Gadis Lugu Liar Galak

TIDAK ADA HAL YANG GURUKU TIDAK BISA



TIDAK ADA HAL YANG GURUKU TIDAK BISA

0"Betul." Lu Sheng menganggukkan kepalanya.     
0

Lu Sheng meletakkan kepalanya dan melihat anak hantu itu, lalu dia maju dan bertanya pada Bu Fang dengan nada kecil, "Bi, keluarga kalian pernah ada anak kecil… yang meninggal?"     

"A… apa?" Bu Fang linglung sejenak, sepertinya tidak mendengar jelas pertanyaan Lu Sheng.     

Lu Sheng meragu sejenak, dia menggunakan bahasa yang lebih lembut dan bertanya sekali lagi, "Maksudku, keluarga Tao apa pernah memiliki anak sebaya Chu'er yang sudah meninggal dunia?"     

"Ini…" Bu Fang membalikkan kepalanya dan melihat, Bu Qiu wajahnya yang sangat pucat tiba-tiba terhuyung beberapa langkah.     

Lu Sheng pun melihat ke Bu Qiu, kemudian dia pun melihat Bu Qiu tiba-tiba menangis. Ekspresi Tao Jia juga sangat buruk.     

Bu Fang menghelakan napasnya, dia juga mengusap air mata yang mengalir, "Ada satu. Anak itu adalah adik kembar Chu'er. Tidak lama setelah dia lahir sudah meninggal dunia karena sesak napas."     

Setelah anak itu meninggal dunia, Bu Fang pun langsung menyuruh orang menguburkannya di halaman belakang rumah.     

Tapi selain anggota keluarga Tao dan bidan waktu itu, hampir tidak ada yang mengetahui keberadaan anak itu. Kenapa Lu Sheng bisa mengetahuinya? Jangan-jangan Lu Sheng benar-benar bisa melihat barang seperti itu?     

"Xiaosheng, bagaimana kamu bisa tahu?" Kepala desa bertanya dengan penasaran setelah menghelakan napas dengan sedih.     

"Pantas saja." Lu Sheng melihat ke anak hantu yang ditangkap Jia Zheng itu, dia pun menghelakan napasnya dan mengatakan, "Aku sempat heran kenapa anak ini bisa memilkiki wajah yang sama persis dengan Chu'er."     

"Xiaosheng, kamu… benar-benar melihat anak itu?" Bu Fang bertanya dengan gugup.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Justru karena anak ini sering merasuki badan Chu'er, makanya Chu'er bisa jatuh sakit sampai separah ini."     

"Apa?!" Seluruh anggota keluarga Tao terkejut.     

Lu Sheng menjongkokkan badannya dan bertanya pada anak hantu itu, "Ayo katakan, kenapa mau begitu pada kakakmu?"     

"Kenapa?" Anak hantu itu berhenti melawan. Dengan tatapan musuh dia menatap Tao Chu'er yang di dalam pelukan Tao Jia, "Karena dia, makanya ayah dan ibu bisa melupakanku. Festival Qingming dan Ulambana tahun kemarin tidak membakar barang untukku, bahkan festival Qingming juga tidak ada. Aku sangat dingin dan lapar, tidak ada yang memedulikanku!"     

Lu Sheng melihat ekspresi anak hantu yang jelek karena dendam, dalam seketika dia tidak mengerti harus menghiburnya atau harus menegurnya, "Kalau pun begitu, kamu juga tidak boleh memperlakukan kakakmu seperti itu, dia tidak salah."     

Anak hantu itu menyipitkan bibirnya, dia mendengus dengan dingin dan menolehkan kepalanya ke samping, tidak ingin melihat wajah Lu Sheng.     

"Oh? Kamu ini lumayan galak ya, apa kamu tahu dia itu siapa?" Jia Zheng memukul kepala anak hantu itu dan mengatakan. Pukulan Jia Zheng tampak kuat, namun sebenarnya sangat ringan.     

"Xiaosheng, kamu bisa melihatnya ya?" Bu Qiu maju satu langkah besar dan bertanya pada Lu Sheng sambil tersedak, "Apa kamu bisa menyampaikan kataku kepadanya? Bilang ibu sangat merindukannya."     

"Dia bisa mendengarkannya." Lu Sheng menghelakan napasnya dan memberitahukan kepada keluarga Tao, "Anak ini bisa mengganggu Chu'er, itu karena kalian tidak menyembahnya selama dua tahun, baik di festival Qingming maupun Ulambana. Anak ini tidak memiliki makanan, dia kelaparan dan kedinginan, makanya bisa mengikuti di samping Chu'er."     

