Cinta dari Masa Depan

Kamu Mengacak-Acak Kamarku Tapi Masih Tidak Mengaku?



Kamu Mengacak-Acak Kamarku Tapi Masih Tidak Mengaku?

0

Mu Heyuan menjaga wajahnya tetap tenang dan tidak mengatakan apa-apa, tetapi Nyonya besar Mu mendengus dingin, "Saat itu, bukan dia yang memiliki keputusan akhir!"

0

Setelah mendengarkan kata-kata Nyonya besar Mu itu, Li Tongzhi akhirnya melepaskan kegelisahan hatinya, lalu menyanjungnya, "Ibu benar. Ibu adalah yang paling bijaksana!"

Nyonya besar Mu menghela nafas kemudian berdiri dari sofa, "Sudah larut, mari kita semua kembali ke kamar untuk beristirahat."

"Baiklah. Bu, kamu juga istirahatlah lebih awal."

"Hm."

Melihat ini, mata Mu Xingyu memerah karena kebencian!

'Mu Shiyin! Aku akan mengingat semua ini!'

Esoknya, Lu Jingchen sudah pergi ke perusahaan lebih dulu. Mu Siyin mungkin terlalu lelah kemarin, jadi ketika dia membuka matanya, sudah jam sepuluh pagi.

Dia merenggangkan tangannya lalu melihat sinar matahari keemasan yang jatuh dari jendela ke tanah. Sudut bibirnya menunjukkan senyum yang cemerlang. Sebelum dia menjadi buta, dia tidak pernah tahu betapa beruntungnya bisa melihat warna-warna di dunia ini.

Setelah bangun dan mandi, dia pergi ke dapur untuk mencari sesuatu untuk di makan. Setelah itu dia kembali ke rumah keluarga Mu dengan suasana hati yang bahagia.

Keluarga Mu bisa dianggap sebagai keluarga terkemuka di ibu kota. Tempat di mana mereka tinggal adalah di daerah Villa para orang kaya yang terkenal di sebelah barat ibu kota. Semuanya mewah dan indah.

Begitu Mu Siyin sampai di gerbang, dia melihat seorang pelayan yang berdiri di pintu dengan tergesa-gesa berbalik kemudian berlari ke dalam rumah. Seolah-olah dia gugup dan sedang ingin memberitahukan sebuah pesan penting.

Seketika itu dia langsung mengerutkan kening dengan curiga. Dia berhenti selama dua detik sebelum akhirnya bergegas masuk.

Baru saja dia masuk, dua pelayan langsung memblokir jalannya, "Nona kedua, Anda sudah…"

Mu Siyin bahkan tidak menunggu pelayan itu menyelesaikan kalimatnya, dia langsung melewati mereka dengan wajah dingin. Dia mengabaikan Nyonya besar Mu yang sedang duduk di ruang tamu, dan langsung berlari ke lantai dua.

Dia berlari ke pintu kamarnya dengan tenang, lalu melihat Li Tongzhi dan Mu Xingyu, serta dua orang pelayan berlari di kamarnya seperti pencuri. Di belakang mereka, dia bisa melihat semuanya berantakan!

Dia menyipitkan matanya dengan dingin kemudian melangkah maju dengan marah, "Siapa yang menyuruhmu menyentuh barang-barangku!"

Mu Siyin mengeluarkan raungan marah, seketika kedua pelayan itu gemetar ketakutan.

Wajah Li Tongzhi dan Mu Xingyu juga tidak tampak baik. Seolah-olah mereka tidak mengharapkan Mu Sinyin untuk kembali secepat ini.

"Kenapa kamu berteriak begitu keras? Mereka hanya membersihkan kamar untukmu dan membersihkan sampah di kamar. Apa kamu harus bereaksi berlebihan begitu?"

Li Tongzhi berpura-pura tak ada yang terjadi lalu mendengus dengan tangan bersedekap di depan dada.

Ketika Mu Siyin mendengar ini, dia tidak bisa menahan diri untuk mencibir, "Membersihkan kamar? Lalu bibi Li, apa yang kamu dan putri kesayanganmu itu lakukan? Apakah kamu membantu mereka membersihkan kamar?"

Wajah Li Tongzhi dan Mu Xingyu menegang.

Mu Siyin menambahkan, "Aku benar-benar tidak menyangka bibi Li begitu baik? Namun, apakah kamu membantuku membersihkan kamar atau kamu menghancurkan kamarku? Lihat apa yang kamu lakukan dengan rak bukuku! Orang yang tak tahu akan berpikir kamarku dibobol maling!"

Li Tongzhi merasa sedikit bersalah. Tapi saat dia menatap Mu Siyin hanya ada kemarahan yang ada.

"Yinyin, aku juga salah satu Tuan di rumah keluarga Mu. Apa ada tempat di rumah ini yang tidak boleh aku datangi?"

"Selain itu, aku melihat bahwa matahari di luar sedang cerah hari ini, jadi aku menyuruh mereka membantumu mengeluarkan beberapa barang dari kamarmu untuk dijemur, agar tidak berjamur."

Jika saja bukan karena keluarga Mu saat ini bergantung pada Mu Siyin untuk menyelamatkan Grup Mu, Li Tongzhi tak akan ragu untuk mencakar wajahnya yang sangat mirip dengan Lu Shilan itu!

Bibi Li, apa kamu pikir aku seorang idiot? Kamu mengacak-acak kamarku tapi masih tidak mengaku? Keberanianmu bahkan kalah dari seekor kura-kura…" Mereka mengacak-acak kamarnya, pasti karena mencari sertifikat warisan saham.

Suasana segera berubah setelah Mu Shiyin menlontarkan kata-kata ini.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.