Gadis Lugu Liar Galak

TAO CHU’ER



TAO CHU’ER

0Dalam waktu kedipan mata, satu bulan pun berlalu.     
0

Rumah baru keluarga Lu sudah selesai dibangun, tinggal dibersihkan saja sudah bisa pindah masuk.     

Sedangkan semangka yang di halaman rumah juga sudah matang. Seluruh kebun tampak selapis hijau-hijauan. Buah semangkanya besar dan bulat, dimana mereka bersembunyi di bawah daun, antara tampak tidak tampak.     

Sedangkan semangka yang di ladang baru berbuah saja.     

"Ini adalah semangka yang kamu katakan?" Shangguan Dian berjongkok di depan semangka dan mengetuk-ngetuk yang ini, dan mengetuk-ngetuk yang itu. Wajahnya penuh dengan kejutan karena barang baru.     

Shangguan Dian memakan banyak buah spirit di dunia siluman, namun dia tidak pernah memakan barang yang bernama semangka ini. Tentu saja, buah dan sayur yang ditanam Lu Sheng pada dasarnya tidak pernah dilihat Shangguan Dian juga.     

Hari ini adalah hari bersih-bersih rumah baru. Awalnya Lu Sheng ingin pulang sendiri untuk membersihkan rumah, namun Lu Zhou mendengar semangka sudah matang, dia pun memikirkan untuk ikut pulang.     

Sedangkan Shangguan Dian dan Lanyi mendengar Lu Zhou mau ke rumah baru keluarga Lu, mereka juga ikut.     

Sedangkan Chu Sihan apalagi. Selama di desa Liuyue, Chu Sihan bagaikan ekor Lu Sheng, dia mengikuti Lu Sheng ke mana-mana.     

Setelah selesai membersihkan rumah baru, Lu Zhou dan yang lainnya pun dengan tidak sabar ingin mencicipi semangka. Lu Zhou dengan terampil mengetuk permukaan semangka untuk beberapa kali, kemudian dia pun memanen dua buah semangka.     

Lanyi dengan tidak sabar mengeluarkan sebuah pisau belati dan menyerahkannya kepada Lu Zhou.     

Lu Sheng yang melihat di samping benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa.     

Chu Sihan tidak memedulikan yang lain, yang dia pedulikan hanyalah barang yang ditanam Lu Sheng harus dia yang pertama yang mencobanya. Jadi setelah Lu Zhou memotong potongan pertama semangka, Chu Sihan pun langsung melempar potongan pertama tersebut.     

Shangguan Dian yang juga ingin makan potongan pertama belum sempat mengulurkan tangannya, Chu Sihan sudah merampas dari depan matanya. Dengan penuh keluhan dia melirik Chu Sihan, dia pun ingin mengambil potongan kedua. Namun ternyata potongan kedua malah diambil oleh Lanyi.     

Lu Sheng yang melihat di samping pun merasa adegan ini sangat menarik.     

Sampai potongan ketiga, Shangguan Dian baru mendapatkannya.     

"Xiaosheng, bagaimana cara makan semangka ini?" Shangguan Dian mengamati semangka ini untuk sejenak, lalu dia pun bertanya pada Lu Sheng.     

Lu Sheng menjawab sambil tersenyum, "Makan yang merah."     

Chu Sihan mendengar kata-kata Lu Sheng, dia pun segera menggigit semangkanya, lalu dia pun menganggukkan kepalanya, "Rasanya enak dan memuaskan dahaga."     

"Manis dan berair, enak sekali!" Setelah Shangguan Dian mencicipi semangka, dia pun menganggukkan kepalanya dan terus memuji.     

Sedangkan Lanyi makan tanpa mengeluarkan suara, hanya saja Lanyi yang selalu paling tertarik dengan daging ternyata menghabiskan semangka dalam beberapa gigitan saja.     

Lu Sheng membelah semangka menjadi dua, setengahnya dipotong kecil dan bagikan ke Shangguan Dian dan yang lain. Setengahnya lagi dia langsung mengeluarkan sendok, duduk di bawah pohon, mulai menggali daging semangka dan memakannya.     