"Semua ini salah kami!" Tao Jia berkata dengan kedua matanya memerah, "Dua tahun ini karena bisnis semakin besar dan sibuk, bahkan festival Qingming juga tidak pulang ke desa. Kami yang sudah mengecewakan anak ini!"     

"Anakku yang baik, kamu jangan menyalahkan ayah dan ibumu, semua ini gara-gara nenek!" Bu Fang menghisap hidungnya, dia melanjutkan kata-katanya sambil menangis terisak-isak, "Nenek di rumah sampai melupakanmu, semua ini nenek yang salah. Kamu memiliki keluhan apa, langsung hadapi nenek saja."     

Namun kepala desa yang mendengar sampai sini, dia justru mengerutkan keningnya, "Ini tidak mungkin, setiap tahun aku embakarnya, mana mungkin tidak terima?"     

Kepala desa melihat kepada Lu Sheng, "Xiaosheng, coba kamu tanya pada anak itu, kenapa bisa tidak menerima barangnya?"     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, dia pun melihat lagi ke anak hantu itu, "Kamu juga mendengarnya kan, mereka tidak melupakanmu."     

"Aku mau baju, mau uang dan makanan!" Anak hantu juga tidak tahu telah teringat dengan barang apa, dia pun menangis terisak-isak, "Hiks hiks hiks, tidak ada yang membakar uang kepadaku, maka aku juga tidak memiliki uang untuk mereka, mereka akan memukulku!"     

Lu Sheng mengerutkan keningnya, "Kakekmu bilang dia ada membakar sesuatu untukmu, kenapa kamu tidak menerimanya?"     

"Semuanya dirampas!" Anak hantu itu terisak-isak, "Barang-barang itu sama sekali tidak bisa sampai ke tanganku. Waktu kakek membakarnya, dia tidak pernah memanggil namaku."     

Lu Sheng akhirnya mengerti. Biasanya kalau membakar barang seperti ini, diharuskan menulis nama di setiap barang, jika tidak, maka mereka tidak akan bisa menerima barang itu.     

Anak sekecil ini terkubur sendirian di belakang halaman, biasanya tidak akan diakui nenek moyang. Jika ingin mendapatkan perlindungan dari nenek moyang, harus meminta agensi hantu melakukan ritual dan memperkenalkan anak hantu ini kepada nenek moyangnya. Jika tidak, maka anak hantu akan menjadi hantu keliaran dan hanya bisa berkeliaran sembarangan saja.     

Namun, zaman ini sepertinya masih belum ada agensi hantu ya? Tentu saja, dengan adanya Lu Sheng, sama sekali tidak memerlukan bantuan agensi hantu.     

Lu Sheng memberitahukan kondisi anak hantu kepada keluarga Tao. Dalam seketika keluarga Tao pun sangat sakit hati dan sedih.     

Akhirnya Tao Jia sengaja membawa rumah peti mati untuk membeli barang yang diperlukan. Kemudian Lu Sheng menyuruh keluarga Tao membunuh seekor ayam untuk menyembah nenek moyang, dia bersedia memanggil para nenek moyang keluarga Tao.     

Tidak lama setelah kepala desa membunuh dan memasak matang ayamnya, Tao Jia pun pulang dengan barang yang diperlukan.     

Lu Sheng menyuruh Tao Jia membakar dupa, lalu berdiri ke samping.     

Jia Zheng tidak bisa masuk, Lu Sheng pun secara pribadi membawa anak hantu itu masuk dan berdiri di samping Tao Jia. Kemudian Lu Sheng mengambil sebatang dupa dan membakarnya. Dia menyatukan kedua telapak tangannya dan menyembah ke altar rumah nenek moyang, kemudian dia menutup matanya dan membaca nama yang tertera di altar rumah tersebut.     

Tidak lama kemudian, para nenek moyang keluarga Tao pun pulang dan memenuhi rumah keluarga Tao. Ada laki-laki dan perempuan, ada tua dan juga muda.     

Salah satu di antaranya, seorang tetua yang namanya tertulis pertama di altar rumah itu melihat kepada Lu Sheng dan bertanya, "Nona kecil, kamu memanggil kami, seluruh keluarga Tao ke sini, untuk apa?"     

