Dear Pak Polisi..

Perjuangan



Perjuangan

0Anin telah tiba di kantor. Ia segera melangkahkan kaki di koridor dan segera memasuki lift pimpinan untuk menuju lantai teratas dari kantor ini, di mana di sana terdapat ruangan dirinya dan juga Rafka.     
0

...     

Anin telah tiba pada lantai teratas kantor ini, segera ia melangkahkan kakinya menuju ruangan dirinya dengan Rafka yang disatukan atau menjadi satu.     

Tok Tok Tok...     

Anin mengetuk pintu ruangan sebelum akhirnya ia masuk ke dalam ruangan tersebut.     

Ketika dirinya masuk ke dalam ruangan tersebut, dirinya sedikit mengamati wajah Rafka yang tak berpaling dari dokumen di drpannya.     

Rafka membaca isi dokumen tersebut dengan sabar dan teliti.     

"Baca dokumen apa bang??" tanya Anin menghampiri meja Rafka.     

"Launching next product.." ucap Rafka tetap pada fokusnya dengan dokumen tersebut.     

"Sudah sampai pada tahap mana bang??" ucap Anin.     

"Tahap rencana pelaksanaan.." ucap Rafka.     

"Lho.. secepat itu..?? Tahap pengurutannya gimana?? Terus tahap evaluasinya sendiri seperti apa??" ucap Anin.     

Rafka menghembuskan nafasnya berat. Ia lalu menoleh pada Anin.     

"Semuanya sudah beres sayang... ini kita tinggal di tahap rencana pelaksanaan lalu menuju ke tahap akhir yaitu tahap pelaksanaan... untuk tahap Evaluasi, abang udah lakukan beberapa hari yang lalu... Tahap pengurutan juga udah.. pokoknya dari enam tahap itu, abang sudah masuk pada tahap yang kelima.." ucap Rafka.     

"Itu artinya dalam waktu dekat, produk ini akan segera dilaunchingkan??" ucap Anin.     

Rafka pun mengangguk.     

"Boleh aku lihat dokumen-dokumen nya?" ucap Anin.     

Rafka pun mengangguk lalu bangkit berdiri dari duduknya dan mengambil dokumen penting pada lemari di belakangnya.     

Ia pun memberikan sebuah map berwarna hijau tersebut kepada Anin.     

"Kamu bisa baca dan pelajari... biar abang selesaikan tahap rencana pelaksanaan nya dahulu.." ucap Rafka.     

Anin pun mengangguk. Ia menerima map tersebut.     

"Jadi dalam waktu seminggu ini, kita sudah akan melaunchingkan dua produk??" ucap Anin.     

"No.. tentu tidak Anin... kita selesaikan dulu yang produk pertama... ketika produk tersebut disambut baik oleh masyarakat, dalam waktu dekat setelahnya kita akan langsung melaunchingkan produk terbaru kita.." ucap Rafka.     

"Pasar tujuan kita gimana??" ucap Anin.     

"Apotek, supermarket dan mungkin juga ke grosir-grosir.." ucap Rafka.     

"Oh gitu.. oke deh... bang, kalau bisa kita juga buat obat untuk menghilangkan jerawat karena banyak banget kan sekarang orang-orang yang kulitnya sensitif dan akhirnya menimbulkan jerawat.." ucap Anin.     

Rafka tersenyum.     

"Iya sayang iya.. on process ya... menjadi pemimpin itu sulit... gak semudah yang kita bayangkan... belum lagi ini perusahaan juga baru diresmikan papa selama sebulan yang lalu.. belum ada pergerakan apapun.. Jadi aku harus benar-benar memulai semuanya dari nol sampai perusahaan ini mempunyai nama yang besar di mata dunia.." ucap Rafka.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya bang.. aamiin... semoga aja bisnis kita ini bisa sukses ya bang.." ucap Anin.     

Rafka pun mengangguk lalu mengaamiinkan.     

"Iya aamiin.." ucap Rafka.     

"Ya udah kalau gitu aku lanjut baca dokumennya ya bang.." ucap Anin.     

Rafka pun mengangguk. Anin lalu bangkit dari duduknya dan pergi menuju meja kerjanya, kemudian duduk di sana mengerjakan pekerjaannya.     

........     

Di lain sisi, seseorang tengah menghubungi seorang melalui telepon genggamnya pada sebuah toilet.     

"Halo... jangan lupakan malam ini lo dan yang lainnya harus membuat dia membusuk di hutan itu selamanya..."     

"...."     

"Bagus... gue akan menambah bonus untuk lo ketika lo berhasil membuat dia benar-benar tidak bisa keluar dari hutan itu.."     

"...."     

Orang tersebut lalu tersenyum miring..     