Lu Sheng sudah tidak terbiasa dengan cara makan Lu Zhou, namun tidak ketiga orang itu, mereka melihat pada Lu Zhou dengan tertegun.     

"A Zhou, sepertinya cara makanmu lebih nikmat ya." Setelah Shangguan Dian memakan semangka yang di tangannya, dia pun pergi memetik sebuah semangka dan membelah menjadi dua. Shangguan Dian setengah, Lanyi setengah.     

Shangguan Dian dan Lanyi meminta sendok kepada Lu Zhou, lalu mereka pun duduk di kanan dan kiri Lu Zhou, bertiga menikmati semangka di bawah pohon.     

Akhirnya sisa semangka yang sudah dipotong itu hanya bisa dihabiskan oleh Lu Sheng dan Chu Sihan.     

Sebelum kembali ke ladang sayur, Lu Sheng memberikan masing-masing dua buah semangka ke keluarga Liang dan keluarga Tao.     

Akhir-akhir ini penduduk desa sering berjalan melewati ladang sayur Lu Sheng, juga sering berdiri di luar pagar untuk melihat sayur yang ditanam Lu Sheng.     

Kalau Lu Sheng sedang senang, kadang-kadang dia akan memberikan sayuran itu kepada penduduk desa agar mereka dapat mencicipinya.     

Tentu saja, juga ada penduduk desa yang jahat, dimana mereka akan mencuri pada waktu semua orang sedang tidur. Dan akhirnya tentu saja ditakuti setengah mati sampai tidak berani keluar rumah untuk beberapa hari, bahkan harus meminta pendeta melaksanakan ritual.     

Karena setiap hari sebelum Lu Sheng tidur, dia pasti akan melepaskan Tan Jun dan Jia Zheng untuk mengawasi ladang sayurnya. Jadi setiap kali ketika dia mendengar ada yang melihat penampakan ataupun keluarga mana telah mendatangkan pendeta, dia hanya tersenyum saja.     

Hari ini adalah hari memanen kentang. Lu Sheng dan yang lainnya pagi-pagi sudah membawa cangkul dan pergi menggali kentang.     

Kini restoran Lu cabang daerah utara juga telah dibuka, jumlah bahan yang diperlukan sangat banyak. Hari ini baru menggali sebagian kentang, He Qin dan He Lai sudah datang mengambil barang.     

Hari-hari pengumpulan merica yang di desa Anmu juga sudah berakhir, bukan karena penduduk desa malas memetik merica, melainkan karena merica yang di atas gunung sudah habis dipetik.     

Para penduduk desa Anmu yang mendapatkan jumlah uang besar karena memetik merica pun bertanya apakah tahun depan masih menerima merica. Dan jawabannya tentu saja masih menerima.     

Penduduk desa yang mendapatkan jaminan dari Lu Sheng pun sangat menantikan musim merica tahun depan bisa cepat datang.     

Meskipun rumah baru sudah selesai dibangun, dan perabot rumah juga sudah dilengkapi, namun Lu Sheng dan yang lainnya tidak berniat untuk pindah kembali. Karena matahari akhir-akhir ini benar-benar sangat terik. Ketika tidur di malam hari, cuacanya benar-benar sangat panas.     

Sedangkan rumah bambu yang di tepi ladang sayur karena dekat dengan gunung dan air, jadi pagi hari sangat segar,di malam hari sejuk lagi. Jadi semuanya pun tidak buru-buru untuk pindah rumah.     

Kemudian satu bulan pun lewat lagi.     

Pagi hari ini Lu Sheng yang baru bangun, sedang memetik cabai cayenne dan lada surga bersama Lu Ran dan yang lainnya. Lalu tiba-tiba ada yang berteriak dengan keras dan panik, "Xiaosheng, cepat ke sini!"     

Lu Sheng membalikkan kepalanya, dia pun melihat seorang bapak tua yang bekerja di ladang sedang berjongkok di ladang ubi dan mengayunkan tangan kepada Lu Sheng.     

Lu Sheng melihat kondisi ini, dia pun bergegas ke sana. Kemudian dia pun mendengar bapak tua itu mengatakan, "Xiaosheng kamu lihat, tanah ini pecah, ada apa ini?"     

