Gadis Lugu Liar Galak

MASALAH QI DONGJING



MASALAH QI DONGJING

0Dari sana melayang sebuah awan besar dan tebal, menutupi matahari yang terik. Lu Sheng mengusap keringat yang di atas dahinya dan menunggu jawaban Ye Luo.     
0

"Kata Pemimpin gunung Lu, di daerah kota Yongfu sana, setiap hari di larut malamnya, selalu akan muncul sejenak cahaya yang aneh. Tapi seniorku sudah pergi menyelidiki cahaya tersebut, tidak ada yang aneh Yongfu."     

Begitu Ye Luo selesai mengatakannya, Lu Sheng dan Chu Sihan pun menukar tatapan.     

Sebelumnya kejadian boneka manusia hidup masih berlalu belum lama, kini ada lagi cahaya aneh. Jangan-jangan di daerah sana pernah dikutuk oleh seseorang?     

Atau, Xian Ya dan Xian Jing sebenarnya sudah kembali ke Yongfu, bersedia membangkit kembali dan melanjutkan pembuatan boneka?     

Pantas saja Chunyu Dong akan menyuruh ingyi menjaga di Yongfu, sedangkan Lu Zhou menyuruh Lanyi dan Luyi menjaga di perbatasan kedua kota ini.     

Pasti karena takut Xian Jing dan Xian Ya akan membuat boneka baru lagi.     

Pada saat ini, Yangchengfu.     

Di sebuah halaman rumah yang sepi, terduduk dua orang.     

Satu berpakaian baju warna hitam, satunya lagi berpakaian jubah warna hitam. Topi jubah yang hitam menutupi wajah orang itu secara menyeluruh, membuat orang lain tidak bisa melihat wajahnya.     

Kedua orang ini tidak ada yang berbicara. Orang berbaju hitam berdiri di belakang orang berjubah hitam dengan diam.     

Pada saat ini, pintu halaman terbuka, dan seorang wanita berbaju merah pun berjalan masuk ke dalam. Dia berjalan ke depan orang berjubah hitam dan berlutut dengan satu kaki, dia melapor, "Tuan Di Gui, pemimpin Kong sudah membawa para sesepuh Wufeng dan para Pemimpin gunung mengejar sampai sini."     

Setelah mendengar laporan wanita berbaju merah ini, cangkir yang di hadapan orang berjubah hitam itu pun bergetar mendadak. Air yang di dalam cangkir pun bertumpahan karena getaran yang kuat.     

Orang berbaju hitam melihat cangkir tersebut, tidak berani mengeluarkan suara. Begitu juga dengan wanita berbaju merah, dia bahkan tidak berani mengangkat kepalanya.     

"Nanti setelah aku memulihkan kekuatanku sepenuhnya, aku akan menghancurkan seluruh Wufeng!" Suara orang berjubah hitam bagaikan suara pisau menggores kaca, tajam dan tidak enak didengar, namun juga membuat orang ketakutan dari lubuk hatinya.     

"Sampai mana persiapan kalian berdua?" Di Gui berdiri, dia bertanya sambil meletakkan kedua tangannya di belakang.     

Xian Jing segera menjawab, "Jawab Tuan Di Gui, sebagian besar boneka sudah selesai dibuat. Kurang lebih dua bulan lagi sudah bisa mulai membuat boneka khayal."     

"Bagus sekali. Di sini tidak ada urusan lain, kalian tidak perlu mengikutiku, pergi buat boneka sana."     

"Baik!" Xian Jing dan Xian Ya pun membalikkan badan mereka dan keluar.     

Desa Liuyue.     

Dalam sekejap mata, setengah bulan pun berlalu. Selama ini tidak ada kabar buruk yang datang, semuanya tampak damai. Namun semakin damai, Lu Zhou dan yang lainnya malah merasa semakin mencurigakan.     

Akhir-akhir ini wisma Chu sudah sedang menyiapkan undangan pernikahan. Nanti belasan hari lagi, hari besar Chu Sihan dan Lu Sheng pun akan tiba.     

Hari ini ada surat dari Qi Dongjing, katanya Shi Yi dan Yun Ting sudah datang lagi ke Huangyang ingin mengajak Chu Sihan dan Lu Sheng berkumpul di kota.     

