Gadis Lugu Liar Galak

MEMANEN TOMAT



MEMANEN TOMAT

0Selain menggambar matra, Chu Sihan masih belum pernah melihat Lu Sheng menggambar yang lain, dia juga tidak mengetahui kemampuan menggambar Lu Sheng. Namun dari kata-kata Lu Sheng bisa diketahui seharusnya keterampilan menggambar Lu Sheng tidak buruk.     
0

"A Sheng, Paman Qin dan Paman Lai datang." Lu Ran berlari dari luar ke dalam, dengan terengah-engah dia mengatakan, "Ayo suruh mereka mulai memanen dulu."     

Tomat sudah matang dua hari ini, seluruh ladang tomat tampak merah dimana membuat orang yang melihatnya merasa menggiurkan.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, dia menyimpan baik kipas lipatnya, lalu dia pun keluar. Dia menyuruh semua orang untuk menghentikan pekerjaan mereka terlebih dahulu, kemudian meminta mereka membantu memanen tomat dan cabai dulu.     

"Hormat Tuan Chu!" He Lai dan He Qin berjalan kemari dan memberikan hormat kepada Chu Sihan.     

"Kedua paman tidak perlu sungkan, kedepannya kalau bertemu denganku, kalian tidak perlu memberikan hormat."     

Panggilan "Paman" dari Chu Sihan membuat He Qin dan He Lai tertegun, lalu dalam waktu bersamaan mereka melihat kepada Lu Sheng.     

Siapa tahu Lu Sheng sama sekali tidak memerhatikan apa yang dikatakan Chu Sihan tadi, melainkan sedang mengarahkan pekerjanya memanen.     

"Ugh… baik!" He Qin dan He Lai menganggukkan kepalanya sambil tersenyum dengan canggung. Mereka tidak pernah menyangka suatu hari mereka akan menjadi "Paman" Chu Sihan.     

Terutama He Lai. Bagi He Lai, keberadaan Chu Sihan bagaikan bintang di atas langit, apalagi dia adalah seseorang yang dihormatinya sejak dulu. Dia tidak menyangka orang yang dihormatinya ini suatu hari akan memanggilnya "Paman". Kalau He Lai memberitahukan masalah ini kepada teman-temannya, mereka pasti akan memarahinya untuk jangan bermimpi.     

Chu Sihan tidak ingin menebak isi hati He Lai dan He Qin. Setelah menganggukkan kepala kepada mereka berdua, dia juga mengambil keranjang bambu dengan alami dan pergi membantu memanen tomat.     

Adegan ini membuat He Lai dan He Qin tertegun untuk beberapa saat.     

"Xiaoran, ini… mana boleh membiarkan Tuan Chu mengerjakan hal seperti ini?" He Qin menarik Lu Ran dan bertanya dengan tegang.     

Lu Ran yang gugup dari tadi begitu melihat reaksi He Lai dan He Qin, dalam seketika suasana hatinya pun menjadi tenang, "Tuan Chu sendiri yang mau, kita juga membantu saja."     

Lu Ran sangat penasaran, kalau He Lai dan He Qin melihat Putra Kaisar Ketiga pergi menangkap udang di sungai, reaksi apa yang akan ditunjukkan mereka ya?     

He Qin mengedipkan matanya, "Tapi aku masih ada sesuatu yang ingin dibicarakan dengan Lu Sheng."     

"Paman ingin membicarakan apa denganku?" Ketika Lu Sheng berjalan mendekati mereka, kebetulan mendengar kata-kata He Qin.     

"Kalau begitu kalian ngobrol dulu saja, aku dan Xiaoran pergi membantu." He Lai mengambil dua keranjang bambu, satu untuk dirinya, satunya lagi untuk Lu Ran.     

"Paman Qin, kita bicara di ruang makan saja." Lu Sheng mengarahkan He Qin ke ruang makan yang ada di samping.     

Setelah duduk, Lu Sheng menuangkan air teh dulu sebelum bertanya, "Paman Qin, apa yang ingin kamu bahas denganku?"     

"Di samping restoran Lu kita ada sebuah toko arak, kamu tahu kan?"     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Tahu."     

"Pemilik toko arak itu mengatakan dia sudah tidak mau melanjutkan bisnisnya lagi. Paman Zhang-mu mendengar hal tersebut, dia pun mengatakan ingin mengambil alih warung itu, kemudian menggabungkan kedua toko ini menjadi satu, memperluas kapasitas restoran. Tapi paman Zhang-mu tetap ingin mendengar pendapatmu, jadi menyuruh aku datang untuk menemuimu."     