Lu Sheng membuka matanya, kemudian dia pun menancap dupa di dalam dupa keramik.     

Orang yang menyaksikan ritual tersebut selain suami istri Tao Jia, masih ada kepala desa, Bu Fang, dan Lu Ran. Mereka melihat Lu Sheng membalikkan badannya, mereka tidak ada yang berani mengeluarkan suara.     

Tidak lama kemudian, mereka pun mendengar Lu Sheng mengatakan, "Hari ini memanggil kalian pulang, karena ingin memperkenalkan seseorang kepada kalian."     

Kemudian Lu Sheng pun memanggil anak hantu itu. Namun anak hantu itu tidak pergi ke tempat Lu Sheng, melainkan menyembunyikan diri di belakang Tao Jia dengan waspada.     

Lu Sheng menghelakan napasnya dengan tidak berdaya, dia pun menasehati anak hantu itu dengan sabar, "Bukannya kamu bilang kamu sering diganggu oleh hantu-hantu lain? Sini, aku perkenalkan dengan para tetua ini kepadamu. Kedepannya ada mereka, tidak akan ada yang berani mengganggumu lagi."     

Anak hantu itu meragu sejenak, baru dia berjalan menuju Lu Sheng dengan ragu-ragu.     

Lu Sheng menarik anak hantu itu dan memperkenalkannya kepada nenek moyang keluarga Tao, "Ini adalah anak dari Tao Jia, generasi kelima belas keluarga Tao kalian, namanya Tao…"     

"Tao Chusan." Tao Jia menyambungkan kata-kata Lu Sheng dengan nada kecil.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, lalu dia menghadap lagi ke nenek moyang keluarga Tao, "Tao Chusan."     

Tetua keluarga Tao melihat ke sekeliling, ketika dia melihat anggota keluarga Tao hadir semua, dia pun menganggukkan kepalanya. Tetua itu mengayunkan tangannya terhadap Tao Chusan, "Sini, kedepannya kamu hidup tinggal bersama kakek buyut dan nenek buyutmu saja."     

Tao Chusan mendengar kata-kata ini, dia pun mengangkat kepalanya dan melihat Lu Sheng. Lalu dia pun melihat Lu Sheng menganggukkan kepalanya, maka dia pun berjalan menuju tetua itu.     

"Semoga kalian bisa melindungi keluarga Tao, membiarkan mereka untuk aman selalu!" Ujar Lu Sheng.     

Nenek moyang keluarga Tao menganggukkan kepala mereka, kemudian mereka pun mengelilingi meja dan mulai makan.     

Lu Sheng dan keluarga Tao menunggu di samping, sampai nenek moyang keluarga Tao selesai makan, Lu Sheng baru menyuruh Tao Jia membakar uang dan ingot yang sudah disediakan. Setelah membakarnya, sekalian menyalakan petasan.     

Begitu petasan meledak, nenek moyang keluarga Tao pun membawa Tao Chusan pergi.     

Lu Sheng melihat ke keluarga Tao dan mengatakan, "Sudah bisa dibereskan."     

"Mereka, sudah pergi kah?" Kepala desa bertanya dengan nada kecil.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Sudah."     

"Baguslah!" Bu Fang memberikan angpao kepada Lu Sheng. Lu Sheng melihat angpao itu, dia pun mengatakan, "Tidak perlu terlalu banyak, Bibi cukup kasih sepuluh koin perak saja."     

"Tidak banyak, ini sedikit pengucapan terima kasih dari kakak iparmu." Kemudian Bu Fang pun langsung memasukkan angpao tersebut ke dalam telapak tangan Lu Sheng.     

"Obat tadi ingat kalian berikan kepada Chu'er, lalu kertas hu pengusir roh yang di dalam saku Chu'er juga tolong harus terus membawanya." Sebelum Lu Sheng meninggalkan rumah keluarga Tao, dia pun memperingatkan Bu Fang.     

Bu Fang menganggukkan kepalanya, "Baik!"     

"Xiaosheng terima kasih banyak." Tao Jia dan Bu Qiu berjalan keluar, mereka pun mengucapkan terima kasih kepada Lu Sheng.     

Tao Jia dan Bu Qiu tampak pucat, terutama Bu Qiu, tidak ada warna darah di wajahnya sama sekali.     

"Sama-sama." Lu Sheng melihat Tao Jia dan Bu Qiu, "Chu'er sudah tidur, kalian juga cepat istirahat. Jangan Chu'er sudah sembuh, kalian berdua malah tumbang."     

