Gadis Lugu Liar Galak

BA SI DI GUA



BA SI DI GUA

Keesokan harinya.     

Pagi-pagi Lu Ran meminta penduduk desa menangkap seekor babi, kemudian mengangkutnya ke rumah keluarga Hua.     

Keluarga Lu tersedia banyak sayuran, sama sekali tidak perlu membeli di luar. Pagi-pagi Lu Sheng sudah menyuruh pekerjanya memetik beberapa keranjang bambu besar dan sekalian membawanya.     

Bu Fang dan kepala desa sebagai tetua juga sudah hadir di wisma keluarga Hua. Beberapa tetua desa Liuyue juga ikut ke sana, bahkan suami istri Tao Jia juga. Mereka membantu membersihkan sayur, membunuh ekor babi, dan juga ada yang memasak air dan nasi, sungguh ramai sekali.     

Lu Sheng melihat Bibi Yu tidak ikut, dia pun kebingungan, "Bi, Anda tidak ikut pergi?"     

Bibi Yu tersenyum, "Aku tidak pergi. Suruh Kak Liang dan Kak Chen-mu pergi saja. Nanti agak malam aku baru pergi makan acara perjamuannya sudah cukup."     

"Bukannya kemarin sudah bilang, Anda juga mengikuti Bi Tao ke sana?"     

Bibi Yu menggelengkan sambil tertawa ringan, "Namanya melamar harus dua orang, yaitu suami istri harus lengkap. Aku cuma sendiri saja, tidak bagus. Biarkan Kak Liang dan Kak Chen-mu pergi saja, pas."     

Ternyata masih ada tradisi seperti ini? Lu Sheng pun menganggukkan kepalanya, "Kalau begitu nanti agak sore bibi ingat datang makan daging ya, aku pulang ke ladang sayur dulu."     

Lu Sheng tidak perlu ikut melamar, cukup Lu Ran dan yang lainnya saja.     

Bibi Yu menganggukkan kepalanya, "Pergilah."     

Tidak lama setelah Lu Sheng berjalan menuju ladang, tiba-tiba ada yang menghalangi jalannya, "Lu Sheng, apa maksud kalian ini?"     

Wajah Lu Sheng langsung menjadi murung, "Apa maksudmu?"     

"Apa maksudku? Kamu masih berani tanya?" Lu Wei mencibir dengan dingin, "Paman Lu di penjara, dan Kak Ran mau melamar, tapi kalian tidak mencari ayah dan ibuku? Malah pergi mencari tetua yang tidak memiliki hubungan darah, kamu sengaja mempermalukan ayah dan ibuku ya?"     

Pada saat Lu Sheng dan Lu Daming terjadi pertengkaran, Lu Wei tidak berada di dalam desa, jadi dia pun tidak mengetahui bahwa kedua keluarga ini sudah tidak menjalin hubungan untuk waktu yang lama.     

Jadi hari ini ketika Lu Wei mendengar ayahnya mengeluh masalah tersebut, dia pun sangat tidak senang dan langsung datang mencari keluarga Lu.     

Lu Sheng tidak ingin memedulikan Lu Wei, ketika dia mau berjalan melewatinya, Lu Wei malah menghalanginya sekali lagi, "Lu Sheng, kamu sekarang memiliki tunangan yang kaya raya, jadi tidak mau mengakui saudara miskin seperti kami lagi?"     

Lu Wei mencibir dengan dingin, "Kamu jangan lupa, kita sama-sama bermarga Lu, kita bahkan mengalirkan darah yang sama."     

Lu Sheng benar-benar merasa marah namun juga lucu, dia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Betul, yang kamu katakan itu benar. Aku memang tidak menyukai saudara miskin seperti kalian, jadi, kedepannya kalau melihatku, ingat pakai jalan lain, aku merasa kalian itu kotor."     

"Kamu…" Lu Wei menunjuk Lu Sheng dengan marah sampai badannya gemetaran, "Kamu jangan sombong, keluarga kami sama sekali tidak peduli dengan keluargamu itu."     

"Kalau begitu minggir." Lu Sheng menyimpan kembali senyumannya, dengan dingin dia melihat Lu Wei.     

"Sebenarnya keluarga kami sudah berbuat apa kepada keluargamu? Kenapa kamu mau mempermalukan kami seperti ini?" Lu Wei mendorong bahu Lu Sheng, dengan marah dia mengatakan, "Apa kamu tahu apa yang dilakukan penduduk desa hari ini? Setiap ada yang berjalan melewati rumahku, pasti akan bertanya 'Mereka tidak memanggil kalian ya?'. Apa kamu tahu seberapa canggung ibuku dengan pertanyaan ini?"     