Lu Zhou melihat setengah bulan ini tidak ada jejak Xian Jing dan Xian Ya, dia pun merasa mungkin mereka berdua tidak datang ke desa Liuyue. Jadi dia pun menyetujui Chu Sihan dan Lu Sheng untuk masuk kota.     

Tapi, meskipun demikian, Lu Zhou tetap mengikuti di belakang Lu Sheng dan Chu Sihan secara diam-diam, untuk menjaga-jaga.     

"Saudara Chu, nona Lu, sini duduk!"     

Tidak berubah, segerombolan orang ini tetap berkumpul di restoran Lu.     

Restoran Lu yang kini sedikit berbeda dengan yang sebelumnya. Karena membeli toko yang di sebelah, jadi He Zhang dan He Qin pun menjadikan sebelah sebagai ruang pribadi. Tentu saja, ide ini tetap dari Lu Sheng.     

Dan sekarang, Shi Yi dan Yun Ting mereka sedang berada di dalam ruang pribadi ini.     

Lu Sheng melihat hidangan baru yang memenuhi meja, dia pun mengangkat alisnya, namun tidak mengatakan apapun juga.     

Shi Yi mengomel, "Nona Lu sungguh keterlaluan. Restoran Lu mengeluarkan begitu banyak menu baru, kamu juga tidak mengerti mau menuliskan surat untuk memberitahukannya kepada kami."     

"Betul!" Fu Sisi meneruskan, "Aku karena makan masakan restoran Lu terlalu lama. Selama aku di Jingcheng, semua makanan perasaan tidak ada rasa. Aku sungguh merindukan rasa cabai ini." Kemudian Fu Sisi pun menyumpit sebuah tumis cabe dan menggigitnya.     

Lu Sheng tertawa ringan, "Aku dengar Nyonya muda Fu mengatakan kalian akan pulang ke Huangyang baru-baru ini, jadi pun memikirkan kalian bisa makan cabai ini pas kalian pulang."     

"Kali ini kami datang, tidak hanya menunya bertambah banyak, bahkan buahnya juga bertambah, semuanya tidak pernah dilihat."     

Yun Ting melihat ke Lu Sheng dan bertanya, "Buah semangka ini apa ada hubungannya dengan buah kundur?"     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Ada."     

Semua orang pun menghentikan sumpitnya, menyiapkan diri untuk mendengar penjelasan Lu Sheng.     

Namun siapa bisa menyangka Lu Sheng hanya mengangkat alisnya dan menjawab, "Sama-sama adalah buah."     

Semua orang terdiam…     

Chu Sihan tertawa, dengan penuh aksih sayang dia mengatakan, "Nakal."     

Lu Sheng mengedipkan matanya dengan polos, dia melihat Chu Sihan dan bertanya, "Jangan-jangan aku salah?     

Chu Sihan menggelengkan kepalanya dan tersenyum, "Kamu tidak salah."     

Yun Ting menghelakan napasnya, "Nona Lu sungguh humoris."     

Lu Sheng mengangkat pundaknya, menyatakan menerima pujian Yun Ting.     

"Terus sebenarnya apa nama barang ini?" Fu Sisi menunjuk ke Kao Di Gua, dan bertanya dengan hera, "Kenapa ini bernama ubi kukus, yang dipanggang malah diberi nama Kao Di Gua?"     

"Hanya untuk membedakan jenis ubi saja. Kalau mau gampang, kamu juga bisa langsung memanggilnya Di Gua."     

Fu Sisi menganggukkan kepalanya dengan linglung.     

Shi Yi menyandar di kursi, dia melihat Chu Sihan dan bertanya, "Aku dengar tanggal hari besar kalian sudah ditetapkan, kapan?"     

Meskipun undangan belum dikirim ke tangan mereka, namun mereka sudah mendapat kabar baik ini sejak awal.     

Tanggal satu bulan depan." Chu Sihan menjawab.     

"Kamu bukannya bilang mau di bulan tujuh?" Qi Dongjing mengangkat alisnya.     

Pernah sekali Qi Dongjing pergi ke wisma Chu mencari Chu Sihan. Waktu itu dia sengaja bertanya kepada Chu Sihan mengenai hari pernikahannya, dan Chu Sihan menjawab di bulan tujuh.     

 "Bulan tujuh?" Shi Yi mendengus, "Saudara Qi, memangnya bulan tujuh adalah hari yang bisa digunakan untuk menikah?"     

