Dear Pak Polisi..

Perempuan Ular



Perempuan Ular

0"Argh!!! Kenapa sih Anin tuh susah banget untuk melupakan dia?! Kenapa sih?! Argh!! Apa sih yang spesial dari cowok kayak dia?!" emosi Rafka memberantaki semua barang yang ada di dalam kamarnya.     

"Pokoknya gue harus mencari cara apa pun itu untuk membuat Anin bisa melupakan dia.. harus!!" monolog Rafka.     

....     

"Ga, gue dengar dari berita di sosial media katanya ada salah satu polisi meninggal dunia pada saat bertugas menangkap para pelaku pengedar narkoba di kawasan hutan... lo udah tahu info soal itu gak??" ucap Ilona seraya menghampiri Arga yang sedang berada di dalam ruang kerjanya di rumah.     

Ilona lalu duduk di pucuk meja kerja Arga.     

"Siapa?" ucap Arga.     

"Enesialnya sih HAN ... tapi gue gak tahu siapa.. pihak kepolisian menyembunyikan identitas lengkap polisi yang tewas tersebut atas dasar permintaan dari si polisi yang meninggal itu.." ucap Ilona.     

"Hanan Adyatma Nugroho.." ucap Arga nyaris tak terdengar.     

"Sumpah demi apa?!!! Lo tahu dari mana, Ga??" ucap Ilona terkejut dan spontan turun dari meja tersebut. Kini posisinya adalah berdiri dengan mulut yang sedikit ternganga.     

Arga lalu tersenyum miring.     

'Tanpa gue mengotori tangan gue, ternyata dia sudah mati di tangan yang lain... Gue baru tahu bahwa lo ternyata memiliki banyak musuh ya nan...' ucap Arga dalam hati.     

....     

Aurora terbangun dari tidurnya bertepatan dengan adzan ashar berkumandang. Ia lalu mengambil kartu ucapan dari Anin tadi yang ternyata juga terdapat nomor handphone Anin di sana.     

"Mungkin aku bisa menghubungi miss Anin nanti dengan meminta bantuan pada paman Wil atau mungkin aku besok bisa meminta bantuan papa... Lebih baik sekarang aku mandi dulu..." gumam Aurora lalu menuruni tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.     

...     

Anin saat ini sedang duduk di balkon kamarnya dengan sebuah tab di tangannya. Ia saat ini sedang membuat sebuah materi di sana untuk bahan mengajar nya di kursus.     

Sesekali, Anin berhenti sejenak seraya menikmati jus dan cemilan yang dibawakan oleh bibi.     

Ketika sedang berpikir untuk materi tersebut, Anin tiba-tiba teringat akan Aurora.     

"Aurora sudah membuka kado dari aku atau belum ya?? Hmmm semoga saja dia menyukai kado itu..." gumam Anin tersenyum.     

"Oh iya.. besok kan sabtu.. aku bisa dong ajak Aurora untuk main bareng.. siapa tahu dia mau... sekalian nyenengin dia.. kasihan dia.. dia pasti tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ibu sejak dia lahir.. semoga saja aku bisa membuat dia bisa merasakan kasih sayang seorang ibu.. aamiin ya Allah... eh tapi aku kan gak punya nomor handphone orang tuanya.. hmm aku tunggu aja deh sampai dia menghubungi nomor aku nanti dan sekalian obrolin..." gumam Anin.     

Anin pun lalu lanjut membuat materi pada tabnya.     

...     

Mobil Radit baru saja tiba di halaman rumahnya. Namun ketika Radit baru saja turun dari mobilnya, tiba-tiba ada seseorang yang berteriak memanggil namanya.     

"Pak Radit!!" teriak seseorang.     

Radit dengan posisi sulit pada saat ini yaitu satu tangannya memegang sebuah tas kerja dan jas, sedangkan satu tangan lainnya memegang beberapa lembar map berisi berkas-berkas penting.     

Ia menutup pintu mobilnya perlahan lalu menoleh pada sumber suara yang kini sudah berada tepat di belakangnya.     

"Kamu?! Ngapain lagi kamu ke sini?! Saya sudah tidak memiliki urusan apa pun lagi ya sama kamu!" ucap Radit tidak suka pada lawan bicaranya.     

"Sampai saat ini judul skripsi saya tak kunjung diacc oleh pak Junanda!! Dia terus menolak judul skripsi saya pak!! Bapak harus tanggung jawab!!" ucap Vio.     