Lu Sheng mengira ada masalah besar apa, setelah dia mendengar kata-kata bapak tua, dia pun tersenyum dan segera membujuknya, "Pak Yang, tanah pecah ini adalah kabar baik."     

"Maksudnya?" Pak Yang melepaskan topi petaninya dan melihat kepada Lu Sheng dengan bingung.     

Lu Sheng menjongkokkan badannya. Dia mulai menggali tanah pecah itu untuk beberapa kali, tidak lama kemudian Pak Yang pun melihat Lu Sheng menggali keluar beberapa ubi jalar yang besar.     

"Coba bapak lihat, kini tanah sudah pecah, berarti ladang ini sudah bisa dipanen."     

Kebanyakan jenis ubi lebih menyukai tanah pasir, jadi ketika Lu Sheng ingin menanam ubi jalar dan ubi ungu, dia sengaja memilih tanah yang lebih berpasir.     

Ubi yang ditanam di tanah pasir tidak hanya besar, kulitnya juga sangat licin. Dan yang paling penting adalah ketika mau panen, cara kerjanya akan lebih santai.     

"Waduh, barang ini cantik sekali!" Pak Yang belum pernah melihat ubi, namun dari penampilan ubi, dia merasa wujud ubi ini sangat menarik.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Ubi ini memang ditanam dengan bagus. Besok kita mulai memanennya. Hari ini kita menggali sedikit dan mengukusnya, nanti bisa kita makan bersama."     

Shangguan Dian dan Lanyi mendengar ada lagi makanan enak, mereka pun tidak melanjutkan pemetikan cabai, melainkan langsung membuang keranjang mereka dan bergegas ke samping Lu Sheng.     

Mungkin karena terlalu lama bersama Shangguan Dian, Lanyi yang tidak pernah menyukai sayur ternyata mulai menyukai sayur-sayuran dan buah-buahan.     

"Xiaosheng, barang ini bisa dimakan mentah?" Shangguan Dian berjongkok di samping ladang ubi dan bertanya.     

Lu Sheng menghelakan napasnya. Sebagai seorang raja siluman, kini malah menjadi seseorang yang hanya memikirkan makanan saja. Lu Sheng benar-benar tidak mengetahui ini adalah kabar baik atau tidak.     

"Bisa dimakan mentah, tapi…" Tapi apa sudah tidak penting lagi. Karena Lu Sheng sudah melihat Shangguan Dian mengambil sebuah ubi jalar, menepuk bersih pasir yang di permukaan ubi dan langsung menggigitnya.     

Lu Sheng benar-benar terdiam… Kebiasaan buruk ini sebenarnya dari siapa?     

Shangguan Dian mengunyah untuk beberapa kali, kemudian dia pun mengerutkan keningnya, "Kurang enak."     

"Iya lah, harus dikukus atau dipanggang baru enak."Lu Zhou juga berjalan kemari dengan lambat dan memberitahukan.     

Semalam Chu Hongzhong sudah pulang ke wisma Chu. Jadi pagi hari ini Chu Sihan pun sudah kembali ke kota.     

Sebelum Chu Sihan pulang, dia menyuruh Lu Sheng cepat-cepat pindah kembali ke rumah baru keluarga Lu, karena beberapa hari kemudian wisma Chu akan datang ke rumah menentukan tanggal hari besar mereka berdua.     

Keluarga Lu tidak memiliki tetua, jadi Lu Sheng memutuskan untuk menyuruh Lu Zhou yang mendiskusikan masalah pernikahan dengan keluarga Chu.     

Sedangkan masalah Lu Ran dan Hua Leya, Lu Sheng juga sudah mengambil keputusan. Besok adalah hari yang bagus. Nanti Lu Sheng meminta Bibi Yu, Bu Fang dan kepala desa sama-sama melamar ke wisma Hua.     

Seharusnya Lu Ran sebagai kakak yang harus menikah duluan, namun di sini tidak memiliki peraturan seperti ini. Jadi Lu Sheng merencanakan Lu Ran dan Hua Leya bisa bertunangan dulu, nanti tahun depan baru mengadakan acara pernikahan mereka, dan Lu Ran juga sudah menyetujuinya.     

