Gadis Lugu Liar Galak

LUYI DATANG



LUYI DATANG

0Lu Sheng tidak mengetahui apa itu Di Gui. Tapi dari penjelasan Chu Sihan dan ekspresi Lu Zhou yang serius, Di Gui ini pasti tidak gampang.     
0

Chu Sihan sangat kaget, "Maksud Paman Lu, Di Gui terlepaskan?!"     

"Hmhh." Lu Zhou menganggukkan kepalanya, "Tapi Di Gui di sana masih ada guruku, kondisi kalian di sini yang lebih membahayakan."     

Namanya manusia pasti ada kegiatan. Lu Sheng dan Chu Sihan tidak mungkin terus berada di samping Lu Zhou.     

Dan kini keberadaan Xian Jing dan Xian Ya juga tidak diketahui, takutnya tidak sempat melindungi Lu Sheng dan Chu Sihan.     

"Lalu gimana?" Lu Sheng mengerutkan keningnya, "Tidak mungkin kita hidup waspada terus."     

Lu Sheng masih bisa, tapi Chu Sihan adalah Magistrat. Dia masih punya banyak urusan yang harus diurusnya, tidak mungkin terus berada di desa Liuyue, kan?     

"Sementara ini hanya bisa begini saja." Lu Zhou menghelakan napas. Ini adalah cara paling bagus untuk situasi saat ini.     

Shangguan Dian tersenyum, "Xiaosheng jangan khawatir. Aku dan Paman Yan Wang-mu pasti akan menangkap Xian Jing dan Xian Ya."     

"Lalu… apa rencana kalian selanjutnya?" Chu Sihan bertanya.     

Yan Wang menjawab, "Aku bersama ibumu dan Raja Siluman akan mencari keluar Xian Jing dan Xian Ya. Akhir-akhir ini kalau tidak ada urusan penting, kamu jangan pulang ke wisma Chu dulu, juga jangan pulang ke Linjiangfu "     

Mau seberapa hebatnya Chu Sihan, dia tetap masih muda. Jika mau melawan Xian Jing dan Xian Ya, sebenarnya bisa juga, hanya saja bayarannya mungkin akan sangat besar.     

Malapetaka Cinta Chu Sihan masih belum selesai. Jika dia dibunuh Xian Jing dan Xian Ya, maka malapetaka-malapetaka yang sudah dialami sebelumnya juga akan menjadi sia-sia.     

"Hmhh!" Chu Sihan menganggukkan kepalanya, "Kalau begitu… ayah, ibu, kalian harus hati-hati!"     

"Iya." Lu Ying tersenyum, "Xian Jing dan Xian Ya masih bukan lawan kami."     

Lu Sheng melihat mereka semua dan mengatakan, "Kedua Paman, dan Bibi Yan, kalian benar-benar harus hati-hati!"     

Xian Jing dan Xian Ya tidak menakutkan, tapi jika Di Gui bersama mereka, bagaimana?     

Barang yang bahkan ditakuti Lu Zhou, sepertinya tidak akan gampang melawannya.     

Shangguan Dian, Yan Wang, dan Lu Ying menganggukkan kepalanya.     

Shangguan Dian melihat Lu Zhou dan mengatakan, "A Zhou, kalau begitu kami berangkat dulu."     

Lu Zhou menganggukkan kepalanya, setelah dia memperingatkan sesuatu kepada tiga orang itu, dia baru mengantar mereka pergi bersama Lu Sheng dan Chu Sihan.     

Di hari selanjutnya, Lu Sheng dan Chu Sihan selain pergi ke ladang sayur, hampir tidak pernah jalan ke mana-mana.     

Tentu saja, terkadang harus ke kota juga dan Lu Zhou pasti akan mengikuti mereka.     

Di hari tanpa kesibukan ini, Lu Sheng menanam lagi sayur-sayuran yang banyak.     

Di restoran Lu sana, He Qin dan He Lai setiap tiga hari akan datang mengambil sayur.     

"Barang apa yang diisi di dalam wadah ini?" He Lai sudah berkali-kali keluar masuk kamar rumah bambu ini, namun dia tidak pernah tahu apa yang tersimpan di dalam wadah tersebut.     

"Paman bertanya di waktu yang pas." Lu Sheng menepuk bersih pasir yang di tangannya, kemudian masuk ke dalam kamar.     

