Dear Pak Polisi..

Moment Haru~ Anin and Hanan



Moment Haru~ Anin and Hanan

0Vio baru saja selesai berbelanja di mall.. Ia pun memasukkan seluruh belanjaannya pada bagasi mobilnya. Setelah itu, ia duduk di kursi pengemudi pada mobilnya.     
0

Ia pun mulai menyalakan mesin mobilnya dan melajukan mobilnya.     

"Huuhhh... enaknya habis belanja...It's how a happy life ..." gumam Vio dengan senyum senang.     

"Setelah ini, gue mau ke mana lagi ya?? Hmmm... Aha.. lebih baik gue ke restoran nya si Dena dan gue kerjain dia setelah itu.." gumam Vio.     

"How a good idea, Vi.." monolog Vio. Ia pun lalu meninggikan keceparan pada mobilnya untuk lebih cepat sampai pada restoran milik Dena.     

.....     

Kini, hanya ada Anin dan Hanan yang berada di dalam ruangan VVIP tempat di mana Hanan dirawat.     

Anin menatap sedih pada tubuh Hanan yang terbaring lemah di sana dengan banyak luka.     

"Dear pak Hanan... mungkin, kesan di antara kita sangat-sangat kurang baik.. Apa lagi mengingat pertemuan terakhir kita pada saat itu, saya begitu menyakiti bapak.. Maafkan saya pak.. maafkan saya karena saya selalu membuat bapak menderita dengan semua ini.." gumam Anin menunduk dengan air mata yang terus mengalir.     

"Hiks... saya ini hanya perempuan yang lemah pak.. saya juga punya batas atas tiap-tiap kesabaran yang ada.. tapi saya enggak tahu kenapa anda begitu sabar menunggu saya yang jelas-jelas belum bisa melepas Arga.. hiks..." ucap Anin menangis terisak.     

Anin menyeka air matanya dengan tangan kanannya.     

Ia menangis terisak tak berani menatap wajah pilu Hanan yang penuh dengan luka.     

"Saya terlalu jahat untuk anda yang sangat baik pak.. Jika pertemuan hari itu hanya menghadirkan luka yang teramat dalam untuk bapak atau pun saya, kenapa Tuhan mempertemukan kita?? Hiks.." ucap Anin lagi dan lagi terisak.     

Perlahan tapi pasti, jari-jemari Hanan bergerak perlahan. Matanya pun perlahan terbuka.     

Tangan kiri Hanan memegangi kepalanya yang terasa sakit.     

Hanan meringis, kesadarannya belum benar-benar utuh.     

"Sa-ya ada di-mana se-karang?" ucap Hanan terbata-bata seraya memegangi kepalanya yang sakit.     

Anin dengan cepat berdiri dari duduknya.     

"Pak Hanan... bapak sedang berada di rumah sakit saat ini.." ucap Anin dengan mata memerah yang penuh dengan air mata.     

Mata Hanan belum bisa melihat dengan jelas wajah Anin, hingga beberapa detik kemudian, matanya benar-benar bisa melihat dengan jelas wajah Anin di depannya.     

"Anindya??" ucap Hanan melepas tangannya yang memegangi kepalanya.     

Anin pun mengangguk. Ia tersenyum dengan luka yang tersimpan.     

"Iya pak.. ini saya.. Anin.." ucap Anindya.     

"Enggak.. saya pasti sedang bermimpi saat ini.. tidak mungkin kamu ada di sini sekarang.. Ya Allah.. tolong jangan buat saya terus berhalusinasi seperti ini.." gumam Hanan.     

"Pak...bapak tidak sedang berhalusinasi saat ini... Saya benar-benar ada di sini sekarang pak... Saya datang ke sini ketika saya mendapat kabar bahwa ternyata bapak mengalami kecelakaan.." ucap Anin.     

Mata Hanan pun berkaca-kaca menatap sosok gadis yang sangat ia rindukan dan cintai itu.     

"Benarkah ini kamu nin??" ucap Hanan.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya pak.. ini saya.. maafkan saya pak.. karena saya selalu menggoreskan luka di hati bapak dan membuat bapak menderita seperti ini.." ucap Anin menangis.     

Hanan menggeleng lemah.     

"Kamu gak salah Anin.. Bagaimana pun kamu juga masih memiliki tanggung jawab atas Arga... Tolong, jangan buang-buang air mata kamu hanya untuk hal ini.. air mata kamu terlalu berharga untuk saya Anin.." ucap Hanan seraya mengusap air mata Anin yang mengalir dengan jari-jemarinya.     