Sedangkan Lu Sheng sendiri, mungkin tahun ini sudah akan dinikahi oleh Chu Sihan. Lu Sheng pun menghelakan napasnya.     

Lu Sheng dan Pak Yang, mereka berdua menggali setengah keranjang ubi jalar dan ubi ungu. Kemudian Lu Sheng pun membawanya ke dapur, mulai mencuci dan mengukusnya.     

Rasa ubi jalar lebih manis, sedangkan tekstur ubi jalar lebih pulen. Selera makan orang berbeda-beda, ada yang lebih suka manis, ada yang lebih suka yang pulen.     

Tentu saja, ada satu pengecualian, yaitu Shangguan Dian. Mau yang manis ataupun yang pulen, dua-duanya dia suka.     

Setelah Lu Sheng selesai mengukusnya, dia juga sengaja menyuruh Lu Jiang dan Lu Xin mengantarkan ubi kepada Hua Leya dan Hua Letong. Awalnya Lu Sheng ingin mengikuti mereka, namun kedua anak ini mengatakan mereka bisa sendiri.     

Beberapa bulan ini Hua Letong sering main ke ladang Lu Sheng, dan Lu Jiang serta Lu Xin juga sering bermain ke rumah keluarga Hua, jadi Lu Sheng juga tidak takut mereka akan tersesat. Dan anak kecil pasti memiliki keinginan untuk memamerkan sesuatu. Kini ada makanan yang baru dan enak, kedua anak ini pun ingin membagikannya ke teman.     

"Bawanya yang hati-hati ya, jangan jatuh." Lu Sheng mengambil sebuah keranjang tangan dan memasukkan belasan ubi di dalam, ada ubi jalar dan ubi ungu.     

Setelah Lu Jiang selesai makan ubi, dia baru mengulurkan tangannya untuk menerima keranjang tangan itu. Sedangkan Lu Xin melompat-lompat mengikuti di belakang Lu Jiang.     

"Kamu jangan makan begitu banyak, terlalu banyak makan ubi akan menyebabkan perut kembung." Lu Zhou melihat Shangguan Dian masih makan, dia pun memperingatkannya.     

"Manusia biasa bisa, aku tidak!" Shangguan Dian membalas dengan mulutnya penuh dengan ubi, kemudian dia pun mulai mengupas kulit ubi lagi.     

Lu Sheng menyipitkan mulutnya dan tertawa. Dia mengambil lagi dua keranjang, bersedia mau membagi ubi dengan keluarga Liang dan keluarga Tao.     

Sekalian membahas masalah pernikahan Lu Ran.     

Sebelumnya Lu Sheng pernah bertanya pada Bibi Yu cara melamar. Dan Bibi Yu mengatakan harus menyiapkan seekor babi, sepuluh ekor ayam dan sepuluh ekor bebek. Lalu menghubungi tetua desa untuk ikut bersama pergi melamar.     

Lu Sheng juga tidak mengerti harus menyuruh tetua mana yang ikut melamar, jadi dia pun meminta Bibi Yu, Bu Fang, dan Kepala desa.     

Keluarga Lu juga sudah memberitahukan niat Lu Ran kepada keluarga Hua. Awalnya Tuan Besar Hua mendengar Hua Leya mengatakan dirinya ingin menikah dengan lelaki dari desa Liuyue, dia masih sempat ragu-ragu.     

Namun begitu Tuan Besar Hua mendengar lelaki itu adalah kakak laki-lakinya Lu Sheng, dia pun langsung menyetujuinya tanpa ragu.     

Tuan Besar Hua yang tinggal di desa Liuyue selama beberapa bulan kurang lebih sudah mengetahui masalah keluarga Lu. Jadi kini anak perempuannya mau menikah anak laki-laki keluarga Lu, Tuan Besar Hua sangatlah senang.     

Keluarga Lu dan keluarga Hua sangat senang, namun tidak dengan Bu Peng.     