Qi Dongjing mengerutkan keningnya, "Kenapa tidak bisa?" Dia tidak begitu memedulikan masalah seperti ini, jadi benar-benar tidak mengerti kenapa tidak boleh menikah di bulan tujuh.     

"Kan bulan hantu!" Shi Yi melirik Qi Dongjing dengan enggan, "Hal seperti ini saja kamu tidak mengerti, sungguh sia-sia kamu selama dua puluh tahun ini."     

"Siapa tahu hal seperti ini?" Qi Dongjing cemberut, dia melihat Chu Sihan dan mengeluh, "Saudara Chu, aku tak menyangka ternyata kamu juga bisa bohong."     

Waktu itu ketika Chu Sihan menjawab Qi Dongjing, ekspresinya jelas-jelas sangat serius, membuat Qi Dongjing tidak meragukannya.     

Lu Sheng tersenyum dan membantu Chu Sihan menjelaskan, "Dia tidak bohong, dia memang ingin menikah di bulan tujuh, tapi guruku tidak menyetujuinya."     

Mengungkit masalah ini, wajah Chu Sihan tampak pucat dalam seketika, namun dia pun segera kembali normal. Jadi tidak ada yang menyadarinya, bahkan Lu Sheng juga tidak.     

"Sini sini, kita mengucapkan selamat terlebih dahulu kepada kedua orang ini!" Shi Yi mengangkat cangkirnya dan berkata dengan senang.     

Mereka yang lain juga pada bersulang kepada Chu Sihan dan Lu Sheng.     

Chu Sihan melihat Lu Sheng sudah mengangkat cangkirnya, dia pun tersenyum, kemudian dua juga ikut mengangkat cangkirnya dan bersulang dengan mereka.     

Tamu restoran Lu tetap sangat banyak. Mau di lantai bawah maupun atas, semuanya sangat ramai.     

Lu Sheng membuka jendela, menyandar di depan jendela dan melihat dunia bawah dari atas. Tiba-tiba kepalanya merasakan pusing, depan matanya juga jatuh ke kegelapan.     

Lu Sheng menggelengkan kepalanya, dan menutup matanya untuk beberapa saat. Ketika dia membuka matanya kembali, pandangannya pun sudah cerah kembali.     

"Kamu kenapa?" Chu Sihan menyadari ada yang tidak beres dengan Lu Sheng, dia pun segera maju dan bertanya.     

"Nggak, mungkin karena cuaca terlalu panas, jadinya sengatan panas." Lu Sheng mengangkat tangannya dan mengurut pelipisnya, mencoba meringankan rasa pusingnya.     

Chu Sihan mengangkat tangan dan memeriksa dahi Lu Sheng, menemukan tidak ada masalah. Tapi dia tetap mengusulkan, "Atau kita istirahat dulu di wisma Chu, nanti agak malam baru pulang ke desa?"     

Lu Sheng menggelengkan kepalanya, "Aku tidak ada apa-apa." Ketidaknyamanan tadi hanya sekejap waktu, sekarang sepertinya sudah tidak ada apa-apa lagi.     

Chu Sihan melihat wajah Lu Sheng sudah kembali memerah, dia pun tidak memaksa lagi.     

"Saudara Qi, kamu sudah beberapa tahun tidak pulang ke Jingcheng. Beberapa waktu yang lalu kami ketemu dengan kakekmu. dia tanya kami ada melihatmu tak, ingin kamu pulang ke Jingcheng."     

Shi Yi mendekatkan kursinya ke arah Qi Dongjing, dengan serius dia mengatakannya.     

"Buat apa aku pulang?" Qi Dongjing tersenyum, "Pulang menikah, terus melahirkan anak kah?"     

"Memangnya tidak bagus?" Shi Yi menghelakan napasnya, "Benar kata kakekmu, kamu juga sudah dewasa, sudah seharusnya menikah."     

Ibu Qi Dongjing, terlalu sedih karena putra pertamanya mengorbankan diri di dunia perang, dia pun meninggal dunia tidak lama kemudian.     

Kakak ipar Qi Dongjing menikah lagi setelah menjadi janda selama tiga tahun. Kini di wisma Qi hanya tersisa nenek Qi Dongjing yang mengurus rumah tangga.     

Qi Dongjing masih memiliki seorang keponakan, namun kini usianya masih sepuluh tahun, belum bisa mengurus urusan penting.     