"Betul kata Xiaosheng." Bu Fang melihat Tao Jia dan Bu Qiu dengan sakit hati, "Kalian cepat istirahat saja."     

Bu Qiu menghelakan napasnya, dia pun menggelengkan kepalanya, "Hatiku ini tidak bisa tenang, tidak bisa tidur."     

Bu Qiu memang sudah kecapekan karena penyakit Tao Chu'er. Kini meskipun penyakit Tao Chu'er sudah sembuh, namun dia malah teringat lagi dengan anaknya yang sudah meninggal dunia itu. Jangankan tidur, bahkan memejamkan mata saja dia sudah bisa merasakan ada anak kecil sedang menangis di samping telinganya.     

"Letakkan ini di bawah bantalmu." Lu Sheng mengeluarkan sebuah kertas hu dan memberikannya kepada Bu Qiu, "Ini adalah kertas hu penenang hati. Letakkan ini di bawah bantal dan ini bisa menenangkan hatimu dan menyamankan."     

"Terima kasih." Bu Qiu mengucapkan terima kasih, lalu baru dia menyipitkan bibirnya dan menerimanya.     

"Sekarang sudah sore, atau kalian makan dulu baru pulang saja." Tao Jia menawarkan Lu Sheng dan Lu Ran.     

Lu Sheng melihat ke langit, baru dia menemukan ternyata matahari sudah akan terbenam. Ternyata setelah bolak balik desa dan kota, satu hari pun lewat begitu saja.     

Lu Sheng menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, orang rumah masih menunggu. Kalau begitu kami pulang dulu ya."     

"Baiklah." Kepala desa dan Bu Fang mengetahui bahwa di rumah keluarga Lu di sana memiliki banyak tamu, jadi ketika mereka mendengar kata-kata Lu Sheng ini, mereka pun tidak memaksa.     

Lu Ran tersenyum pada kepala desa dan Bu Fang, "Besok mohon bantuan Paman dan Bibi."     

"Sebentar!" Tao Jia mengatakan, "Besok kalian ada apa?"     

Begitu Tao Jia pulang ke desa Liuyue, dia pun langsung pergi mencari dokter dan sibuk sampai sekarang. Tadi di luar pintu klinik, Tao Jia sudah mendengar percakapan antara Lu Ran dan ibunya. Waktu itu Tao Jia sudah penasaran, namun karena waktu itu sepenuh hatinya hanya ada anaknya, dia pun tidak memiliki waktu untuk memedulikannya.     

Sekarang Tao Jia mendengar kata-kata Lu Ran ini, dia pun teringat kembali dan bertanya karena kebingungannya.     

"Kamu masih belum tahu?" Bu Fang tersenyum, "Kamu masih ingat Leya?"     

"Leya?" Tao Jia mengerutkan keningnya, "Keluarga Leya bukannya sudah pindah keluar dari desa Liuyue?"     

"Sudah pulang, mereka sudah pulang untuk beberapa bulan yang lalu." Bu Fang melihat Lu Ran dan melanjutkan, "Besok ayah dan ibu mau ke rumah keluarga Hua melamar untuk Xiaoran."     

"Melamar?!" Tao Jia pun terkejut, "A Ran, kamu mau menikahi Leya?"     

"Benar." Lu Ran menganggukkan kepalanya.     

"Kamu ini, boleh juga ya!" Tao Jia menepuk pundak Lu Ran dengan senang, "Kamu ini, diam-diam sudah mau memperistrikan teman sepermainanmu ya."     

Lu Ran menggaruk kepalanya, dengan malu-malu dia tersenyum.     

"Sudah, kami tidak mengganggu kalian istirahat lagi." Lu Sheng menarik Lu Ran, berjalan keluar sambil mengatakan, "Paman, Bibi, Kak Tao, kakak ipar, kalau begitu kami pulang dulu."     

"Ya!"     

Di perjalanan pulang, Lu Ran akan mengangkat kepalanya dan melirik Lu Sheng waktu demi waktu.     

Awalnya Lu Sheng tidak ingin memedulikan Lu Ran, tapi dia melihat Lu Ran dengan rajin, dia hanya bisa menghelakan napasnya dan mengatakan, "Kak, kalau kamu ada pertanyaan, bisa kamu tanyakan saja."     