Semakin Lu Wei berbicara semakin merasa sedih, setiap dia mengingat kembali ekspresi ibunya, dia pun tidak bisa bertahan dan merasa sangat marah.     

Lu Sheng memukul pundak Lu Wei dengan ringan, dia mengangkat alisnya dan bertanya, "Lu Wei, kamu ini benar-benar bodoh, atau pura-pura bodoh?"     

Lu Wei tertegun, "Apa maksudmu?"     

Sepertinya Lu Wei tidak mengetahui kebenarannya ya? Lu Sheng pun tersenyum, "Kamu pulang dan tanya pada ayah, ibu, dan kakakmu itu."     

Kali ini Lu Sheng tidak ampun lagi kepada Lu Wei, dia menarik Lu Wei ke samping dan langsung berjalan pergi.     

Lu Wei mengerutkan keningnya. Dia memang tidak pernah menyukai Lu Sheng, apalagi pertunangan antara Lu Sheng dan Duan Zhen, masalah ini membuat Lu Wei sangat iri dan cemburu kepada Lu Sheng. Jadi setiap kali dia bertemu dengan Lu Sheng, dia pasti akan menghina dan menertawakannya.     

Namun kini Lu Wei hanya meninggalkan desa Liuyue untuk beberapa waktu, begitu pulang, sifat Lu Sheng langsung berubah total.     

Lu Sheng yang sebelumnya bisa diganggu dan dimarahi sesuka hatinya, disuruh melakukan apapun juga tidak pernah melawan, bahkan tidak pernah mengeluh satu kali pun. Namun Lu Sheng yang sekarang, hanya dengan satu tatapan saja sudah bisa membuat orang merasa takut.     

Jangan-jangan karena sekarang ada dukungan Chu Sihan, makanya Lu Sheng bisa menjadi sesombong ini?     

Pasti begitu!     

Tapi apa maksud Lu Sheng menyuruhnya pergi bertanya pada orang tua dan kakaknya? Lu Wei membawa pertanyaan ini dan pulang ke rumah.     

"Tadi kamu ke mana? Sulamanmu belum selesai sudah berkeliaran di luar. Setiap hari tidak mengerjakan apapun, bahkan tidak dihargai orang, buat apa melahirkan kamu ini?" Begitu Lu Wei masuk ke dalam rumahnya, Bu Zheng pun langsung menegur dengan dingin.     

Hari ini yang berjalan melewati rumah Lu Daming mengajak mereka makan daging di rumah keluarga Hua. Namun, Lu Ran dan Lu Sheng sama sekali tidak mengundang mereka.     

Lu Daming dan Lu Chuan dengan tidak tahu malu pergi ke rumah keluarga Hua, namun Bu Zheng tidak bisa. Kini suasana hatinya sedang buruk dimana dia tidak mendapatkan melampiaskan emosinya, dia pun melampiaskannya kepada anak perempuannya.     

Lu Wei yang baru pulang langsung dimarahi oleh Bu Zheng, dalam seketika merasa sedih, "Ibu, kamu mana boleh bilang begitu?"     

Lu Wei sangat disayangi Bu Zheng, meskipun kondisi keluarga Lu tidak seberapa bagus namun Bu Zheng tidak pernah meminta Lu Wei melakukan pekerjaan sawah. Biasanya juga tidak rela mengatakan satu kata berat pun kepada Lu Wei. Lu Wei tidak menyangka di usia tujuh belas tahunnya ini, dia bisa dimarahi tanpa alasan.     

"Aku…" Bu Zheng menghelakan napasnya, "Tadi kamu ke mana?"     

Lu Wei mengusap air matanya, dia bertanya pada Bu Zheng, "Ibu, ayo kamu bilang, sebenarnya apa yang dilakukan kalian kepada keluarga Lu Sheng dan yang lainnya? Kenapa mereka tidak memberitahukan masalah sebesar pernikahan Kak Ran kepada kita?"     

"Kalau tidak ingin mengatakan ya sudah, kita juga tidak kekurangan daging dari keluarga mereka kok." Bu Zheng masih marah, gerakan tangannya sangat besar, dimana hampir melempar baju yang ada di tangannya itu.     

Dengan marah Bu Zheng menaruh baju ke dalam keranjang, dengan kedua tangannya di pinggang, dia pun berkata dengan geram, "Dasar anak itu, sama persis dengan ibunya yang sudah mati itu, tidak tahu diri."     