Bagaimanapun Lu Sheng adalah pemilik asli restoran Lu, mereka tidak bisa mengambil keputusan sembarangan.     

"Itu bagus sekali!" Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Aku sudah membiarkan kalian mengambil alih urusan restoran, kalian ingin bagaimana ya lakukan saja. Kalian kan sudah menjadi salah satu pemiliknya."     

Lu Sheng hanya bertanggung jawab atas bahan makanan restoran saja, yang lainnya dia tidak ingin mengurusnya.     

He Qin menganggukkan kepalanya, "Baik, kalau begitu tunggu aku pulang, aku akan bilang pada Paman Zhang-mu."     

Kapasitas tamu restoran Lu benar-benar sangat banyak. Sepanjang hari masih ada banyak tamu yang tidak mendapatkan meja sehingga pergi makan ke tempat lain. Dan He Qin serta He Zhang sempat memerhatikan masalah tersebut, setiap kali mereka melihat ada tamu yang pergi, mereka pun sangat sakit hati.     

"Paman Qin, sekarang di dalam dapur selain Paman Zhang, masih ada berapa koki?"     

"Tiga." Jawab He Qin.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, kemudian dia pun teringat dengan Lu Ran, "Oh ya Paman, lain hari kalau kamu memiliki waktu luang, bisakah kamu pergi ke daerah utara, lihatkan apakah ada toko yang terletak di wilayah strategis, sebaiknya toko itu bisa dekat dengan jalan yang ramai."     

"Daerah utara?" He Qin kebingungan, "Untuk apa cari toko di sana?"     

"Mau membuka cabang, lalu membiarkan Kak Ran dan Paman Lai yang mengurusnya. Kakakku sekarang sudah tidak sekolah, tidak mungkin menyuruhnya bertani terus, kan?"     

Bagaimanapun Lu Ran adalah seorang pelajar. Meskipun bertani tidak ada buruknya, namun penduduk desa suka menggosipkan urusan orang. Selalu suka mengatakan seorang pelajar juga akhirnya pulang bertani dan sejenisnya.     

Meskipun Lu Sheng mengetahui Lu Ran tidak memedulikan gosip seperti ini, namun dia tidak suka mendengar ada yang menggosipkan bahkan menertawakan kakaknya.     

He Qin yang mendengar kata-kata Lu Sheng, dia pun mengerutkan keningnya, "Xiaoran tidak sekolah lagi?" Dan dia sama sekali tidak mengetahui hal tersebut.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Sudah beberapa hari tidak masuk sekolah, dia bilang ingin berbisnis."     

"Ya sudahlah." He Qin menghelakan napas, "Sifat Xiaoran sangat lurus, memang kurang cocok untuk menjadi pejabat."     

Kalau secara tidak sengaja menyinggung seseorang, maka akan sangat merepotkan. Meskipun He Qin tidak pernah berhubungan langsung dengan pemerintah, namun dia juga pernah mendengar persaingan antara pejabat yang licik dan kotor itu.     

"Baik!" He Qin menganggukkan kepalanya, "Nanti tunggu aku pulang ke kota, aku akan meminta orang lihatkan apakah ada toko yang bagus di daerah utara."     

Lu Sheng tersenyum, "Sudah merepotkan Paman, terima kasih."     

He Qin menepuk kepala Lu Sheng sambil tersenyum, "Mana bisa dikatakan repot? Ini kewajiban paman!" Kalau tidak ada Lu Sheng, sampai sekarang He Qin masih tinggal di rumah buruk dan hidup susah.     

"Paman, kamu juga jangan menyibukkan diri sendiri terus, Harus sering pulang ke desa melihat bibi, nenek dan yang lainnya."     

He Qin tertawa, "Kamu tidak perlu khawatir, paman sudah membeli sebuah rumah kecil di kota. Beberapa hari lagi aku akan menyuruh mereka pindah masuk ke rumah baru itu."     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya dengan senang, "Bagus sekali kalau begitu!"     

"Apa yang kalian bicarakan? Sepertinya senang sekali?" Chu Sihan berjalan mendekati Lu Sheng dan He Qin.     

He Qin melihat Chu Sihan, dia yang baru saja akan berdiri, lalu ditekan kembali ke kursi oleh Chu Sihan yang kebetulan melewatinya.     

"Paman tidak perlu memedulikanku, aku hanya datang untuk minum teh saja." Kemudian Chu Sihan pun duduk di samping Lu Sheng.     