Lu Ran mendengar kata-kata Lu Sheng, dia pun berdehem, "Aku hanya ingin tanya, kamu belajar kemampuan ini dari siapa?" Tidak mungkin benar-benar belajar dengan Putra Kaisar Ketiga kan?     

Seseorang yang gagah seperti Putra Kaisar Ketiga, apakah mempelajari seni aneh semacam ini?     

Lu Sheng mengangkat alisnya dan tersenyum, "Guruku hanya satu. Kalau aku tidak belajar dengannya, mau dengan siapa lagi?"     

Lu Ran terdiam… Dia tetap tidak berani memercayai bahwa Putra Kaisar Ketiga bisa mempelajari hal seperti ini.     

Putra Kaisar Ketiga yang gagah, berdiri di depan altar rumah dan membacakan mantra. Lu Ran benar-benar… tidak bisa membayangkan adegan tersebut!     

"Kamu jangan mengira guruku adalah seorang Putra Kaisar, maka dia tidak pernah melakukan pekerjaan apapun. Selama di ladang kakak juga sudah melihatnya, kan? Guruku ahli dalam bertani."     

Lu Sheng mengangkat alisnya dan tersenyum, "Dan selain bertani, guruku juga sangat terampil dalam memasak dan menyulam."     

"Menyulam?" Lu Ran mengerutkan keningnya, "Maksudmu Putra Kaisar Ketiga tidak hanya bisa memasak, dia juga bisa menjahit baju?"     

Ini… apa mungkin? Sebagai seorang Putra Kaisar yang memiliki posisi begitu tinggi, siapa yang tidak membantunya di samping, kenapa harus mempelajari hal-hal ini secara pribadi?     

"Iya!" Lu Sheng menganggukkan kepalanya, dengan bangga dia mengatakan, "Tidak ada hal yang guruku tidak bisa."     

Lu Ran yang mendengar kata-kata Lu Sheng ini, dia pun merasa kagum. Dia tidak menyangka Putra Kaisar Ketiga yang berposisi tinggi ternyata bisa memikirkan untuk mempelajari al seperti ini.     

"Nanti setelah Kakak selesai melamar, kita pindah kembali ke rumah." Ketika melewati rumah baru keluarga Lu, Lu Sheng pun mengatakannya dengan senang.     

Lu Ran juga melihat rumah baru keluarga Lu, lalu dia menganggukkan kepalanya, "Pesta pindah rumah, nanti kita harus merayakannya dengan besar, mengajak nenek dan yang lainnya ke rumah juga."     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Aku tahu, aku sudah menanyakan ekor babinya. Nanti tinggal panggil nenek dan yang lainnya serta para penduduk desa untuk datang makan daging."     

"Terima kasih." Lu Ran berkata dengan tulus.     

Sejak Lu Dahua dan Bu Liu masuk penjara sampai sekarang, Lu Sheng selalu sibuk dengan urusan rumah tangga. Sedangkan Lu Ran, selain sekolah, dia hampir tidak bisa memberikan bantuan apapun, dan dia benar-benar merasa malu.     

Lu Sheng menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu!" Lu Sheng hanya mengerjakan hal yang disukainya, sama sekali tidak melelahkan.     

"Oh ya, Kak. Nanti kalau kamu pulang ke kota, cari waktu pergi ke toko bunga ya, beli beberapa pot bunga."     

"Boleh." Kemudian Lu Ran bertanya lagi, "Oh ya, A Sheng. Semangka yang di ladang sudah matang belum? Akhir-akhir ini ada banyak tamu yang menanyakan semangka."     

Beberapa waktu yang lalu ketika semangka sudah matang, Lu Sheng hanya menyisakan beberapa butir untuk makan di rumah, sisanya semuanya dibawa ke restoran Lu sebagai hidangan buah untuk dijual di restoran.     

Karena semangka adalah buah baru, jadi satu piring semangka sudah bisa menjualnya dengan harga seratus koin perak. Lu Sheng juga tidak menyangka He Zhang akan menjualnya dengan harga begitu tinggi.     

Awalnya Lu Sheng mengira tidak akan ada yang membelinya, namun ternyata semangka ini terjual habis dalam waktu singkat.     

"Sudah mau matang, mungkin dua tiga hari sudah bisa memanennya."     

Lu Sheng mengatakan, "Besok kita memanen ubi jalar dan ubi ungu dulu saja. Nanti aku menuliskan resepnya malam ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.