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Lu Wei penasaran.     

Dulu meskipun hubungan kedua keluarga juga tidak sebagus itu, namun jika ada masalah besar, tetap akan saling memberitahu. Kenapa sekarang masalah sebesar pernikahan Lu Ran, keluarga Lu Sheng tidak ada yang datang memberitahukan sama sekali?     

"Bisa apa lagi? Waktu itu otak ayahmu sedang tidak waras, dia ingin menjual kedua anak yang dilahirkan Bu Liu itu." Bu Zheng mendengus dengan dingin, "Bu Liu sudah membunuh ibu Lu Sheng, Lu Sheng malah melindungi kedua anak itu, benar-benar bodoh."     

"Apa?!" Lu Wei terkejut, "Ayah mau menjual Lu Jiang dan Lu Xin?"     

"Kan sudah kubilang waktu itu otak ayahmu sedang tidak waras." Bu Zheng membenarkan.     

Waktu itu tidak hanya tidak berhasil menjual Lu Jiang dan Lu Xin, mereka bahkan harus mengganti rugi sepuluh tael perak. Bu Zheng benar-benar kesal setiap kali memikirkan masalah tersebut.     

"Lu Jiang dan Lu Xin itu dibesarkan oleh Lu Sheng. Kedua anak ini juga tidak dekat dengan Bu Liu. Dan ayah mau menjual anak itu, pantas saja Lu Sheng bisa marah." Lu Wei benar-benar tidak menyangka ayahnya bisa melakukan hal seperti ini.     

"Kan tidak terjual juga? Malah kita yang harus membayar rugi sepuluh tael perak." Setelah Bu Zheng menjelaskannya, kedua matanya pun melintas sejenak perasaan bersalah.     

Bu Zheng tidak berani memberitahukan Lu Wei bahwa ide menjual Lu Jiang dan Lu Xin sebenarnya dari dia.     

"Ayah sungguh bodoh." Lu Wei menyipitkan bibirnya dengan marah.     

Sebenarnya Lu Wei bukan marah karena Lu Daming mau menjual Lu Jiang dan Lu Xin. Melainkan karena perbuatan Lu Daming ini jelas-jelas telah memutuskan takdir jodohnya.     

Akhir-akhir ini Lu Wei sering berjalan ke ladang sayur Lu Sheng, dia juga sering melihat ada beberapa tuan muda di dalam sana.     

Terutama ketiga tuan muda itu, dari penampilan saja sudah bisa mengetahui status mereka yang tidak biasa. Jika Lu Wei bisa menikah dengan salah satunya, maka kedepannya dia juga bisa menjalani kehidupan yang kaya raya, kan?     

"Bagaimana ini sekarang?" Lu Wei duduk di samping dengan geram, "Aku masih ingin mencari Lu Sheng mencarikan jodoh untukku. Kali ini kalian bukannya memutuskan jalan kehidupan mewahku?"     

Bu Zheng mendengar kata-kata Lu Wei, dia sudah mengetahui anaknya belum mau menyerah. Dia meragu sejenak, akhirnya memutuskan untuk diam.     

Lu Sheng juga anak petani, dia bisa bertunangan dengan Chu Sihan, kenapa Lu Wei tidak bisa menikah dengan keluarga yang bagus?     

Lagi pula… Tiba-tiba kedua mata Bu Zheng bersinar terang.     

"Sebelumnya aku mendengar kepala desa mengatakan pernikahan Lu Sheng ini diutuskan langsung oleh Peramal Kerajaan. Katanya Tuan Chu harus menikahi anak perempuan keluarga Lu yang usianya sudah cukup untuk menikah, namun belum menikah. Weiwei, kamu juga bermarga Lu dan usiamu juga sesuai, sama-sama belum menikah…"     

Kata-kata Bu Zheng sudah sampai titik ini, Lu Wei mana mungkin tidak mengerti? Tapi Bu Zheng memiliki pikiran seperti ini, tetapi Lu Wei tidak.     

Lu Wei memang ingin menikah dengan orang kaya, namun Chu Sihan bukan seseorang yang bisa dipikirkannya. Bukan karena tidak berani, namun karena takut.     

"Ibu, kamu jangan mengungkit idemu ini ke orang lain. Orang itu adalah Tuan Chu, aku tidak mungkin bisa menaklukkan tokoh besar seperti itu."     

Chu Sihan sudah bersama Lu Sheng begitu lama, sudah pasti memiliki perasaan suka. Jika Lu Wei masuk ke dalam hubungan ini secara paksa dan menyinggung Chu Sihan, Lu Wei mungkin akan kehilangan nyawanya.     