Kini nenek Qi Dongjing sudah tua, juga tidak tahu masih bisa hidup berapa tahun lagi. Jika suatu hari dia meninggal dunia, makan sudah tidak ada lagi pemilik wanita di wisma Qi.     

Qi Dongjing menghelakan napas, "Aku akan pulang, tapi bukan sekarang."     

"Masalah waktu itu sudah berlalu, kamu kalau menghindarinya terus juga tidak bisa mengubah apapun." Chu Sihan merangkul pundak Lu Sheng ke tempat duduk dan mengatakan.     

Wajah Qi Dongjing menjadi pucat, dia menyipitkan bibirnya dan diam.     

Tatapan Fu Sisi, Yun Ting, dan Shi Yi yang penuh dengan kekhawatiran pun melanda pada Qi Dongjing. Dalam seketika, suasana kamar menjadi berat.     

Lu Sheng melihat ke sana sini, tidak mengerti apa yang terjadi.     

Beberapa saat kemudian, baru mendengar Qi Dongjing menghelakan napas panjang.     

"Aku tahu, tapi aku tetap tidak bisa melewatkan masalah itu begitu saja." Qi Dongjing mengepalkan tangannya dengan kuat, seolah-olah sedang menahan sesuatu dengan sekuat tenaga.     

Melihat Qi Dongjing yang seperti ini, Lu Sheng yang ingin menanyakan kondisi pun menelan kembali pertanyaannya yang sudah di ujung lidah.     

Sepertinya, seharusnya bukan masalah kecil, atau adalah masalah besar yang mempengaruhi seumur hidup Qi Dongjing. Masalah seperti ini kalau ditanyakan langsung, itu tidak ada bedanya dengan menaburkan garam di atas lukanya.     

"Sudah empat tahun. Kamu mau seberapa benci dengan nenekmu, kamu juga tidak boleh menelantarkan wisma Qi. Jenderal Qi sekarang ada di luar perbatasan. Kakekmu juga sudah tiba di usia yang tidak memiliki tenaga untuk mengurus masalah lagi."     

Suara Chu Sihan terdengar tenang, namun tatapan yang melihat Qi Dongjing malah memancarkan kekhawatiran.     

Lu Sheng tidak mengerti apa yang pernah terjadi dengan Qi Dongjing, tapi dari kata-kata Chu Sihan bisa diketahui, masalah ini pasti tidak kecil.     

Yang lain tidak mengeluarkan suara, melainkan hanya mendengar dengan diam saja.     

"Tidak perlu kalian menasehatiku aku juga tahu, tapi…" Qi Dongjing menyipitkan bibirnya lagi. Air matanya menyelimuti matanya, dia mengambil napas dalam, mencoba memaksa kembali air matanya, namun air matanya tetap mengalir keluar.     

Qi Dongjing mengusap air matanya dan mengisap hidungnya, "Tapi, setiap kali aku pulang ke wisma Qi, aku akan teringat langsung dengan adegan kematian tragisnya yang di gudang kayu."     

Chu Sihan menepuk pundak Qi Dongjing, kemudian dia pun menghelakan napasnya. Dia tidak banyak menasehati Qi Dongjing. Masalah ini dulu dia tidak mengerti, namun kini, jika kejadian ini terjadi pada dirinya, mungkin dia tidak akan sekuat Qi Dongjing.     

"Aku masih ada urusan di toko buku, aku pulang dulu." Qi Dongjing mengusap air matanya, dia berdiri dan memaksakan senyuman kepada semua orang, lalu dia pun pulang.     

"Hais…" Fu Sisi menatap pintu masuk dan mengatakan, "Tuan Qi sungguh kasihan sekali."     

"Tuan Qi… sebenarnya apa yang terjadi dengannya?" Begitu Qi Dongjing pergi, Lu Sheng akhirnya tidak bisa bertahan lagi dan menanyakan penasarannya.     

Fu Sisi menarik kembali tatapannya dan melihat Lu Sheng, "Tuan Qi dulu memiliki seorang gadis pembantu yang bernama Qinghuan. Mereka besar bersama, memiliki hubungan yang sangat baik."     

"Tapi nenek Qi tidak merestui hubungan mereka berdua. Kemudian suatu hari ketika tuan Qi mau keluar kota, nenek Qi pun ingin menikahkan Qinghuan ke seorang pria yang cacat kaki. Tapi syukurnya tuan Qi menyadari ada yang tidak besar, dia pun pulang ke wisma Qi dan berhasil menyelamatkan Qinghuan."     