Dengan sedikit panik He Qin melihat Chu Sihan, lalu ke Lu Sheng.     

Lu Sheng melirik Chu Sihan, lalu dia pun tersenyum pada He Qin, "Paman tidak usah menghiraukannya."     

He Qin tertawa canggung, akhirnya dia tetap berdiri dan mengatakan, "Kalian ngobrol saja, aku melihat ke luar."      

Meskipun Chu Sihan tidak melakukan apapun, namun dengan Chu Sihan yang duduk di sana, wibawanya itu sudah menyebar secara otomatis membuat orang merasa sesak secara otomatis. He Qin merasa kalau dirinya masih duduk di sini, takutnya dia akan mati karena sesak napas.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Baik."     

Setelah He Qin pergi, Lu Sheng baru mengangkat alisnya dan melihat Chu Sihan, "Kamu bukannya sedang memetik tomat?"     

"Tiba-tiba haus, jadi ingin minum teh." Jari tangan Chu Sihan yang panjang dan putih mengambil cangkir Lu Sheng, kemudian menghabiskan air teh yang masih tersisa di dalam cangkir itu.     

Wajah Lu Sheng sedikit memerah. Dia merampas cangkirnya dari tangan Chu Sihan dan mendengus, "Di sini begitu banyak cangkir kosong, kenapa kamu harus memilih cangkirku?"     

Chu Sihan mengaitkan sudut bibirnya, dia meletakkan kepalanya di atas telapak tangannya dan melihat Lu Sheng, "Ini sama dengan 'Ada begitu banyak gadis di dunia ini, tapi aku hanya ingin menikah denganmu'."     

Lu Sheng memutar matanya kepada Chu Sihan, "Gombal."     

"Juga sama kamu saja." Chu Sihan meneruskannya dengan lancar.     

Lu Sheng menghelakan napasnya dengan tidak berdaya, "Kamu sudah tinggal di sini untuk waktu yang lama, kamu tidak berniat mau pulang ke wisma Chu atau Linjiangfu lagi?"     

"Di Linjiangfu sana tidak ada urusan yang penting, lagipula di sana masih ada Chu Yun dan Kepala Polisi Ji, tidak ada yang perlu aku cemaskan. Sedangkan wisma Chu…" Chu Sihan tersenyum, "Nanti setelah rumahmu sudah selesai dibangun, seharusnya mereka akan mencari ke rumahmu, jadi aku pun tidak perlu pulang."     

Lu Sheng terdiam… Jadi Chu Sihan bermaksud untuk terus tinggal di sini? Kemudian dia pun mengangkat alisnya dan mengatakan sambil tersenyum dengan penuh makna, "Sepertinya Tuan Chu kami sangat suka bertani ya?"     

Lu Sheng berpikir sejenak, kemudian dia pun tersenyum, "Begini saja. Mulai besok, kamu menemaniku menyerbuki semangka saja bagaimana?" Semangka yang Lu Sheng tanam di rumah tua keluarga Lu sudah memekarkan bunga, besok dia berencana pergi menyerbuki semangka itu.     

"Menyerbuki semangka?" Chu Sihan mengerutkan keningnya, "Apa itu semangka?"     

"Ya semangka." Lu Sheng berdiri, lalu dia pun menepuk pundak Chu Sihan dan mengatakan, "Besok kamu akan tahu."     

Chu Sihan mengangkat alisnya dan tersenyum pada Lu Sheng.     

Kemudian Lu Sheng mengatakan, "Aku pergi mencari paman untuk menanyakan sesuatu."     

Lu Sheng ingin bertanya respon tamu terhadap merica. Kalau para tamu bisa menerimanya, maka dia akan pergi ke desa Anmu memetik merica itu lagi. Kalau para tamu tidak bisa menerimanya, makan sisa merica itu akan Lu Sheng gunakan untuk dirinya sendiri.     

Ketika Lu Sheng keluar, sudah ada puluhan keranjang bambu tomat yang siap dipanen. He Qin dan He Lai sedang membantu mengangkut tomat ini ke dalam delman kuda.     

"Paman, aku masih ada sesuatu yang lupa tanya padamu."     

"Apa?" He Qin mengangkut sekeranjang tomat ke atas delman kuda, lalu dia pun melihat Lu Sheng.     

"Itu, merica yang aku memintamu untuk membawa ke restoran itu, apa sudah habis?"     

