Dear Pak Polisi..

Bad News



Bad News

0Kini, mobil ambulance yang membawa Hanan dan saksi dari kecelakaan yang dialami oleh Hanan pun telah tiba di rumah sakit.     
0

Tak lama, Andre pun juga tiba di sana. Kini Brangkar Hanan telah dibawa ke ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat).     

"Ambil kembaliannya.." ucap Andre memberikan uang lima puluh ribu pada tukang ojek tersebut.     

"Gak apa-apa deh walaupun cuma goceng kembaliannya... Alhamdulillah.. disyukurin aja.." monolog tukang ojek online tersebut ketika Andre telah memasuki rumah sakit.     

Andre dengan segera menunggu di depan ruang IGD dengan tiga bungkusan belanjaan yang ia bawa.     

Ia benar-benar gelisah dan bingung pada saat ini.     

"Mas, ini tadi suster menitipkan barang-barang temannya mas ke saya.." ucap saksi tersebut.     

Andre pun menerimanya. Ia meletakkan semua plastik berisi belanjaannya di lantai.     

Andre menyalakan ponsel Hanan dan menemukan ada sepuluh panggilan tak terjawab yang berasal dari Anin.     

"Anindya?? Apa dia adalah perempuan yang dicintai oleh Hanan??" gumam Andre mencoba untuk menerka.     

Ia pun mencoba untuk menghubungi nomor Anin.     

"Lebih baik gue coba untuk menghubunginya aja.." gumam Andre.     

.....     

Anin yang sejak tadi gelisah pun tersentak ketika ponselnya berdering.     

"Pak Hanan..?? Huuuhhh.. alhamdulillah.. akhirnya pak Hanan telepon balik aku.." gumam Anin lalu menerima panggilan dari Hanan.     

"Halo.. Assalamualaikum pak.. bapak di mana?? Bapak gimana keadaannya?? Bapak baik-baik aja kan?? Dari tadi saya gak tahu kenapa perasaan saya terus gelisah mikirin bapak.. Tapi, bapak baik-baik aja kan pak?? Pak?? Bapak kok diem aja?? Bapak masih marah ya sama saya?? Saya minta maaf ya pak.. saya benar-benar gak maksud untuk membuat bapak marah.. pak.. tolong jawab saya.." ucap Anin dari seberang telepon.     

"Hanan kecelakaan.." ucap Andre pada Anin.     

Deg!!!     

Mendengar hal itu, tubuh Anin merosot begitu saja. Ia memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa begitu sesak.     

Nafasnya menggebu-gebu tak beraturan. Jantungnya bahkan berdetak tak beraturan.     

Air mata Anin bahkan mengalir begitu saja membasahi pipinya. Ia menangis dalam diam.     

Kondisinya langsung kacau. Ia terlihat seperti orang yang begitu kebingungan saat ini.     

"Hiks.. Pak Hanan?? Pak Hanan kecelakaan.. Hiks.. hiks.." ucap Anin disertai dengan isak tangisnya. Ia menutup mulutnya tak percaya.     

Memorinya kembali berputar pada kejadian beberapa waktu yang lalu ketika dirinya pertama kali bertemu dengan Hanan di jalanan.     

Tepatnya, ketika dirinya ditilang oleh Hanan.     

#Flashback On     

"Mbak, " panggil polisi itu.     

"Ish!! Jangan panggil mbak pak tua!!" kesal Anin.     

"Astaga. . saya gak tua mbak.. Saya masih muda."     

"Bodo amat gak peduli!"     

"Mbak.."     

"Ish!! Ngapain sih ngikutin gue?!"     

"Mbaknya kepedean.. Saya cuma mau kasih surat tilang ini"     

"Saya gak mau!"     

"Terserah. Mbak gak akan dapet motor mbak kalau gak ada surat ini"     

Anin merengut. Matanya memicing dan melihat name tag polisi itu.     

"Oh nama pak tua Hanan? Ingat ya! Saya akan tandai bapak sebagai polisi paling sombong semuka bumi ini!"     

"Bagus kalau begitu"     

Anin langsung melirik.     

"Eh? Kok bagus?"     

"Itu artinya mbak akan slalu mengingat saya" Hanan tersenyum miring.     

"Idih amit-amit gak sudi..."     

"Hahah... Yaudah nih surat tilangnya mbak"     

"Saya mau ke kampus gimana pak?! Gak ada kasihannya jadi orang! Coba kalau adik bapak yang ada di posisi saya, gimana perasaan bapak?"     

"Saya gak punya adik"     

"Kalau mama bapak yang kayak saya gimana?"     

"Gak punya juga"     

"Au ah bodo!"     

"Hahah... Ok karena saya sedang berbaik hati, mbak boleh ke kampus bareng saya."     