"Semua ini adalah acar sayur dan cabai yang aku marinasi. Kalau hari ini ada delman kuda yang kosong, nanti sisakan dua delman kosong dan membawa semua ini pulang."     

Mengungkit acar sayur, He Lai pun teringat lagi dengan acar rebung yang dibuat Lu Sheng sebelumnya, dia pun menelan ludah secara tidak sadar.     

"Acar rebung, kah?" He Lai bertanya.     

"Tidak semuanya." Lu Sheng menggelengkan kepalanya, "Ada yang lain juga."     

"Atau, kamu ambil dulu mangkuk dan isi sedikit acar sayur dan cabaimu itu untuk paman makan dulu?"     

Sejak He Lai makan beberapa kali cabai, dia pun jatuh cinta pada rasa pedas itu. Kini makan apapun juga harus dengan cabai.     

"Aku juga boleh makan?"     

Suara yang tiba-tiba membuat He Lai terkejut. Dia membalikkan kepalanya dan melihat, ternyata Chu Sihan, entah sejak kapan sudah berdiri di dekat pintu.     

"Tu… Tuan Chu, Anda datang?"     

Chu Sihan maju dan menepuk pundak He Lai, "Paman Lai kedepannya memanggilku Sihan saja. Di dalam rumah tidak ada begitu banyak peraturan."     

"Jangan jangan!" Chu Sihan selalu menjadi kepercayaan He Lai . Meskipun Chu Sihan sudah mau menjadi menantu keponakannya, tapi ini juga tidak bisa menghapuskan posisi Chu Sihan yang bagaikan dewa di dalam hati He Lai.     

"Tidak ada jangan. Kita satu keluarga masih memanggil Tuan, seperti orang luar saja." Ketika Chu Sihan mengatakan kata-kata ini, matanya sengaja melirik ke Lu Sheng.     

He Lai juga melihat ke arah Lu Sheng.     

Lu Sheng terdiam… sepertinya ada yang mengatakan dirinya, ya.     

Lu Sheng melirik Chu Sihan kembali, lalu dia pun berbicara dengan He Lai, "Paman Lai, di dapur ada acar sayur yang wadahnya sudah dibuka, aku segera mengambilkannya agar kamu mencicipinya."     

"Ugh… baik." He Lai tertawa canggung kepada Chu Sihan, lalu dia pun mengikuti Lu Sheng pergi.     

Setelah Lu Sheng mencuci tangannya, dia mengambil mangkuk dan sumpit yang bersih. Dia menyumpit acar sayur dan cabai ke dalam satu mangkuk ini.     

He Lai yang mencium baunya dari samping pun menelan ludahnya.     

"Paman, ini!"     

He Lai melirik Chu Sihan yang di samping, dia pun berbisik pada Lu Sheng, "Tuan Chu bukannya bilang dia juga mau? Ini buat dia dulu saja."     

Meskipun He Lai adalah tetua, namun dia juga tidak bisa merusak peraturan di hadapan Chu Sihan, kan?     

"Tuan hanya bercanda saja, dia makan setiap hari kok."     

Chu Sihan sekarang tinggal di sini terus, mana mungkin tidak pernah makan sayuran yang dimarinasi Lu Sheng?     

"Betul kata Shengsheng, tadi aku hanya bercanda saja. Paman tidak perlu menganggap serius." Chu Sihan berjalan ke samping Lu Sheng dan tersenyum pada He Lai.     

"Ternyata hanya bercanda!" He Lai tertawa, baru dia mengangkat tangannya dan menerima mangkuk itu.     

Setelah menghabiskan satu mangkuk acar sayur ini, He Lai masih menginginkannya. Menurut pengalaman sebelumnya, kalau masih terus memakannya, takutnya dia akan berada di dalam kamar mandi seharian.     

"Xiaosheng, apa yang kamu tanam lagi di sana?" He Qin yang selesai mengelilingi ladang pun menunjuk ke ladang yang baru bertunas dan bertanya.     

Lu Sheng berjalan keluar, lalu dia pun menjawab sambil tersenyum, "Oh di sana? Aku menanam kacang tanah, buncis, mentimun, dan lentil."     

Seperti dugaan He Qin, dia sangat jarang bisa mendapatkan barang yang dikenalnya di ladang sayur keponakannya ini.     