"Gue tunggu kabar baiknya dari lo.."     

Tut.     

Sambungan telepon pun terputus.     

Orang tersebut lalu memainkan handphonenya seraya diputar-putar dan tersenyum miring.     

"Gue akan membuat hidup lo menderita karena lo sudah berani merebut apa yang seharusnya menjadi milik gue selamanya, Hanan Adyatma Nugroho.." gumam orang tersebut dengan senyum miring.     

........     

Anin membaca berkas tersebut dengan teliti. Setelah bungkam selama beberapa waktu, dirinya pun kembali bersuara.     

"Bang.." panggil Anin pada Rafka namun matanya tetap fokus menatap berkas di atas meja..     

"Hmmm..." sahut Rafka yang juga masih fokus dengan pekerjaannya.     

"Target pasarnya ini kurang deh bang.." ucap Anin seraya mendongakkan kepalanya melihat ke arah Rafka.     

Rafka pun ikut mendongakkan kepalanya sehingga mata mereka saling bertemu.     

"Kurang?? Kurang di bagian mananya nin?" ucap Rafka.     

"Target pasarnya bang... target pasarnya kalau untuk obat jenis ini kan juga bisa ke rumah sakit dan klinik.. kenapa gak dicoba aja??" ucap Anin.     

"Oh iya ya.. abang sampai lupa.. gak kepikiran banget buat ke situ padahal kan yang paling membutuhkan obat itu ya rumah sakit dan klinik.. ya Allah bisa sampai lupa.." ucap Rafka.     

Anin geleng-geleng kepala.     

"Bisa-bisanya lupa... nah papa juga kan lagi pembangunan rumah sakit, makanya kalau bisa kita harus segera menemukan ide-ide lain untuk jenis obat atau produk yang selanjutnya supaya pemasok oba-obatan di rumah sakit papa nanti adalah perusahaan kita." ucap Anin.     

"Iya tentu.. abang juga udah mikirin sampai ke situ.. makanya ini abang fokus banget.." ucap Rafka.     

"Hmm iya iya bang.. berarti nanti ini dokumennya direvisi lagi ya bang.. aku coret ya.. aku buat tambahannya klinik dan rumah sakit." ucap Anin.     

Rafka pun mengangguk.     

"Iya Nin.. nanti kamu periksa aja mana yang typo dan mana yang perlu direvisi ya.. biar abang fokus sama berkas yang ini.." ucap Rafka.     

Anin pun mengangguk. Lalu mereka berkutat pada pekerjaan masing-masing..     

......     

"Ndre, lo merasa gak sih bahwa sejak tadi tuh seperti ada yang sedang mengawasi kita??" ucap Hanan.     

Andre pun mengangguk.     

"Iya nan.. gue ngerasa banget ini... gue yakin kalau yang dari tadi mengawasi kita itu adalah mereka... mereka benar-benar mengawasi pergerakan kita untuk mencegah aksi kita untuk menangkap mereka dan menyudahi aksi mereka.." ucap Andre     

"Iya .. gue juga mikirnya gitu... tapi entah kenapa, gue yakin banget bahwa di balik aksi mereka ini ada penggeraknya.. mereka punya pelindung.. pelindung yang berkuasa... tapi apa pun itu.. gue percaya bahwa pelindung kita jauh lebih berkuasa di atas segalanya.. yaps.... Allah.." ucap Hanan.     

"Iya setuju banget gue sama lo... eh nan, by the way lo udah coba untuk menghubungi Anin atau belum??" ucap Andre.     

"Udah tiga hari gue belum hubungi dia.. susah banget sinyalnya ndre.." ucap Hanan.     

"Ya udah.. lo kirimin pesan aja.. ntar kan kalau sinyalnya sudah membaik, pesan itu bakal terkirim dengan senririnya.." ucap Andre.     

"Eh iyaya.. ya udah deh gue kabarin Anin dulu hehe.." ucap Hanan.     

Andre pun mengangguk.     

Hanan lalu mengambil ponsel di handphonenya dan mengirimkan sebuah pesan kepada nomor Anin.     

[Anin... maaf ya saya tidak bisa menghubungi kamu selama beberapa hari terakhir... sinyal di sini benar-benar buruk... saya selalu kesulitan untuk bisa mengabari kamu.. tapi saya harap kamy bisa mengerti saya.. pesan ini saya kirim pada pukul tiga sore.. tapi saya tidak tahu pada pukul berapa pesan ini akan tiba di nomor kamu karena sulitnya sinyal di sini... I always love you till the end of my life...] Hanan.     

Send.     

Setelah itu, Hanan langsung menyimpan kembali ponselnya ke dalam sakunya.     

.............     

Maafkan Typo..     

Thank You for Reading...     

:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.