"Kok masalah seperti ini kamu bilang?" Bu Zheng mendengus, "Kenapa anak perempuan yang ditakdirkan itu harus Lu Sheng? Keluarga kita juga bermarga Lu."     

"Tapi sekarang yang disukai Tuan Chu adalah Lu Sheng. Kalau ibu mau mati, jangan menyeretku." Kemudian Lu Wei pun mendengus. Dia membalikkan badannya dan kembali ke dalam kamarnya.     

"Dasar tidak berguna." Bu Zheng mendengus dengan dingin namun, dia juga tidak berani membayangkannya. Dia mana berani menyinggung Chu Sihan secara nyata?     

Begitu Lu Sheng pulang ke ladang sayur dia pun langsung membantu menggali ubi.     

"Sheng'er, aku mau makan Ba Si Di Gua" [1][1] Lu Zhou yang memakai topi petani dan sedang menggali ubi pun mengatakan.     

"Ba Si Di Gua?" Shangguan Dian langsung sibuk mendekat ke Lu Zhou, "A Zhou, apa itu Ba Si Di Gua?"     

"Ini. Lu Zhou memperlihatkan ubi jalar yang ada di dalam tangannya, "Inilah Di Gua, dengan ini kita bisa membuat satu hidangan yang bernama Ba Si Di Gua."     

"Di Gua?" Shangguan Dian mengerutkan keningnya, "Dia bukannya bernama ubi jalar? Kenapa menjadi Di Gua?"     

Lu Zhou mengangkat alisnya, "Tomat juga disebut rangam, dan kentang juga dia disebut ubi belanda dan ubi benggala juga. Kenapa ubi jalar tidak boleh disebut Di Gua?"     

"Buah kecil ini kenapa memiliki begitu banyak nama?" Shangguan Dian cemberut, benar-benar tidak mengerti.     

Lu Sheng tertawa ringan, dia menepuk kedua tangannya dan berdiri, "Boleh, aku akan buatkan untuk kalian sekarang."     

Lu Sheng memisahkan setengah keranjang kecil ubi jalar, kemudian mencuci ubi ini di sungai yang terdapat di samping rumah bambu.     

Hari ini Lu Jiang dan Lu Xin mengikuti Lu Ran ke wisma Hua. Jadi sekarang yang di ladang hanya Lu Sheng, Shangguan Dian, Lanyi, dan dua puluh orang pekerjanya.     

"Nona Lu, majikan menyuruhku membantumu." Lanyi meletakkan topi petaninya ke samping dan berdiri di samping Lu Sheng.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, lalu dia pun memberikan ubi jalar dan pengupas kulit yang dibelikan Yan Wang kepada Lanyi.     

Setelah Lanyi mencuci bersih tangannya, dia pun menerima barang itu dari Lu Sheng.     

"Nanti setelah kamu mengupas kulitnya, potong ubi dalam potongan berputar dan masukkan ke dalam ember. Aku pergi masak air."     

"Potongan berputar?" Lanyi kebingungan, "Apa itu potongan berputar?"     

"Ini tidak buru-buru, nanti aku akan mengajarimu."     

"Oh." Lanyi menganggukkan kepalanya. Kemudian dia melihat lagi ke alat pengupas kulit yang di tangannya itu, dalam seketika tidak mengerti harus bagaimana bertindak.     

Lu Sheng menghelakan napasnya dengan tidak berdaya, dia pun hanya bisa memberikan contoh kepada Lanyi.     

Lanyi melihat gerakan Lu Sheng dengan tertegun, lalu dia pun menganggukkan kepalanya menyatakan dia sudah mengerti.     

Lu Sheng mengeluarkan panci dan mencucinya. Setelah dia memasak air di dalam panci itu, dia pun mengeluarkan gula pasir dan tepung pati untuk persiapan.     

Kecepatan Lanyi mengupas kulit sangat cepat, terutama setelah terbiasa. Tidak lama kemudian setengah keranjang ubi pun selesai dikupas kulitnya.     

"Kecepatanmu cepat juga ya." Lu Sheng memberikan pujian dengan senyuman manis.     

Lanyi berdiri dan bertanya, "Potongan berputar, bagaimana?"     

Lu Sheng pun mengambil pisau dan talenan yang bersih, kemudian mulai memotong sebuah ubi. Ternyata potongan berputar adalah memotong sambil memutarkan bahan menjadi potongan besar.     

Setelah Lu Sheng memberikan contoh, dia pun memberikan pisau kepada Lanyi.     

