak bisa terima pak.. Hiks.. Ketika Papa dengan tega mengusir aku dari rumah yang sudah jelas-jelas berniat untuk membongkar kejahatan Dena tapi Papa justru lebih percaya dengan Dena dari pada saya dan bahkan papa mengusir saya pak hiks.. " ucap Vio menangis terisak.     

"Vio... Kamu harus sabar.. Kamu gak boleh terus-terusan sedih seperti ini.." ucap Radit menasehati.     

"Saya sakit hati pak!! Di saat Papa saya, papa yang sangat saya sayangi, satu-satunya orang tua yang saya punya justru lebih mempercayai orang lain, orang yang baru dia kenal beberapa bulan terakhir dari pada saya yang sudah dia kenal sejak lahir.. Hiks.. Dengan Papa usir aku dari rumah seperti sekarang, niat busuk Dena menjadi terlaksana pak hiks.." ucap Vio.     

"Tuhan tak pernah memberi cobaan di luar batas kemampuan umatNya. Jika saat ini kamu sedang diuji, itu artinya kamu kuat untuk bisa melewati ujian ini... Di balik musibah, selalu terselip sebuah hikmah.. Jangan putus asa Vi.." ucap Radit.     

Tangis Vio pun sedikit mereda.     

"Bapak benar.. Saya gak seharusnya seperti ini.." ucap Vio.     

Radit pun mengangguk.     

"Saya akan antar kamu ke apartemen saya ya.. Kamu bisa tinggal di sana untuk sementara waktu karena gak mungkin saya bawa kamu ke rumah.. Apa kata mama dan papa saya nanti??" ucap Radit.     

"Iya pak.. Makasih pak.." ucap Vio.     

Radit pun mengangguk.     

.....     

Kini matahari telah bersinar menunjukkan wujudnya pada sisi timur.     

Anin baru saja selesai jogging dan kini ia akan bersiap untuk mandi.     

Namun, saat ia akan mandi, terdengar sebuah notif di handphonenya.     

Tring...     

Anin pun mengambil handphonenya yang berada di atas nakas.     

Ia pun memeriksa notifikasi yang masuk dan ternyata ada sebuah pesan.     

"Assalamualaikum nin.."-Hanan.     

"Pak Hanan?? Tumben.." gumam Anin.     

Ia pun mengayunkan jarinya di atas layar handphone. Ia lalu membalasnya.     

"Waalaikumsalam pak.. Selamat pagi Pak Hanan... Happy Weekend pak... Weekend bapak ngapain??"-Anin.     

Setelah mengirimkan pesan itu sambil senyum-senyum, Anin pun memutuskan untuk mandi.     

.....     

Hanan tersenyum melihat balasan pesan dari Anin.     

"Saya merindukan kamu Anin.. Seandainya saya yang lebih dulu mengenal kamu.. Mungkin kisah kita tak kan serumit ini, nin.." gumam Hanan.     

Ia pun lalu membalas pesan dari Anin.     

"Selamat pagi Anin.. weekend saya hari ini hanya nge-gym.. Semuanya terasa hampa tanpa kamu nin... Bagaimana dengan kamu??"- Hanan.     

Setelah mengirimkan pesan itu, Hanan langsung beralih pada ruang gym yang ada di apartemennya.     

Ia pun memulai olahraganya.     

.....     

Anin telah selesai membersihkan diri. Ia pun menyambar handphonenya yang ada di atas nakas. Membukanya seraya duduk di pinggir tempat tidur.     

Anin tersenyum getir melihat balasan dari Hanan.     

"Saya selalu merasa bersalah setiap kali pak Hanan membahas hal ini.. Ya Allah.. Kenapa rasanya sakit sekali??" gumam Anin.     

Ia pun lalu membalas isi pesan dari Hanan.     

"Maafin saya pak.. Saya harap untuk saat ini kita bisa berteman baik.. Biar Allah yang mengatur semuanya... Saya hanya di rumah saja untuk hari ini pak.."- Anin.     

Setelah membalas pesan itu, Anin lalu berjalan menuju meja riasnya sambil membawa handphonenya dan mulai menggunakan skincare pada wajahnya.     

Tring..     

Saat Anin sedang mengolesi sebuah cream pada sekitar wajahnya, tiba-tiba ada sebuah notifikasi masuk di handphonenya.     

Anin pun dengan cepat melihatnya dan...     

"Saya sudah di depan rumah kamu!! Turun dan temui saya atau saya akan benar-benar marah nin?!!"-Arga.     

"Arga??!!" monolog Anin dengan panik.     

........     

Thank you for reading...     

Please share, subscribe, collection, powerstone, your best review and buy hak istimewa..     

:red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.