Bu Peng yang baru hamil, setiap hari membayangkan dirinya bisa melahirkan anak laki-laki untuk keluarga Hua, kemudian menginjak Hua Leya di bawah kakinya.     

Jadi ketika Bu Peng mendengar Hua Leya akan menikah dengan lelaki desa Liuyue, dia benar-benar senang sekali. Setiap hari menertawakan Hua Leya dengan memanggil Lu Ran "Anak miskin, anak miskin".     

Namun suatu hari Tuan Besar Hua malah memberitahukan kepada Bu Peng bahwa keluarga yang akan dinikahi Hua Leya, adik perempuannya adalah tunangan Tuan Chu. Informasi ini membuat Bu Peng merasa sesak napas, suasana hatinya sungguh pengap sekali.     

Jadi beberapa hari ini Bu Peng pun memilih untuk mengurung diri sendiri di dalam kamar, tidak mau keluar. Mau makan, minum, mandi atau apapun, semuanya di dalam kamar dan hanya dilayani oleh Xiaolian.     

Bu Peng tidak senang, Hua Leya tentu saja sangat senang. Terutama ketika dia mendengar keluarga Lu akan melamar ke wisma keluarga Hua besok, seluruh hatinya benar-benar bahagia sekali. Karena tidak ada hal apapun yang bisa lebih menyenangkan daripada bisa menikah dengan orang yang disukai.     

Lu Sheng yang selesai mengantar ubi kepada Bibi Yu pun pergi ke rumah kepala desa. Namun begitu masuk ke dalam rumah keluarga Tao, dia pun menemukan tidak ada orang di dalam.     

Lu Sheng juga tidak memedulikannya, dia langsung meletakkan keranjang tangan yang berisi ubi ke dalam dapur. Ketika dia mau pulang, dia pun bertemu dengan Kak Yang di luar rumah keluarga Tao.     

Karena satu kata "Bahkan keledai rumah kami yang tidur seperti babi pun terbangun karena terkejut", Lu Sheng pun memiliki kesan yang dalam terhadap Kak Yang ini. Lalu sebelumnya ketika Lu Sheng sedang mencari pekerja, dia pernah ke rumah keluarga Yang. Kak Yang adalah menantu perempuan Pak Yang.     

"Xiaosheng, kamu mau cari pak kepala desa?" Karena ayah mertua dan suaminya bekerja untuk Lu Sheng, lalu gaji per bulannya sangat tinggi, jadi ketika Kak Yang berbicara dengan Lu Sheng, sikapnya pun sangat sungkan.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Iya, tapi rumahnya kosong."     

"Waduh, kamu tidak tahu ya?" Kak Yang menghelakan napas, "Pagi-pagi ini Tao Jia dan istrinya membawa anak mereka pulang ke Huangyang, katanya sakit parah."     

"Sakit parah?" Lu Sheng mengerutkan keningnya, "Siapa yang sakit?"     

"Cucunya pak kepala desa itu. Katanya telah masuk angin di kota Yuxi sana, tapi setelah sebulan pengobatan masih belum sembuh, jadi mereka pun membawanya pulang ke Huangyang. Pak kepala desa dan Bibi Fang baru saja ke sana. Tadi aku sempat bertemu dengan mereka di klinik kota."     

Berbicara sampai sini, kak Yang pun mengerutkan keningnya dan melanjutkan, "Aku lihat wajah anak itu sudah batuk-batuk sampai hijau, semoga anak itu bisa cepat sembuh."     

Lu Sheng mendengar sampai sini, dia pun mengerutkan keningnya dan bertanya, "Kak Yang tahu mereka di klinik yang mana?"     

"Di klinik Huitang."     

"Terima kasih Kak Yang sudah memberitahukan kepadaku!" Setelah Lu Sheng mengucapkan terima kasih, dia pun pulang ke ladangnya dengan panik.     

"Kamu mau ke mana?" Lu Zhou melihat Lu Sheng yang buru-buru pulang langsung sudah mau pergi lagi dengan delman kuda, dia pun segera bertanya.     

"Cucu pak kepala desa sakit, katanya sekarang ada di klinik kota, aku ingin pergi melihatnya." Ujar Lu Sheng.     