"Betul, merica!" He Qin begitu mendengar kata "merica", dia pun teringat kembali, "Kalau kamu tidak mengatakan masalah ini, paman juga melupakan hal ini."     

He Qin menepuk debu yang ada di bajunya dan melanjutkan, "Ikan rebus yang dimasak dengan merica sangat populer. Sekarang merica masih sisa sedikit, Paman Zhang-mu bilang kalau di sini kamu masih ada merica, dia menyuruhku sekalian membawa ke restoran."     

"Baik." Lu Sheng kembali ke dalam dapur. Dia memisahkan sedikit merica ke wadah lain, sisanya dia bawa ke delman kuda.     

"Paman Lai, kapan kamu pulang ke desa Anmu?" Lu Sheng bertanya pada He Lai.     

"Besok pagi sudah pulang, kenapa?" He Lai berjalan ke tepi kolam air, dia mencuci tangan sambil bertanya.     

"Aku ingin meminta bantuan kepadamu."     

He Lai menganggukkan kepalanya, "Bilang saja."     

"Bantu aku memetik merica."     

"Merica?" He Lai berdiri dengan bingung, "Bagaimana caranya?"     

"Sangat mudah, nanti setelah Paman pulang, Paman bilang pada penduduk Anmu dan meminta mereka memetik merica, lalu menyuruh mereka mengeringkan merica yang sudah dipetik. Aku akan memberikan lima puluh koin perak per setengah kilo."     

"Lima puluh koin perah per setengah kilo?" He Lai terkejut, "Barang ini juga tidak ada yang makan. Kalau kamu mau merica, nanti saat aku pulang, aku bisa bilang pada kakek dan nenekmu, kalau ada waktu luang bisa meminta mereka untuk bantu memetik ke atas gunung. Kenapa harus membuang-buang uang ini?"     

"Tidak boleh!" Lu Sheng melihat He Lai dan mengatakan, "Kakek dan nenek sudah berusia tua, sekarang adalah masa mereka menikmati kehidupan, kamu ternyata rela menyuruh mereka naik gunung?"     

He Lai melihat ekspresi Lu Sheng yang seakan sedang mengatakan 'Paman masih memiliki hati nurani atau tidak', dia pun terdiam…     

Di dalam kesan He Lai, orang tuanya selalu sibuk. Kalau menyuruh mereka untuk jangan sibuk, mereka justru tidak mau. Jadi lama kelamaan, He Lai pun juga merasa kedua orang tuanya bisa melakukan banyak hal.     

He Qin tertawa ringan, "Benar kata Xiaosheng, paman dan bibi akhirnya bisa menikmati kehidupan, kamu masih menyuruh mereka naik gunung. Anak seperti apa kamu ini?"     

He Lai menghelakan napasnya dengan tidak berdaya, "Aku sudah salah." Lalu dia melihat Lu Sheng, "Baik, kalau begitu besok pagi setelah aku pulang, aku akan memberitahukan kepada orang desa."     

Lu Sheng berpikir sejenak lalu mengatakan, "Begini saja, kalau mereka mau menjual mentah juga boleh. Paman beritahukan kepada mereka, yang mentah setengah kilo jual dua puluh lima koin perak, sedangkan yang sudah dikeringkan lima puluh koin perak per setengah kilo."     

Lu Sheng takut ada yang tidak percaya, jadi dia pun menggunakan strategi ini. Mereka melihat Lu Sheng ingin menggunakan uang membeli merica mentah, maka mereka pun akan percaya bahwa mereka juga menerima merica kering.     

He Lai menganggukkan kepalanya, "Baik."     

Lu Sheng tersenyum, lalu dia pun kembali ke kamarnya. Setelah keluar, tangannya pun membawa selembar uang kertas, "Di sini ada seratus tael perak, paman bawa. Nanti di kota Paman bawa uang kertas ini ke bank dan menggantikannya menjadi serpihan tael perak dan koin perak. Nanti kalau uangnya tidak cukup, Paman Lai bisa langsung ambil pada Paman Qin."     

He Lai menganggukkan kepalanya, dengan bercanda dia mengatakan, "Kalau ada sisa, aku yang menyimpannya ya."     

Lu Sheng tertawa ringan, "Boleh, sisa berapa Paman simpan saja, kalau tidak cukup baru menambahkannya lagi."     

He Qin melihat sepuluh delman kuda sudah dipenuhi dengan tomat, dia pun segera menyuruh mereka berhenti, "Seharusnya sudah cukup, semuanya berhenti, tidak perlu memanen lagi!"     