Tomat menumbuhkan buah yang baru lagi, kini masih dalam kondisi hijau.     

Semangka yang di ladang sudah besar dan bulat. Lu Sheng mengetuk permukaan semangka itu, kemudian dia pun melihat semangka itu terbelah… Lu Sheng menyatakan dia tidak menggunakan tenaga yang kuat.     

Lu Sheng menundukkan kepalanya, lalu dia pun menemukan ternyata semangka sudah matang. Semangka jenis ini memiliki kulit yang tipis. Dengan mengetuk saja sudah bisa membelah semangka menjadi dua.     

Dan ini mengingatkan Lu Sheng dengan kejadian canggung yang pernah dia alami di masa lampau.     

Lu Sheng mengingat ketika dia awal-awal turun merantau ke bawah gunung, waktu itu sedang musim panas. Waktu itu matahari sangat terik, dia dan Lu Zhou tiba di sebuah toko dan melihat ada yang menjual semangka.     

Lu Zhou sedang membeli air di toko sebelah, namun Lu Sheng malah ingin makan semangka. Tapi Lu Zhou sudah membeli airnya, jadi Lu Sheng pun tidak berniat mau membeli semangka.     

Tapi waktu itu Lu Sheng melihat ada yang mengetuk semangka, jadi Lu Sheng juga mengambil sebuah semangka dan mencoba mengetuknya. Namun ternyata semangka itu malah terbelah.     

Waktu itu Lu Sheng sedang memeluk semangka itu, dia menukar tatapan dengan penjual semangka itu. Sedangkan Lu Zhou yang berdiri di samping, ketika melihat adegan tersebut, dia pun tertawa.     

Akhirnya semangka itu hanya bisa dibeli oleh Lu Zhou. Lu Sheng menyuruh penjual memotong semangka, lalu dia dan Lu Zhou pun duduk di tepi jalan dan makan semangka tersebut.     

Lu Sheng memetik semangka ini dengan tidak berdaya. Tadinya dia memikirkan mungkin harus menunggu beberapa hari lagi baru bisa memanen semangka, ternyata hari ini sudah matang.     

Lu Sheng membawa semangka ke dalam dapur dan membelahnya. Dia mengeluarkan biji semangka, berniat menyimpannya untuk menanam tahun depan.     

Lu Sheng yang masih sedang mengeluarkan biji semangka tiba-tiba mendengar ada suara roda delman yang berguling sedang mendekat ke arah sini.     

Lu Sheng mengira paman-pamannya yang datang mengambil sayur, jadi Lu Sheng pun tidak menghiraukannya. Namun tidak lama kemudian, dia malah mendengar Lanyi mengatakan, "Tuan Chu."     

Tangan Lu Sheng yang sedang memegang pisau kecil pun tertegun, dia meletakkan pisaunya dan berjalan keluar. Lalu dia pun melihat Chu Sihan dan seorang pria muda sedang berdiri di luar.     

"Apa ini?" Chu Sihan menatap ke ubi jalar yang belum dipotong itu dengan penasaran.     

Lanyi menjawab, "Itu adalah ubi jalar."     

"Ternyata ini yang namanya ubi jalar?" Chu Sihan mengatakan.     

"Nona Lu, lama tidak bertemu." Ketika pria muda itu membalikkan badannya dan melihat wajah Lu Sheng, dia pun mengaitkan sudut bibirnya dan menyapa.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Tuan Qi."     

Chu sihan segera menyipitkan matanya, "Kalian pernah ketemu?"     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Pernah sekali."     

"Waktu itu ketemu dengan Nona Lu di toko buku. Awalnya aku ingin mengajak Nona Lu minum teh tapi ditolak." Qi Dongjing pura-pura sedih "Selama dua puluh tahun ini, itu masih pertama kalinya aku mengajak seorang nona minum teh, tapi aku malah ditolak. Aku sungguh sedih sekali!"     

Chu Sihan yang mendengar Qi Dongjing ditolak oleh Lu Sheng, ekspresinya pun langsung membaik. Dia menarik Lu Sheng ke sampingnya, dengan nada kecil dia bertanya "Lama tidak bertemu, kamu rindu padaku atau tidak?"     

Lama tidak bertemu? Kalau Lu Sheng tidak salah ingat, sepertinya Chu Sihan baru pulang ke wisma Chu dua hari yang lalu ya?     

[1] Ba Si Di Gua/拔丝地瓜 adalah sejenis makanan kecil dimana ubi yang sudah masak dilapisi dengan gula yang dilarutkan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.