"Terus?" Lu Sheng bertanya.     

"Terus sejak saat itu, tuan Qi selalu membawa Qinghuan kemanapun dia pergi. Jadi sekali dua kali, pun… pun…"     

Fu Sisi "Pun" untuk banyak kali, wajahnya pun dinodai warna merah. Tapi Lu Sheng yang sepenuh hatinya ingin mengetahui jawaban, tidak menyadari perubahan Fu Sisi.     

"Pun apa?"     

"Pun…"     

"Uhuk…" Yun Ting berdehem, mencoba memutuskan kata-kata yang akan dikatakan Fu Sisi selanjutnya.     

Lu Sheng melihat ke Yun Ting dengan aneh, lalu melihat lagi ke Fu Sisi, baru dia menyadari ekspresi Fu Sisi tidak benar.     

Namun Shi Yi dan Chu Sihan juga tidak berniat mau menjelaskannya kepada Lu Sheng.     

Lu Sheng mau seberapa bodohnya, juga bisa menebak jawabannya. Dia pun berdehem dan memberitahukan Fu Sisi, "Aku ngerti, kamu cukup bilang masalah selanjutnya saja."     

Fu Sisi tersenyum dengan canggung, "Karena Qinghuan hamil, tidak sanggup bertahan perjalanan panjang, jadi tuan Qi pun membeli sebuah rumah di luar dan mendiamkan Qinghuan di sana."     

 "Namun siapa bisa tahu, masalah ini diketahui oleh nenek Qi. Jadi setelah tuan Qi keluar rumah, nenek Qi pun menyuruh orang mengikat Qinghuan ke wisma Qi dan memaksa Qinghuan minum obat penggugur kandungan."     

Lu Sheng yang mendengar sampai sini, dia pun merasa sedih.     

"Namun sampai sini masih belum cukup." Fu Sisi berkata dengan emosi, "Nenek Qi adalah seseorang yang cara kerjanya sangat keras dan kejam. Dia tidak hanya memaksa Qinghuan minum obat penggugur kandungan, dia bahkan menyuruh orang memukul Qinghuan dengan tongkat sebanyak lima puluh kali, kemudian dibuang ke gudang kayu."     

"Waktu itu di luar masih bersalju, suhunya sangat dingin. Pada saat tuan Qi menemukan Qinghuan, Qinghuan sudah berbaring di atas genangan darah, dan badannya juga… sudah membeku."     

Fu Sisi mengerutkan keningnya dan berkata pada Lu Sheng, "Qinghuan adalah wanita yang paling dicintai tuan Qi. Dia meninggal begitu saja, bahkan dibunuh oleh neneknya sendiri. Waktu itu tuan Qi langsung memuntahkan darah dan pingsan selama lima hari baru siuman. Setelah dia siuman, dia pun jatuh sakit parah, nyawanya hampir tak terselamatkan."     

Kini Lu Sheng mulai mengerti, kenapa Qi Dongjing tidak ingin pulang ke wisma Qi.     

"Nenek Qi sungguh sadis sekali."     

Mau Qinghuan memiliki status apa, bagaimanapun kandungan yang di dalam perut Qinghuan adalah cucu buyutnya, adalah anak keluarga Qi. Kenapa dia bisa sesadis ini?     

Lagipula…     

"Qinghuan adalah gadis pembantu, kalau dia merasa statusnya tidak serasi untuk tuan Qi, cukup menjadikannya selir juga bisa kan? Kenapa harus bertindak sampai titik ini?" Lu Sheng tidak mengerti.     

"Ini ada alasannya." Chu Sihan menjelaskan, "Waktu itu, ibu Qinghuan adalah gadis pembantu bibi Saudara Qi, yaitu Qi Xun. Tapi setelah Qi Xun menikah, ibu Qinghuan pun diutuskan ke samping nenek Qi. Ibu Qinghuan kehilangan suami di usia muda, ketika dia melayani di samping nenek Qi, dia pernah mencoba…"     

Ketika berkata sampai sini, Chu Sihan pun tertegun sejenak. Dia berdehem dan melanjutkan, "Pernah mencoba menggoda Jenderal Qi. Tapi dia dihukum mati oleh Jenderal Qi karena menyinggung jenderal Qi."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.