"Kamu jangan sembarangan bicara ya?! Kenapa saya yang harus bertanggung jawab atas hal yang sama sekali tidak ada urusannya dengan saya lagi?!" bentak Radit emosi.     

"Tanggung jawab?? Tanggung jawab apa Dit?? Kamu apakan Vio??" ucap Mama Radit yang tiba-tiba berada di antara mereka.     

Deg!!     

"Mama?! Mama kok bisa ada di sini sih??" ucap Radit.     

"Mama sudah ada di rumah sejak pagi tadi.. dan mama keluar rumah karena mama dengar suara berisik di sini.. ada apa ini?? Apa yang sebenarnya terjadi?? Kenapa Vio meminta tanggung jawab sama kamu dan apa maksud dari tanggung jawab yang dia minta??" ucap Mama Radit.     

"Ma... dia itu gila!! Mulai sekarang mama gak usah lagi berurusan sama dia.. aku udah muak sama semua sandiwara dia.. mahasiswi gak tahu diri!" ucap Radit.     

"Apa?? Mahasiswi?? Jadi maksud kamu bahwa Vio adalah mahasiswi kamu?? Bukan kekasih kamu??" ucap Mama Radit.     

"Tante.. hiks... pak Radit.. pak Radit gak mau tanggung jawab atas apa yang telah dia lakukan sama saya.. " ucap Vio bersandiwara.     

"Kamu jangan sembarangan bicara ya!!!" murka Radit dengan emosi.     

"Radit!! Jangan pernah membentak perempuan!!" bentak Dita.     

"Tapi dia keterlaluan ma!! Saya nyesel ya pernah menolong kamu dan membela kamu di depan papa kamu!! saya menyesal!! Seharusnya pada saat itu saya biarkan saja kamu difitnah oleh mama tiri kamu karena kamu memang pantas mendapatkan semua itu!! Pergi kamu dari rumah saya!! Pergi.!!" murka Radit lalu mendoring Vio hingga membuat Vio tersungkur.     

"Hiks.... kenapa bapak tega melakukan semua ini sama saya pak?? Kenapa ?? hiks.." ucap Vio lagi dan lagi dengan sandiwaranya.     

"Radit!! Kenapa kamu seperti ini sih?? Bagaimana pun juga kamu pernah dekat dengan Vio.." ucap Dita.     

"Itu semua hanya kepalsuan ma!! Aku akan beritahu mama siapa kekasih aku yang sebenarnya.. yang sudah tentu jauh lebih baik dari dia!!" ucap Radit.     

"Hiks bapak jahat... bapak ninggalin saya begitu saja setelah bapak sudah mendapat pengganti saya.. kenapa bapak perlakukan saya seperti ini pak?? Bahkan bapak dengan teganya menunda kelulusan kuliah saya hanya karena perempuan itu.. kenapa pak?? Hiks.." ucap Vio dengan sandiwaranya dengan posisi masih tersungkur.     

"Benar itu Radit?! Jawab mama!!" ucap Dita membentak.     

Radit tertawa emosi.     

"Mama percaya sama dia?? Mama lebih percaya dengan wanita ular seperti dia dari pada anak kandung mama sendiri?? Anak yang mama lahirkan dan besarkan ini?? Iya ma?? Mama itu mamanya Radit.. seharusnya mama bisa jauh lebih memahami Radit.. tapi terserah mama.. Radit capek! Radit banyak pekerjaan!! Radit muak dengan semua sandiwara dia!! Kalau mama masih aja menyalahkan Radit, oke terserah! Radit gak akan pernah pulang ke rumah ini lagi!" ucap Radit emosi. Ia mulai membuka pintu mobilnya namun langsung ditahan oleh Dita.     

"Jangan nak.. mama percaya sama kamu.. ayo masuk.." ucap Dita merangkul Radit.     

Radit pun mengangguk.     

"Iya ma.." ucap Radit.     

"Security!! Suruh dia keluar dari rumah ini!!" ucap Dita.     

Security pun datang.     

"Baik bu.." ucap Security itu lalu meminta Vio untuk pergi dari sana.     

'Sialan!! Sekarang gue harus gimana?! Argh!!' umpat Vio di dalam hatinya.     

......     

Maafkan Typo...     

Thank You for Reading...     

Please support this novel....     

:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.