Dear Pak Polisi..

Murid Titipan Berhati Malaikat



Murid Titipan Berhati Malaikat

0Anin sedang merebahkan dirinya di tempat tidur. Sejak tadi, ia berusaha keras untuk bisa memejamkan matanya agar dirinya bisa tertidur dan melupakan kecemasannya. Namun, dirinya gagal.     
0

Ia terus berpindah-pindah posisi tidur. Namun ia tetap saja tidak bisa menghilangkan rasa cemas yang ada di dalam pikirannya.     

"Duhhh... ya Allah... kenapa perasaan aku masih aja gak tenang memikirkan pak Hanan ya?? Ada apa ini?? Apa yang sebenarnya pak Hanan lakukan di sana?? Dan dia sebenarnya sedang dinas apa sih?? Kenapa dia mengisyaratkan bahwa dia seolah-olah akan pergi?? Kenapa ya Allah?? Semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya.. Aamiin ya Allah.." gumam Anin.     

Anin pun lalu kembali mulai memejamkan matanya seraya merapalkan doa.     

.......     

"Akh!!!" rintih Hanan.     

"HANAN!!!!" Teriak Andre dengan penuh kecemasan kala sebuah pisau lipat menancap pada betis kaki Hanan.     

Hanan terkulai lemas di rerumputan liar. Ia memegangi kakinya yang tertancap pisau lipat tersebut.     

"Brengsek!!! Kepung mereka!!!" murka Andre.     

Segera Andre berlari ke arah di mana Hanan terkulai.     

Hanan memejamkan matanya seraya menahan rasa sakit yang menjalar di kakinya.     

"Ssssttt.... astaghfirullah..." rintih Hanan.     

"Sony!! Bantuin gue!!" teriak Andre pada Sony yang telah berhasil melumpuhkan lawan.     

"Tapi mereka?" ucap Sony bingung.     

"Biarkan mereka menjadi urusan Jeffry dan yang lainnya!!" ucap Andre.     

Sony pun mengangguk lalu ia pun membantu Andre membawa Hanan untuk keluar dari hutan itu.     

Sementara Jeffry dan anggota lainnya terus melakukan penyerangan dan perlawanan terhadap lawan mereka secara membabi buta.     

.......     

Tiga hari kemudian.....     

Setelah aksi peringkusan para pelaku pengedar, pembeli dan pengguna narkoba tersebut, kini polisi berhasil membawa mereka semua ke dalam sel dan menjadi tahanan seumur hidup dikarenakan mereka tidak hanya melakukan penyalahgunaan narkoba tetapi juga melakukan percobaan pembunuhan terhadap para anggota kepolisian satker intel.     

Para anggota kepolisian yang ikut dalam aksi peringkusan para penjahat obat-obatan itu pun kini sedang berada di dalam sebuah ruangan rapat.     

"Saya sangat bangga dengan aksi dari para anggota kepolisian terkhusus satker intel yang telah berhasil meringkus para pelaku kejahatan narkoba ini... ternyata setelah diselidiki lebih lanjut, mereka juga memiliki sebuah usaha ilegal yang bergerak pada bidang jajanan anak-anak yang ternyata di dalamnya dicampur dengan narkoba sehingga siapa pun anak-anak ataupun orang dewasa yang memakan makanan ringan tersebut akan terus merasa ketagihan memakannya. Hal ini tentu memberi banyak keuntungan kepada pelaku dan memberi dampak kerugian yang besar terhadap para konsumen yang menggunakan. Untuk bisa mematikan, menghancurkan usaha ilegal tersebut, kita harus melakukan penyelidikan lebih lanjut agar pengedaran makanan kemasan tersebut tak lagi kita jumpai di warung-warung atau kalangan masyarakat.." ucap Komandan Farid.     

"Apa kita sudah memiliki jejak titik lokasi dari tempat pembuatan makanan kemasan ilegal tersebut, ndan??" ucap Andre.     

"Untuk saat ini saya belum berhasil menemukan titik terangnya.. namun saya memiliki satu buah ide agar kita bisa dengan mudah menemukan titik terang itu.." ucap Komandan Farid.     

"Apa itu ndan??" ucap Jeffry.     

......     

Anin saat ini sedang mengajar murid-muridnya di dalam kelas. Namun dikarenakan pikiran dan perasaan Anin yang masih tidak tenang memikirkan Hanan, dirinya hanya memberi catatan saja kepada murid-muridnya.     