"Ihh ogah amit-amit saya diboncengi polisi terus naik motor polisi. Ogah!"     

"Ayo.. Nanti telat lho"     

"Gak! Mendingan bapak pinjemin saya duit aja.. Biar saya bisa naik ojol"     

"Apa jaminan nya?"     

"Astaga.. Pelit banget... Itu motor saya kan masih di bapak"     

"Gak bisa! Kalau mau ayo saya anter. Kalau gak silahkan jalan kaki"     

Anin langsung menghentak-hentakkan kakinya.     

"Ah! Yaudah! Tapi gratis ya"     

"Gak ada yang gratis mbak..  Siang nanti saat mbak ambil motor mbak, mbak bayar bensin saya ya"     

"Pelit! Yaudah iya buru jalan!"     

Hanan tertawa renyah.     

#Flashback Off     

Anin kembali menempelkan ponselnya ke telinganya.     

"Hiks.. boleh saya tahu bagaimana kondisi pak Hanan sekarang??" ucap Anin dengan isak tangis pada Andre di seberang telepon.     

"Dia sedang diperiksa oleh dokter di ruang IGD.." ucap Andre.     

"Boleh saya tahu di mana posisi kalian sekarang.??" ucap Anin.     

"Kami di Rumah Sakit Sejahtera.. Di Yogyakarta.. Saya bisa mengirimkan ke anda lokasi kami saat ini berada jika anda memang ingin bertemu dengan Hanan.." ucap Andre.     

'Ya.. aku harus bertemu dengan pak Hanan.. sudah cukup lama aku gak ketemu sama dia.. Dan hubungan kami juga kurang baik selama ini.. sepertinya aku memang harus ke sana untuk menemui pak Hanan..' batin Anin.     

"Ya.. saya akan ke sana besok.. tolong kirimi ke saya lokasinya ya pak.." ucap Anin.     

"Baik.. saya tutup ya.. selamat malam.." ucap Andre.     

"Malam.." ucap Anin.     

Tut.     

Sambungan telepon pun terputus.     

...     

Farid pun telah tiba di rumah sakit dan kini dirinya baru saja bertemu dengan Andre.     

"Ndre.. bagaimana keadaan Hanan?? Apa dia baik-baik saja??" ucap Farid.     

"Dokter sedang memeriksanya ndan.. kita tunggu saja.." ucap Andre.     

Farid pun mengangguk.     

"Lalu, di mana saksi yang kamu sampaikan pada saya sewaktu di telepon tadi?" ucap Farid.     

"Ini ndan.." ucap Andre menunjuk saksi tersebut.     

"Oke, kita duduk dulu sebentar di sana.." ucap Farid mengajak mereka berdua untuk ikut duduk di sebuah kursi yang ada di sana.     

Mereka pun duduk di sana lalu mulai membahas soal kronologi kecelakaan Hanan.     

"Boleh saya tahu siapa nama anda?? Atau perkenalkan terlebih dahulu diri anda.." ucap Farid.     

Dia pun mengangguk.     

"Nama saya Dini pak.. saya seorang penjual makanan ringan yang ada di dekat lokasi kejadian dari kecelakaan mas tadi.." ucap Dini, saksi.     

"Oke.. apakah kamu mengetahui seperti apa kronologi kecelakaan Hanan hingga dia bisa mengalami kecelakaan seperti itu??" ucap Farid.     

"Saya melihat itu bukan seperti kecelakaan biasa pak.. Mungkin, orang-orang yang tidak mengetahui kronologinya seperti apa, menganggap bahwa kecelakaan itu adalah kecelakaan tunggal padahal nyatanya, yang saya lihat adalah beliau, si korban dengan sengaja diserempet oleh seorang pengendara mobil yang melaju dari arah belakangnya dengan begitu kencang. Tapi entah bagaimana ceritanya, semua orang bisa-bisanya berasumsi bahwa kecelakaan yang terjadi terhadap beliau adalah kecelakaan tunggal." ucap Dini.     

"Maka itu artinya kecelakaan yang terjadi terhadap Hanan adalah murni atas perbuatan seseorang??" ucap Andre.     

Dini pun mengangguk.     

"Kemungkinan iya pak.. karena saya melihatnya dengan sangat jelas." ucap Dini.     

"Apa kamu mengetahui plat mobil yang dengan sengaja menabrak Hanan dari belakang?" ucap Farid.     

Dini pun menggeleng.     

"Maaf pak.. tapi sayangnya, saya tidak bisa mengetahui plat mobilnya dengan jelas karena kecelakaan tersebut terjadi begitu cepat." ucap Dini.     

............     

Maafkan Typo...     

Thank You for Reading...     

:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.