Karena tomat adalah barang yang baru, jadi semuanya suka memakannya. Sepuluh delman tomat ini biasanya bisa habis dalam waktu tiga sampai empat hari.     

Tomat yang terlalu matang biasanya Lu Sheng akan menyuruh orang memetiknya terlebih dahulu, menggunakannya untuk membuat saus tomat.     

Sedangkan cabai hanya dipetik setengah karung goni saja, takut rusak kalau terlalu banyak.     

Lu Sheng biasanya juga akan memetik cabai dan mengeringkannya. Cabai kering tidak begitu mudah rusak, namun yang mentah bisa rusak dengan cepat. Terutama di musim ini, cuaca yang panas membuat makanan lebih gampang rusak.     

Mengungkit sola cabai, Lu Sheng pun teringat lagi bahwa dia sepertinya masih ada jenis biji cabai lainnya. Semuanya didapatkan dari belanjaan Yan Wang.     

Di antaranya ada cabai tabasco, lada surga, cabai panjang, paprika, dan cabai cayenne.     

Di zaman ini tidak ada barang seperti ini. Kalau Lu Sheng bisa memonopoli bahan-bahan ini, dia tidak akan kekurangan kesempatan untuk menjadi kaya raya.     

Mengambil kesempatan sekarang masih bisa menanam cabai-cabai ini, dia harus harus mengejar waktu sebelum musim dingin mendatang.     

He Qin dan He Lai menunggu semua barang sudah selesai diangkut ke dalam delman kuda, mereka pun bersedia untuk pamit dengan Chu Sihan dan yang lainnya. Namun mereka malah melihat Lu Zhou dan Shanggunlan Dian sedang berjalan ke arah mereka sambil membawa ember.     

Mungkin untuk menikmati proses menangkap udang, Lu Zhou dan Shangguan Dian tidak menggunakan sihir sama sekali, dimana membuat baju mereka berlumuran lumpur, bahkan wajah mereka juga ada lumpur.     

"Putra… Putra Kaisar Ketiga?" He Lai memanggil dengan ragu-ragu.     

"Hmhh." Lu Zhou menganggukkan kepalanya, lalu dia pun mengangkat alisnya dan bertanya, "Kalian sudah mau pulang?"     

He Qin dan He Lai menganggukkan kepalanya dengan kaku.     

Astaga, dengan melihat Chu Sihan membantu memetik tomat sudah cukup mengagetkan. He Qin dan He Lai tidak menyangka demi menangkap udang, Putra Kaisar Ketiga malah turun tangan sendiri?     

Orang-orang berkekuasaan tinggi yang tidak mengerti penderitaan masyarakat ini sebenarnya telah berhutang budi apa kepada Lu Sheng di masa lampau? Kenapa mereka bisa diperlakukan seperti ini?     

He Qin dan He Lai merenung dan tertegun di tempat, dalam seketika tidak mengerti harus memberikan reaksi seperti apa.     

"Wah, udangnya lumayan banyak ya!" Lu Sheng membuka keranjang dan melihat ke dalam, lalu dia pun melihat udang yang memenuhi ember itu.     

Ember yang dibawa Shangguan Dian juga penuh dengan udang.     

"Udang yang di sungai banyak sekali. Kalau enak, besok kami pergi menangkapnya lagi." Shangguan Dian meletakkan embernya dan berkata dengan senang.     

"Malam ini kita masak udang karang ini." Kemudian Lu Sheng langsung mengambil dua ember udang itu ke dalam dapur.     

Lu Sheng menyuruh He Qin dan He Lai makan malam bersama, tapi ditolak. Karena restoran masih sedang menunggu bahan masak ini, jadi mereka harus pulang cepat.     

Lu Sheng juga tidak memaksa.     

Malam itu, Shangguan Dian yang memakan tumis udang sungai itu pun mengatakan besok mau pergi menangkapnya lagi. Namun akhirnya besok dia malah disuruh Lu Sheng untuk membantu dalam pembibitan biji cabai.     

Masalah seperti ini bagi Lu Zhou sangatlah mudah. Bagaimanapun di masa lampau, Lu Zhou sering melakukannya.     

Sedangkan Lu Sheng, pagi-pagi dia memberikan tugas kepada Lu Zhou dan Shangguan Dian, kemudian dia pun membawa Chu Sihan pulang ke rumah tua keluarga Lu untuk menyerbuki semangka.     

"Ini… bagaimana caranya?" Chu Sihan melihat Lu Sheng memetik bunga-bunga semangka itu, dia pun kebingungan. Bulannya sesama bunga? Kenapa ada yang harus dikorbankan?     