He Qin menganggukkan kepalanya, "Oh ya, Xiaosheng. Panci dua sekat dan kompor kecil yang kamu suruh orang untuk buatkan sudah dikirim ke restoran. Paman Zhang-mu tanya bagaimana cara menggunakan kedua barang itu."     

"Ini tidak perlu buru-buru, simpan dulu, nanti musim dingin baru dipakai." Kedua barang ini adalah alat makan hotpot yang sebelumnya dia minta ke orang untuk dibuatkan.     

Tahun ini Lu Sheng mengeringkan banyak cabai merah, lalu dia juga membuat banyak saus cabai. Semua ini demi bisa menghasilkan banyak uang di musim dingin.     

He Qin menganggukkan kepalanya, "Baik, kalau begitu nanti aku bilang pada Paman Zhang-mu."     

"Xiaosheng, apa ini?" Setelah He Lai meletakkan mangkuk kosong di dapur, dia keluar dari dapur dengan sesuatu di tangannya.     

He Lai merasa barang ini sepertinya familier, namun dalam seketika tidak bisa mengingatnya.     

"itu daun pucuk labu, pagi ini aku yang petik." Lu Sheng melihat daun pucuk labu ini lumayan segar, jadi dia pun tidak bisa bertahan dan memetiknya. Bersedia mau memasaknya untuk makan siang.     

"Lalu ini? Ini bukannya rumput?" He Lai meletakkan daun pucuk labu, kemudian mengangkat lagi satu barang lain.     

He Lai pernah melihat barang ini di atas gunung, tapi dia mengira barang itu adalah rumput, jadi tidak pernah memedulikannya.     

"Itu bukan rumput, itu namanya daun bawang, barang yang bagus."     

Hari ini karena Lu Sheng juga tidak sibuk, jadi dia pergi jalan-jalan bersama Chu Sihan di lereng gunung sekitar. Namun ternyata dia bisa menemukan daun bawang.     

Di masa lampau, guru paling suka masak daging babi asap tumis daun bawang. Lu Sheng juga suka makan.     

Kebetulan di rumah masih ada beberapa potong daging babi asap, jadi Lu Sheng pun memutuskan untuk menumisnya dengan daun bawang untuk makan malam hari ini.     

He Lai berdehem, "Aku tidak menyangka ternyata barang ini juga bisa dimana-mana. Di atas gunung desa Anmu sangat banyak."     

"Oh?" Lu Sheng mengangkat alisnya, "Sangat banyak?"     

He Lai menganggukkan kepalanya, "Sangat, karena tidak ada yang makan."     

"Barang ini sungguh bisa dimakan?" He Qin juga mencurigai. Dia pernah makan banyak sayuran liar, tapi belum pernah mencoba daun bawang.     

"Barang ini bagus sekali, dijamin enak!" Lu Sheng mengaitkan sudut bibirnya.     

Lu Sheng melihat He Qin dan He Lai, "Kedua Paman, kalau di desa Anmu sangat banyak, kalau begitu petik saja semua. Nanti bawa ke restoran dan menjadikannya hidangan, rasanya dijamin wangi!"     

"Ini… bisa dimakan orang?" He Lai sangat khawatir.     

"Bisa, kenapa tidak bisa? Aku pernah makan." Lu Sheng cemberut. Lalu dia mengatakan, "Bisa merekrut orang untuk memetik daun bawang setiap hari sedikit demi sedikit, lalu mengantarnya ke restoran. Kalau kebanyakan dan tidak bisa dihabiskan, daun bawang akan mengering."     

Sekarang cuacanya masih sangat panas, kalau daun bawang disimpan terlalu lama akan menjadi tidak segar.     

"Baiklah." He Qin mengatakan, "Kalau begitu aku suruh kakak iparku membawa istrinya pergi memetik daun bawang."     

Duan Yu dan Bu Xia adalah orang yang baik. Meskipun adiknya, yaitu Duan Xiang menikah dengan He Qin, tapi mereka tidak pernah memikirkan mau mengambil keuntungan dari keluarga He.     

Dan kalau He Qin ingin memberikan uang kepada Duan Yu dan Bu Xia, mereka juga tidak mau menerimanya. He Qin tidak memiliki cara lain, hanya bisa menyuruh Duan Xiang sering membelikan makanan dan pakaian buat mereka.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Kalau begitu masalah ini aku serahkan ke Paman ya."     

