Dear Pak Polisi..

Boneka Pelepas Rindu



Boneka Pelepas Rindu

0Anin duduk di sofa kamarnya dengan di depannya tepatnya di atas meja tersebut terdapat sebuah kotak yang berukuran lumayan besar berbentuk persegi.     
0

Anin menatap kotak tersebut lalu pikirannya kembali melayang pada kejadian sebelumnya.     

#Flashback On...     

"Nin, kamu mau melihat coklat-coklat itu dan ingin mengetahui siapa orang yang saya maksud??" ucap Devan.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya kak.." ucap Anin.     

"Ya sudah.. ayo ikut dengan saya ke ruangan saya.." ucap Devan.     

Anin pun mengangguk lalu mereka berdua berjalan menuju ruangan Devan.     

Sesampainya di ruangan Devan, Devan lalu mengambil sebuah kotak yang ia letakkan di dalam lemari nya dan memberikannya pada Anin.     

"Ini adalah coklat yang selama beberapa hari ini diberikan oleh dia.." ucap Devan.     

"Dia siapa kak??" ucap Anin.     

"Aurora... gadis kecil itu.. murid yang sangat menyayangi kamu itu... dia benar-benar menyayangi kamu dan menganggap kamu seperti ibunya sendiri... setiap hari, sepulang kursus, dia selalu menunggu kamu di tempat biasa kamu dan dia menunggu. Dia menunggu seraya memegang dua buah coklat di tangannya... dia benar-benar merindukan kamu..." ucap Devan.     

#Flashback Off..     

Anin tak menyangka, air matanya menetes hanya dengan mengingat kejadian itu.     

Ia segera mengusap air matanya.     

Ia kembali teringat pada Aurora yang langsung memeluknya ketika dia mendapati Anin memasuki kelas.     

Anin tersenyum harus mengingat kejadian itu.     

"Kenapa rasanya aku begitu menyayangi anak itu ya Allah?? Aurora... maafin miss.. semoga miss tidak lagi mengecewakan kamu.." monolog Anin.     

Anin lalu melihat isi kotak tersebut yang ternyata benar-benar penuh terisi dengan coklat.     

"Coklat sebanyak ini... bagaimana mungkin aku bisa menghabisinya?? Hmm mungkin aku bisa mengajak Aurora untuk main ke rumah ini dan menikmati coklat bersama.. aku juga bisa mengolah coklat ini menjadi makanan yang enak sehingga coklatnya juga tidak mubazir.." gumam Anin tersenyum.     

"Sepertinya aku harus mencari resep untuk itu.." gumam Anin.     

........     

Aurora dan Wil telah berhasil membuka kado tersebut dan mendapati isinya yang mana adalah sebuah boneka teddy bear berukuran besar berwarna merah muda.     

Aurora tersenyum melihat boneka tersebut.     

"Do you like it??" tanya Wil pada Aurora.     

Aurora lalu mengangguk dengan penuh semangat.     

"Yes, I like it.. Ini boneka yang paling aku suka dan aku sayangi.." ucap Aurora.     

Wil tersenyum. Ia lalu mengambil sebuah kartu ucapan yang berada di dalam kotak kado tersebut. Ia pun lalu membacanya.     

[Hai anak cantik... Maafin miss ya karena miss sudah lama tidak masuk mengajar.. ini hanya kado sederhana yang miss harap kamu bisa menyukainya... kalau kamu rindu sama miss, kamu boleh peluk boneka ini ya...     

With Love,     

Miss Anin...]     

Wil membacanya dalam hati.     

"Apa itu pa??" ucap Aurora.     

"Greeting card..." ucap Wil.     

"Boleh aku lihat pa??" ucap Aurora.     

Wil pun mengangguk lalu ia pun memberikan greeting card tersebut kepada Aurora. Aurora pun lalu membacanya di dalam hatinya dan tersenyum. Segera Aurora memeluk boneka itu.     

"Ra, boleh papa memeluk boneka itu sebentar saja??" ucap Wil.     

Aurora tersenyum lalu mengangguk dan memberikan boneka tersebut pada Wil. Wil pun lalu memeluknya.     

'Saya merindukan kamu...' ucap Wil dalam hati.     

.......     

Rafka baru saja pulang bekerja. Ia lalu menemui Anin di kamarnya.     

"Anin.." ucap Rafka seraya memasuki kamar Anin.     

"Eh bang.." ucap Anin.     

Rafka lalu berjalan ke arah Anin dan duduk di sofa sebelah Anin.     