"Ini namanya bunga betina, bisa lihat? Di bawahnya sudah mulai berbuah. Sedangkan bunga yang panjang dan kurus ini adalah bunga jantan, dan dia tidak bisa berbuah, jadi harus dipetik untuk menyerbuki bunga betina."     

"Dia bukannya sudah berbuah? Kenapa masih harus diserbuki?" Chu Sihan bertanya dengan serius.     

Lu Sheng juga menjelaskannya dengan serius, "Karena dengan menyerbuki, persentase berbuah akan meningkat. Kalau tidak menyerbukinya, buah itu akan layu dalam pertengahan sampai akhirnya rusak."     

"Ternyata begitu!" Sebelum Chu Sihan mengenal Lu Sheng, tanaman yang pernah ditanamnya juga hanya bunga lycoris yang di alam baka itu saja.     

Namun selama ini Chu Sihan berada di samping Lu Sheng, pengetahuannya banyak meluas.     

Namanya manusia memang harus mengalaminya sendiri, jika tidak, maka akan dengan mudah merasa bahwa barang-barang ini cukup dibeli dengan uang saja. Namun mereka justru tidak mengetahui hasil panen ini harus menguras seberapa banyak perhatian dari petani.     

Setelah Lu Sheng dan Chu Sihan selesai menyerbuki semangka dan pulang ke ladang, mereka pun menemukan di atas meja yang di halaman terletak setumpuk teratai.     

Sedangkan Lu Jiang, Lu Xin dan Hua Letong sedang mengupas biji teratai dan memakannya.     

Lu Sheng melihat kulit biji teratai yang di bawah lantai, dia pun mengerutkan keningnya, "Barang ini tidak boleh dimakan terlalu banyak, jangan makan lagi."     

Lu Sheng maju dan mengikat sisa teratai itu menjadi satu ikat. Ketiga anak itu pun menghentikan gerakan mereka dan menatap Lu Sheng, "Kak Sheng, tekstur biji teratai ini lunak, manis sekali!"     

Lu Xin mengupas sebiji dari biji teratai dan memberikannya kepada Lu Sheng. Lu Sheng mengambilnya dari tangan Lu Xin dan ketika dia mau memasukkannya ke dalam mulut, ternyata dari samping ada sebuah tangan yang langsung merampas biji teratai itu dari tangannya.     

"Hmhh, sangat manis." Setelah Chu Sihan menelan biji teratai itu, dia pun mengatakan pendapatnya.     

Lu Xin melihat Chu Sihan dan mengedip-ngedipkan matanya, ekspresinya tampak polos.     

Lu Sheng menolehkan kepalanya dan melihat Chu Sihan, dalam seketika tiska mengerti harus mengatakan apa.     

Chu Sihan mengambil sebatang teratai, mengambil biji teratainya dan mulai mengupas kulitnya, "Ini, coba." Chu Sihan menarik tangan Lu Sheng dan meletakkan biji teratai itu ke dalam telapak tangan Lu Sheng.     

Lu Sheng menghelakan napasnya, baru dia memasukkan biji teratai ke dalam mulutnya. Biji teratai musim ini lunak dan manis, memang sangat enak, pantas saja anak-anak ini bisa makan begitu banyak.     

"Siapa yang memberikan teratai ini kepada kalian?" Lu Sheng bertanya pada ketiga anak ini.     

Lu Jiang menjawab, "Kak Ran membawanya dari rumah nenek."     

Ternyata Lu Ran yang memetiknya ke desa Anmu?     

Lu Sheng melihat Hua Letong dan mengatakan sambil tersenyum, "Tongtong, nanti bawakan sedikit buat kakakmu."     

Hua Letong malah menjawab, "Kakak sudah ada."     

"Oh?" Lu Sheng mengangkat alisnya, "Kakakmu datang?"     

Hua Letong menggelengkan kepalanya, "Bukan, Kak Ran mengantar teratai ini ke rumahku. Lalu aku mengikuti Kak Ran ke sini."     

Ternyata begitu! Lu Sheng pun tersenyum dengan senang.     

Lalu Lu Sheng melihat lagi ke ketiga anak ini, "Jangan makan lagi ya, kalau makan terlalu banyak nanti akan sakit."     

Biji teratai bersifat dingin, tidak boleh kebanyakan makan. Orang yang tubuhnya bersifat dingin kalau makan terlalu banyak, mereka akan batuk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.