"Apa? Chu'er sakit?" Karena besok mau pergi melamar ke wisma keluarga Hua, jadi sementara waktu Lu Ran menyerahkan restoran Lu cabang utara kepada He Lai.     

Lu Ran meletakkan keranjang yang berisi cabai dan berkata pada Lu Sheng, "A Sheng, tunggu aku ganti baju sebentar, aku ikut kamu ke sana."     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Baik."     

Lu Ran pergi mencuci muka dan kaki tangannya, lalu dia pun segera masuk ke dalam kamar dan mengganti bajunya.     

"Guru, kalau aku pulangnya agak malam, kalian masak sendiri ya."     

Lu Zhou menganggukkan kepalanya, "Pergilah."     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, lalu dia pun berangkat dengan Lu Ran menuju kota.     

Ketika Lu Sheng dan Lu Ran tiba di klinik Huitang, Tao Jia sedang memeluk anaknya dan dengan wajah tak berekspresi dia berjalan keluar.     

Sedangkan di belakang Tao Jia ada Bu Qiu dan Bu Gang yang sedang menangis terisak-isak. Ekspresi kepala desa juga sangat buruk.     

"Kak Tao, ada apa ini?" Lu Ran yang meloncat turun dari delman kuda pun segera bertanya dengan panik.     

Lu Sheng juga segera memarkirkan delman kuda ke tepi jalan dan mengikuti Lu Ran.     

Tao Jia mengangkat kepalanya, ketika dia melihat Lu Ran dan Lu Sheng, kedua matanya pun tidak bisa bertahan lagi dan menjadi merah.     

"Sebulan yang lalu, Chu'er masuk angin. Waktu itu kami juga tidak menganggap serius, kami membawanya ke dokter dan minum obat, tapi kondisinya tidak menetap, selalu kambuh terus. Tadi kami sudah melihat ke dokter kota, namun dokter malah mengatakan dia juga tidak tahu penyakit apa yang dialami Chu'er. Kami sekarang mau membawa Chu'er ke Jiangcheng dan mencari dokter."     

"Xiaoran, maaf ya, paman dan bibi besok sepertinya tidak bisa membantu kamu melamar ke rumah keluarga Hua." Kepala desa dan Bu Fang melihat kepada Lu Ran dengan memohon maaf.     

"Bagaimana ini bagusnya?" Lu Ran menyentuh dahi Tao Chu'er dan menemukan suhunya sangat rendah.     

"Tidak usah ke Jingcheng." Setelah Lu Sheng melihat wajah Tao Chu'er, dia pun mengatakan.     

"Tidak usah ke Jiangcheng? Tao Jia tertegun, "Xiaosheng, jangan-jangan kamu memiliki cara?"     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Kalian tunggu sebentar." Kemudian Lu Sheng pun berjalan masuk ke dalam klinik, dia membeli tiga jenis obat. Tidak lama kemudian dia pun keluar dengan ketiga obat itu, "Ayo pulang."     

Keluarga Tao dan Lu Ran tidak ada yang mengetahui apa yang akan dilakukan Lu Sheng, namun mereka melihat Lu Sheng begitu tenang, seolah-olah penyakit Tao Chu'er bukanlah penyakit krisis.     

Tao Jia memikirkan sebelum berangkat ke Jingcheng, mereka juga harus pulang ke rumah untuk membereskan baju dulu. Jadi mereka pun pulang ke desa bersama Lu Sheng dan Lu Ran dalam satu delman kuda.     

Setelah tiba di rumah keluarga Tao, Lu Sheng pun memberikan ketiga obat itu kepada Bu Fang dan menyuruhnya masak obat.     

Tao Chu'er sudah bangun, setelah dia batuk untuk beberapa kali, dia pun mulai menangis. Suara tangisnya semakin keras dan tajam, seolah-olah sudah menggunakan sekuat tenaga untuk menangis.     

"Anak yang baik, ibu di sini!" Kedua mata Bu Qiu kini merah dan bengkak, sepertinya sudah lama tidak istirahat dengan baik.     