Anin menggeleng.     

"Hiks.. bapak terlalu baik untuk saya yang bahkan selalu menyakiti bapak.." ucap Anin.     

"Kamu terlalu sempurna untuk saya yang serba kekurangan Anin.." ucap Hanan.     

Anin menggeleng.     

"Bapak jangan bicara seperti itu... Di dunia ini, gak ada manusia yang sempurna pak.." ucap Anin.     

"Tapi kamu sempurna di mata saya, Anin.." ucap Hanan.     

Anin terharu. Ia benar-benar terharu mendengar pernyataan Hanan barusan.     

"Maafin saya pak.. Karena sampai detik ini, saya masih belum bisa melepaskan Arga.." ucap Anin.     

"Sudah saya katakan tolong jangan menangis, Anin.. Saya benci melihat air mata kamu keluar hanya karena saya.. Tolong jangan buang-buang air mata kamu yang sangat berharga itu.. Saya tidak suka jika kamu menangis ketika kamu berada di sisi saya.. karena saya hanya ingin melihat senyum kamu ketika kamu berada di dekat saya.." ucap Hanan.     

Anin semakin merasa bersalah.     

"Kenapa bapak bisa sebaik ini sama saya yang sudah jelas-jelas selalu membuat hati bapak sakit dan menderita?" ucap Anin.     

"Karena saya mencintai kamu, Anin.. Cinta itu butuh pengorbanan.. Rasa sakit ini gak akan ada apa-apanya dibandingkan dengan rasa bahagia yang akan kita capai suatu hari nanti atas izin Allah.." ucap Hanan.     

Tanpa mereka berdua sadari, sejak tadi ada seseorang yang terus mengamati pergerakan mereka dan interaksi mereka.     

.     

.     

Di lain sisi, Andre yang merasa gelisah pun akhirnya bangkit dari duduknya.     

"Semoga Hanan bisa segera sadar deh.. Anin ngomongin apa aja ya di dalam?" gumam Andre.     

"Gue penasaran.. gue coba lihat deh.." gumam Andre lalu mengintip Hanan dan Anin yang berada di dalam ruangan melalui celah dari pintu yang sedikit terbuka.     

Andre tersenyum melihat Hanan yang telah sadar.     

"Alhamdulillah deh nan kalau lo sudah sadar.. semoga dengan adanya Anin di sisi lo, lo bisa segera sembuh ya nan.." gumam Andre.     

"Gue harap.. kebahagiaan selalu menyelimuti kalian... Aamiin .." gumam Andre. Lalu Andre pun kembali duduk di kursi.     

.     

.     

Di lain sisi, Anin dan Hanan pun saling menatap haru.     

"Terima kasih pak.. karena bapak telah hadir dalam hidup saya sebagai orang terbaik yang pernah saya temui.. saya harap sampai kapan pun nanti, semuanya masih tetap sama ya pak.." ucap Anin.     

Hanan pun mengangguk.     

"Tapi saya ingin satu yang berbeda.." ucap Hanan.     

Anin mengernyitkan keningnya bingung.     

"Apa itu pak??" ucap Anin.     

"Status kamu dengan Arga... Saya harap suatu hari nanti, kamu yang kini berstatus sebagai kekasih Arga.. nantinya menjadi berstatus sebagai istri saya.." ucap Hanan.     

Blush....     

Mendengar pernyataan Hanan barusan, membuat pipi Anin langsung blushing.     

Anin menelan salivanya sendiri dengan susah payah.     

"Anin.. pipi kamu merah.. kayak tomat.." ucap Hanan tertawa renyah.     

Anin pun memegangi kedua pipinya dengan rasa malu.     

"Kamu blushing ya??" ucap Hanan tersenyum.     

"E-enggak.. ihhh bapak sok tahu deh.." ucap Anin.     

"Iya.. kamu blushing itu.. jangan bohongi saya nin.." ucap Hanan.     

"Si-siapa yang bohongin bapak sih??" ucap Anin gugup.     

"Maka itu artinya saya benar dong bahwa kamu blushing??" ucap Hanan.     

"Ihhh enggak ... bapak apaan sih??" ucap Anin tersipu malu.     

"Malu-malu tapi mau kulihat sayang tampak jelas di matamu wkwk..." ucap Hanan.     

................     

Maafkan Typo....     

Thank You for Reading...     

:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.