"Bagaimana keadaan kamu??" ucap Rafka.     

Anin pun mengangguk.     

"Sudah jauh lebih baik bang.." ucap Anin.     

"Tadi kamu sudah pergi mengajar?" ucap Rafka. Anin pun mengangguk.     

Rafka lalu menoleh pada box berisi coklat tersebut.     

"Apa ini??" ucap Rafka melirik box tersebut.     

"Ah ini coklat pemberian murid aku bang.." ucap Anin.     

Rafka mengernyitkan keningnya seolah bertanya.     

"Dalam rangka apa??" tanya Rafka.     

Anin pun hanya mengendikkan bahunya.     

"Hmm ya sudah.. abang hanya ingin mengajak kamu makan malam di luar malam ini... nanti kamu siap-siap ya.." ucap Rafka.     

Anin langsung menggeleng.     

"Maaf bang.. bukannya aku gak mau atau menolak ajakan abang.. tapi untuk saat ini, aku gak mau ke mamah mana dulu selain mengajar... aku masih perlu waktu untuk menghilangkan semua luka ini.." ucap Anin.     

"Tapi sampai kapan nin?? Sampai kapan kamu akan terus seperti ini??" ucap Rafka.     

"Sampai aku benar-benar bisa melupakan pak Hanan.." ucap Anin.     

"Tapi dia itu sudah mati nin.." ucap Rafka yang sudah mulai tersulut emosi.     

"Mati atau enggaknya dia, gak akan pernah ada yang bisa menggantikan posisi dia di hati aku..." ucap Anin.     

"Lo egois nin!!" murka Rafka lalu pergi meninggalkan kamar Anin. Rafka bahkan membanting pintu kamar Anin.     

"Maafin aku bang.." gumam Anin.     

.....     

"Papa sedang merindukan seseorang??" ucap Aurora menatap Wil yang terlihat seperti sedang merindukan seseorang.     

Wil lalu tersenyum penuh arti.     

"Iya Ra ... papa sedang merindukan seseorang yang akan menjadi ibu kamu nantinya.." ucap Wil.     

"Oh iya? Benarkah?? Siapa pa?? Tetapi.... aku hanya ingin memiliki ibu seperti miss Anin..." ucapan Aurora yang awalnya terlihat bersemangat menjadi lemas ketika dia menginginkan Anin sebagai ibunya.     

Wil menatap Aurora dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan.     

'Papa berjanji sayang... suatu hari nanti, semua akan berubah menjadi lebih baik dari apa yang terjadi sekarang... semua hanya butuh waktu... ya Allah.. tolong mudahkanlah..' ucap Wil dalam hati.     

"In Syaa Allah ..." ucap Wil pada Aurora.     

"Aamiin.." ucap Aurora.     

"Hmm ya sudah... sekarang kamu mandi ya.. lalu tidur dan nanti ketika adzan ashar, kamu harus bangun dan sholat ya nak... papa akan ada pekerjaan di luar.. mungkin besok subuh, papa baru bisa pulang..." ucap Wil.     

Aurora pun mengangguk.     

"Iya pa.. terima kasih karena selama ini papa sudah mau merawat aku dan mencintai aku.." ucap Aurora.     

Wil pun mengangguk seraya mengecup kening Aurora.     

"Sudah tugas papa sayang... papa permisi ya... jangan lupa mandi, makan, tidur, sholat.. oke??" ucap Wil.     

Aurora pun mengangguk dengan semangat.     

"Siap papa!!" ucap Aurora.     

"Papa permisi.." ucap Wil seraya bangkit dari duduknya dan meninggalkan Aurora.     

"Semoga Allah selalu melindungi papa.." gumam Aurora ketika Wil telah keluar dari kamarnya.     

.....     

Wil melangkahkan kakinya menuju halaman rumah. Di sana, para bodyguard nya telah menunggu dirinya.     

"Kita berangkat sekarang!" ucap Wil datar pada beberapa bodyguard nya.     

Mereka pun mengangguk lalu mulai pergi meninggalkan rumah.     

Ketika Wil sedang di dalam mobil, ia teringat akan seseorang yang sangat ia cintai.     

'Suatu hari nanti kita akan kembali bersatu atas izin Allah.. aamiin In Syaa Allah.. semoga kamu masih setia menunggu saya..' ucap Wil dalam hati.     

..............     

Maafkan Typo..     

Thank You For Reading...     

Please support this novel by voting with powerstone, buy privilege, sendiri gift and collection it..     

:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.