Cinta dari Masa Depan

Apa bedanya antara siang dan malam?



Apa bedanya antara siang dan malam?

0Siang itu ketika Mu Siyin sedang makan siang bersama Shi Beiyu, Mu Heyuan menelpon dan mengatakan bahwa kontraknya sudah dibuat. Kemudian, dia bertanya pada Mu Siyin bagaimana kelanjutan negosiasinya.      
0

Mu Siyin harus terlihat lebih kuat di depan Mu Heyuan, lalu dia berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku di sini, dalam dua hari semuanya akan selesai."      

Mu Heyuan merasa sangat bahagia saat mendengar ini.      

"Baiklah, aku akan membawa kontraknya nanti malam untuk ditandatangani oleh kedua belah pihak, dengan begitu pemindahan saham berhasil."      

"Hm, baiklah."      

Shi Beiyu menatap Mu Siyin yang baru saja menutup telepon dari seberang meja makan sambil bersandar pada kursinya. Suaranya menarik dan nyaman di dengar, "Aku masih belum setuju."      

Mu Siyin yang mendengar ini, berhenti sejenak dan bergumam, "Kamu sudah jelas mendapatkannya, mengapa masih saja sangat serius?"     

Shi Beiyu berdiri dengan anggun dan berjalan mendekati Mu Siyin, lalu memeluk pinggangnya dengan erat dengan pandangan mata yang membara, "Yang aku inginkan adalah setiap hari, di masa depan!"      

Wajah Mu Siyin memerah seperti buah apel yang matang, jantungnya berdebar dengan sangat kencang.     

Shi Beiyu tidak dapat menahan diri untuk menjulurkan jarinya dan mengangkat dagu Mu Siyin yang terus saja menundukkan kepala tanpa berbicara, dia menatapnya seperti seorang mangsa dan berkata dengan suara rendah, "Apa kamu sudah memikirkannya?"      

Mu Siyin menatap mata phoenix-nya yang tidak berdasar, hatinya berdenyut, "Apa aku masih punya pilihan?"      

Ketika dilahirkan kembali, dia pasti sudah mengenalinya.      

Mata Mu Siyin membuat Shi Beiyu berdebar kencang, dia membungkuk sedikit dan langsung menggendongnya!      

Mata Mu Siyin yang sedikit kabur, dia membelalak kaget karena tindakannya sendiri.     

Mu Siyin menggenggam kerah bajunya dan berkata dengan gugup, "Shi Beiyu, apa yang kamu lakukan?"      

Napas Shi Beiyu sedikit tidak beraturan, "Menurutmu?"      

Mu Siyin sedikit panik, "Kamu– sekarang masih siang!"      

Shi Beiyu hanya tersenyum tanpa mengucapkan apapun, dia menggendong Mu Siyin dan berjalan langsung ke kamar utama di lantai dua. Dia menutup pintu, lalu dengan sedikit tidak sabar dia menekannya di panel pintu, suaranya serak, "Siapa yang bilang tidak boleh melakukannya di siang hari?"      

Mu Siyin sangat gugup, jantungnya berdebar dengan kencang.      

Dia hampir tidak ingat saat melakukannya pada malam itu bersamanya, tapi saat ini… dia benar-benar merasa gugup.      

"Kalau begitu, tunggu… saat malam tiba." Dia tersipu dengan wajah yang merah.      

Mata Shi Beiyu berapi-api, dia memeluk pinggangnya dengan erat, mencium telinganya dan berkata dengan serak, "Apa bedanya antara siang dan malam?"      

Seluruh tubuh Mu Siyin dipenuhi dengan aura panasnya yang kuat dan mendominasi, yang membuatnya merasa pusing.     

Sebelum dia menolak, Shi Beiyu lebih dulu membungkam bibirnya.      

Dia menggigit bibirnya dengan liar, membuka paksa barisan giginya dan merampas napasnya. Setelah beberapa saat, dia kembali menciumnya hingga pusing dan tubuhnya menjadi lemas.      

Kesadaran Mu Siyin mulai kabur, dia memeluknya dengan erat untuk menyeimbangkan tubuhnya.     

Keinginan dan harapan dari tubuh Shi Beiyu sepenuhnya bangun. Sepasang tangan besarnya menyelinap masuk ke dalam pakaiannya, membelai punggung putih dan halusnya juga bergerak sembarangan.      

Bibir tipisnya juga tidak sabar untuk turun ke bawah, Shi Beiyu mencium tulang selangka Mu Siyin yang kecil nan indah, dan meninggalkan bekas gigitan yang samar.      

Saraf Mu Siyin menegang, seluruh tubuhnya bergetar, dia merasa malu dan tidak berdaya. Rasa malu dan ketidakberdayaannya ini tidak bisa membuat Shi Beiyu berhenti, dan juga tidak bisa mengendalikan dirinya untuk membawanya berjalan menuju kasur besar itu.     

Mu Siyin memegang kerah pakaian Shi Beiyu dengan erat, hingga membuat kulitnya berwarna merah muda.      

Mata Shi Beiyu menatap Mu Siyin dengan begitu dalam, bahkan lebih dalam daripada menatap bunga itu, dan merasa bahwa pembuluh darah di seluruh tubuhnya akan pecah.     

"Yinyin…" Dia membuat suaranya menjadi serak, dan menekannya ke tempat tidur…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.