"Biar aku." Lu Sheng maju. Pada saat dia mengulurkan tangannya, Tao Chu'er pun menangis lebih keras lagi, dia menghindari tangan Lu Sheng dengan terus mundur ke belakang.     

Bu Qiu segera memeluk erat Tao Chu'er, sambil menangis dia menghibur dan mengurut belakang punggung Tao Chu'er.     

"Kak, percaya padaku." Ujar Lu Sheng.     

Bu Qiu melihat Lu Sheng, lalu dia melihat ke suaminya, melihat Tao Jia menganggukkan kepalanya, dia pun memberikan Tao Chu'er kepada Lu Sheng.     

Awalnya Tao Chu'er masih ingin melawan, namun ketika dia masuk ke dalam pelukan Lu Sheng, tangisannya pun berhenti dalam seketika. Tao Chu'er membuka matanya lebar-lebar dan menatap Lu Sheng dengan tertegun.     

Lu Sheng tersenyum dan menyentuh pipi kecil Tao Chu'er, "Jangan takut, sudah tidak apa-apa."     

Mereka yang di samping ketika melihat adegan tersebut, mereka pun tertegun di tempat.     

Beberapa saat kemudian, Tao Jia baru menyadarkan diri, "Ini… sebenarnya ada apa ini?" Tao Jia bertanya dengan terkejut.     

Tadi Tao Chu'er masih melawan dengan kuat tidak ingin dipeluk oleh Lu Sheng. Kenapa begitu masuk ke pelukan Lu Sheng, Tao Chu'er malah tiba-tiba diam?     

Lu Sheng mengembalikan Tao Chu'er kepada Tao Jia, sekalian menyimpan sebuah kertas hu ke dalam saku Tao Chu'er, "Nanti aku baru jelaskan kepada kalian."     

Lu Sheng berjalan melewati mereka semua, lalu dia pun melihat ke anak kecil yang seluruh badannya sedang menyebarkan aura hitam, dengan dingin dia bertanya, "Kenapa mau merasuki badannya?"     

"Xixi…" Anak kecil itu tidak menjawab pertanyaan Lu Sheng, melainkan tersenyum lebar kepada Lu Sheng.     

"Tidak mau jawab?" Lu Sheng melepaskan Jia Zheng dan anggotanya, lalu dia pun mengatakan, "Sana, tangkap anak itu dan bawa ke hadapanku."     

"Baik!" Setelah Jia Zheng menerima perintah, dia pun melihat ke anak kecil itu sambil tersenyum.     

Ketika anak hantu itu melihat Jia Zheng dan yang lainnya, awalnya dia tertegun, kemudian dia pun segera melarikan diri dengan takut. Namun dia justru diangkat tinggi-tinggi oleh tangan Jia Zheng.     

"Ayo katakan, kenapa mau merasuki badan anak ini? Kalau kamu tidak bilang, aku akan menghancurkan jiwa rohmu ini." Lu Sheng mengangkat kepalan tangannya dan mengancam anak hantu itu.     

Anak hantu itu takut sampai menyusutkan lehernya, "Jangan… jangan pukul aku!"     

Anak hantu itu sepertinya belum lima tahun, dan… Lu Sheng membalikkan kepalanya dan melihat Tao Chu'er, dia pun mengerutkan keningnya.     

Wajah anak hantu ini ternyata sama persis dengan Tao Chu'er, dan usianya juga setara.     

"Xiaosheng…" Keluarga Tao dan Lu Ran melihat Lu Sheng sedang mengguman dengan diri sendiri, mereka pun merinding dengan tidak nyaman.     

Bu Fang pernah mendengar Bibi Yu mengatakan Lu Sheng memiliki keterampilan di bidang ini, jadi ketika dia mendengar kata-kata Lu Sheng, dia pun melihat ke cucunya yang masih batuk, namun wajahnya sudah tidak sepucat tadi. Wajah Bu Fang pun berubah.     

"Xiaosheng, jangan-jangan Chu'er telah diganggu oleh barang itu?" Begitu Bu Fang bertanya, tatapan semua orang pun melanda pada Lu Sheng.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.