Di atas lereng gunung desa Liuyue juga ada daun bawang. Nanti kalau permintaannya banyak, Lu Sheng baru menyuruh Jia Zheng dan Tan Jun serta yang lainnya pergi memetiknya.     

Akhir-akhir ini Lu Sheng tidak diperbolehkan keluar jauh dari rumah. Setiap hari hanya bisa di ladang sayur memarinasi cabai dan sayur, atau memetik cabai untuk dikeringkan.     

Kedua kelompok Tan Jun dan Jia Zheng pun menjadi korban, mengikuti Lu Sheng mengerjakan hal tersebut.     

"Shengsheng, aku lapar." Chu Sihan yang diabaikan pun berkata dengan kasihan, mencoba menarik perhatian Lu Sheng.     

"Lapar, kah?" Lu Sheng melihat ke arah Chu Sihan, baru ke langit, dia pun menggumam, "Sudah saatnya makan siang, ya."     

Lu Sheng pun berkata pada Chu Sihan, "Kamu duduk dulu dengan kedua Paman, aku pergi memasak."     

Chu Sihan mendengar kata-kata Lu Sheng, dia pun melihat pada He Qin dan He Lai.     

He Qin dan He Lai langsung merasa tegang, mereka pun langsung mencari alasan dan pergi ke ladang sayur.     

Chu Sihan mengangkat alisnya dengan puas. Meskipun mereka adalah paman Lu Sheng, mereka juga tidak boleh menarik semua perhatian Lu Sheng.     

Satu masa kehidupan ini terlalu pendek, Chu Sihan tidak boleh membiarkan Lu Sheng memperhatikan seseorang terlalu lama.     

Meskipun sudah pindah kembali ke rumah baru namun makan siang tetap makan bersama di ladang sayur.     

Gerakan Lu Sheng sangat cepat dan gesit, ditambah ada bantuan Chu Sihan. Satu jam sudah menyelesaikan enam hidangan. Hidangan ini semuanya adalah hidangan biasa, namun rasanya sangat luar biasa.     

"Ikan hari ini sangat enak." Lu Zhou yang mencicipi ikan pun menganggukkan kepalanya dengan puas.     

"Ya kan?" Lu Sheng tersenyum dengan senang, dia pun menyumpitkan potongan ikan ke Lu Zhou, "Kalau suka maka guru makan yang banyak."     

Setelah menyumpit ikan untuk Lu Zhou, Lu Sheng sekalian menyumpitkan untuk Chu Sihan juga.     

Wajah Chu Sihan yang tadinya agak dingin, begitu melihat potongan ikan yang di dalam mangkuknya, dia pun mengaitkan sudut bibirnya secara tidak sadar.     

Lu Sheng yang melihat ekspresi Chu Sihan ini, dia pun menyipitkan bibirnya dan tertawa.     

"Paman kalian juga makan yang banyak!" Lu Sheng pun menyumpitkan ikan untuk He Qin dan He Lai juga.     

Karena He Qin dan He Lai buru-buru kembali ke restoran, jadi mereka pun makan dengan cepat dan pergi.     

Lanyi sedang berjongkok di samping sambil memegang mangkuknya. Sambil makan sambil memberikan susu pada Sanse. Ketika dia makan sampai setengah, dia pun tiba-tiba berdiri dan menatap ke luar pintu.     

"Kenapa?" Lu Zhou melihat Lanyi dengan heran.     

Lanyi mengerutkan keningnya, "Aku merasakan ada aura yang familir sedang mendekat."     

"Aura yang familier?" Lu Zhou mengangkat alisnya, "Punya siapa?"     

Lanyi menggelengkan kepalanya, "Tidak tahu, tapi sangat familier."     

"Ada aura membunuh?" Lu Zhou bertanya.     

Lanyi menggelengkan kepalanya, "Tidak."     

Lu Zhou menganggukkan kepalanya, "Hmhh, kalau begitu bisa jadi seorang teman."     

Tidak lama kemudian, mereka pun melihat Liang Ping membawa seorang pria berbaju hijau berjalan ke pintu pagar ladang sayur.     

"Tuan, Xiaosheng ada di dalam."     

Liang Ping baru pulang dari luar, dia pun melihat ada seorang pemuda sedang berkeliaran di luar rumah baru keluarga Lu. Dia melihat pemuda ini sepertinya memiliki temperamen yang buruk, tapi sepertinya juga bukan orang jahat.     