'Sudah tiga hari yang lalu semenjak pak Hanan terakhir kali menghubungi aku.. tapi hingga detik ini juga, pak Hanan tak kunjung memberi aku kabar atau bahkan sekedar untuk mengirim pesan... apa ini maksud dari obrolan terakhir di malam hari itu yang disampaikan oleh pak Hanan?? Apa itu artinya bahwa pak Hanan sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja?? Ya Allah..' ucap Anin dalam hati.     

Tanpa Anin sadari, Air matanya mengalir begitu saja.     

"Miss... Miss Anin..." ucap salah seorang murid yang menghampiri Anin.     

Anin segera tersadar dari lamunannya soal Hanan.     

"Are you crying??" ucap murid perempuan tersebut.     

Anin yang menyadari bahwa pipinya basah pun segera mengusapnya. Anin langsung menunjukkan senyum. palsu nya terhadap muridnya itu.     

"No.. I'm not crying... miss cuma kelilipan kok tadi.. ada apa sayang??" ucap Anin.     

"Nothing... Saya cuma khawatir sama miss.." ucapnya.     

Segera Anin memeluk murid perempuannya yang masih menduduki bangku kelas tiga sekolah dasar itu.     

"Miss gak apa-apa sayang.. miss baik-baik aja kok.. terima kasih karena kamu telah mencemaskan miss.." ucap Anin.     

Murid perempuan bermata sipit dan berkulit putih serta rambut lurus hitamnya yang selalu digerbang itu pun menunjukkan senyum terbaiknya.     

"Papa bilang sama Aurora.. bahwa kalau orang sedang sedih itu biasanya akan lebih baik suasana hatinya ketika dia diberi hadiah... jadi, kebetulan tadi sebelum berangkat ke kursus, papa beliin Aurora coklat yang banyak banget.. Aurora juga udah berbagi ke Chika.. jadi Aurora mau kasih dua coklat ini buat miss.. supaya miss gak sedih lagi.. terima hadiah dari Aurora ya miss.." ucap Aurora memberikan dua buah coklat itu pada Anin dengan senyum yang mengembang dan menunjukkan puppy eyesnya.     

Anin tersenyum.     

"Ya Allah ra.. kamu imut banget.. miss gemes sekali melihat kamu..." ucap Anin lalu mencubit kedua pipi Aurora yang chubby.     

Aurora tersenyum.     

"Thank you so much miss... terima ya miss hadiah dari Aurora.." ucap Aurora.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya sayang... terima kasih ya... bilang terima kasih juga pada papa kamu ya sayang karena telah mengajari kamu hal seperti ini.." ucap Anin.     

Aurora pun mengangguk.     

"Aurora memang tidak memiliki mama.. tetapi aurora memiliki papa yang sangat mencintai Aurora.. Aurora beruntung sekali punya papa seperti papa Wil.." ucap Aurora menggemaskan.     

Anin lagi dan lagi tersenyum dibuat oleh Aurora.     

"Aurora tidak memiliki ibu?? Ibu Aurora sudah meninggal??" ucap Anin.     

Aurora menggeleng.     

"Kata papa.. Aurora tidak punya ibu .. ibu Aurora tidak meninggal tetapi ibu Aurora memang tidak ada.. Tuhan menitipkan Aurora pada istana papa.. sehingga papa akhirnya merawat Aurora atas kepercayaan dari Tuhan.." ucap Aurora.     

'Apa maksud dari anak ini?? Apa benar jika seperti itu?? Apa yang telah terjadi pada papa dan mamanya sebelumnya?? Ya Allah.. kasihan dia..' ucap Anin dalam hati.     

Anin kembali memeluk Aurora.     

"Aurora bisa anggap miss Anin sebagai mamanya Aurora mulai sekarang..." ucap Anin.     

Aurora segera melerai pelukan itu.     

"Sungguh??" ucap Aurora dengan mata yang berbinar-binar.     

Anin pun tersenyum lalu mengangguk.     

"Iya sayang.." ucap Anin.     

Tring....     

Bel pulang telah berbunyi. Beberapa murid mulai meninggalkan tempat duduknya dan menyalim tangan Anin sebelum akhirnya mereka meninggalkan kelas.     

"Goodbye and see you everybody!!" ucap Anin.     

"See you miss!!" balas murid-murid yang berada di dalam kelas Anin.     

Semua murid sudah keluar dari kelas kecuali Aurora dengan Anin.     

"Kamu pulang dijemput??" ucap Anin.     

Aurora pun mengangguk.     

"Yes miss.. papa yang jemput.." ucap Aurora.     

"Ya udah ayo kita ke lobi bareng.." ucap Anin.     

Aurora pun mengangguk. Anin lalu menggenggam tangan Aurora dan keluar dari kelas.     

.............     

Maafkan Typo...     

Thank You For Reading...     

Pleaase support this novel..     

:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.