Liang Ping memikirkan pemuda ini mungkin adalah teman Lu Sheng atau Chu Sihan, jadi dia pun maju dan bertanya.     

Ketika Liang Ping mendengar pemuda ini mau mencari Lu Sheng, dia pun mengetuk pintu rumah baru keluarga Lu, tapi tidak ada yang membuka pintu. Jadi Liang Ping pun memikirkan mungkin mereka ada di ladang sayur.     

"Terima kasih banyak!" Lanyi mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa serpihan tael perak kepada Liang Ping, namun justru ditolak oleh Liang Ping.     

"Tidak perlu Tuan. Aku masih ada urusan di rumah, kalau begitu aku pergi dulu." Liang Ping berpamitan dan langsung pergi.     

Luyi menatap uang yang di atas tangannya untuk beberapa saat, lalu dia pun menyimpan kembali ke dalam dompetnya.     

Setelah Luyi mengamati ladang sayur sebentar, dia baru membuka pintu pagar dan masuk.     

"Luyi?!" Lanyi terkejut dengan kedatangan Luyi. Akhirnya dia mengetahui aura yang familier itu milik siapa.     

"Kamu… Lanyi?" Luyi menatap Lanyi yang berpakaian lengan pendek, di tangannya juga masih memegang mangkuk, dalam seketika Luyi tidak berani percaya, orang yang di hadapannya ini adalah Lanyi yang selalu dingin dan diam itu.     

"Kenapa kamu bisa ke sini?" Lanyi tidak menjawab pertanyaan bodoh Luyi, melainkan menanyakan pertanyaannya.     

"Chunyu Dong yang menyuruhmu datang!" Tidak menunggu Luyi menjawab, Lu Zhou yang di samping sudah bertanya duluan.     

Lu Sheng melihat Luyi, namun dia juga tidak lupa mau makan.     

Chu Sihan menyumpitkan makanan untuk Lu Sheng. Dengan tatapan tenang dia melirik ke Luyi, kemudian dia pun menarik kembali tatapannya dan melanda pada wajah Lu Sheng.     

"Hmhh." Luyi mendengus, jika bukan karena Lu Zhou memberikan bantuan besar kepada Chunyu Dong, Luyi bahkan malas mau menjawab satu kata ini.     

Lu Zhou juga sudah terbiasa dengan sikap Luyi ini, "Kamu tidak pergi membantu majikanmu, buat apa ke sini?"     

"Mana boleh aku tidak mematuhi kata-kata majikanku?" Luyi juga tidak mengerti kenapa Chunyu Dong bisa menyuruhnya ke sini. Chunyu Dong hanya menyuruhnya datang membantu di sini, yang lainnya tidak ada lagi.     

Lu Zhou menyipitkan matanya, dia pun langsung berdiri dan berkata pada Lu Sheng dan Chu Sihan, "Kalian makan dulu, aku keluar sebentar."     

Lu Zhou tiba-tiba memiliki firasat buruk, dia harus menanyakan sesuatu kepada Chunyu Dong.     

Lu Sheng dan Chu Sihan menganggukkan kepalanya. Setelah Lu Zhou pergi, Lu Sheng pun bertanya pada Luyi, "Kamu mau ikut makan?"     

Luyi melihat hidangan yang di atas meja, dia pun menggelengkan kepalanya.     

Luyi melihat Lanyi dengan enggan, dia mengerutkan keningnya dan bertanya, "Kenapa kamu juga mulai makan makanan manusia?"     

"Karena enak." Lanyi meletakkan mangkuknya. Dia mengambilkan kursi untuk Luyi dan bertanya, "Tuan Chunyu benar-benar tidak mengatakan yang lain kepadamu?"     

"Iya!" Luyi mengangkat pundaknya, "Dia hanya menyuruh aku datang mencari kalian, yang lainnya, dia tidak mengatakannya."     

"Aneh sekali." Lanyi mengerutkan keningnya "Di sini ada aku dan majikan, apa yang dikhawatirkan Tuan Chunyu?"     

"Aku juga merasa aneh." Luyi baru turun dari Wufeng, dan hendak berkumpul dengan Chunyu Dong. Tapi Chunyu Dong tiba-tiba menggunakan kertas hu komunikasi menghubungi Luyi, menyuruh Luyi mencari Lu Zhou dan Lanyi di desa Liuyue.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.