Gadis Lugu Liar Galak

LEBIH MENDERITA DARIPADA DIGIGIT SEPULUH RIBU SERANGGA



LEBIH MENDERITA DARIPADA DIGIGIT SEPULUH RIBU SERANGGA

0"Kalau kamu tidak mau menjawabnya ya sudah." Lu Ran melihat Hua Letong sepertinya sangat keberatan, dia pun melepaskannya.     
0

Hua Letong yang mendengar dirinya bisa tidak menjawab, dia pun menghelakan napasnya.     

Sehingga sepanjang jalan, Lu Ran dan Hua Letong tidak lagi mengeluarkan suara.     

Setelah tiba di wisma Hua, Lu Ran mengangkat tangannya dan mengetuk pintu.     

Yang membuka pintu adalah seorang pembantu penjaga pintu. Ketika dia melihat Hua Letong yang berdiri di samping Lu Ran, dia pun tertegun, "Tuan Muda, Anda sudah pulang?"     

Hua Letong menganggukkan kepalanya. Dia mengangkat kepalanya dan melihat Lu Ran, "Kakak ini yang mengantarku pulang."     

"Oh." Pembantu penjaga pintu itu pun melihat Lu Ran dan mengucapkan terima kasih, "Terima kasih Tuan sudah mengantar Tuan Muda kami pulang."     

"Hmhh." Tatapan Lu Ran melewati pembantu itu dan melihat ke dalam, dia melihat satu keliling namun tidak menemukan sosok Hua Leya, dia pun merasa kecewa.     

Lu Ran menyerahkan Hua Letong kepada pembantu itu. Ketika dia mau pergi, sudut matanya justru melihat seseorang berjalan dari lorong ke pintu.     

Langkah kaki Lu Ran terhenti, dia melihat orang itu semakin mendekat, detak jantungnya secara tidak sadar menjadi semakin kencang.     

"Tongtong sudah pulang?" Hua Leya sudah pulang ke rumah dan istirahat untuk waktu yang lama. Dia melihat waktu sudah menunjukkan jam lima sore dan Lu Sheng belum mengantar Hua Letong pulang.     

Ketika Hua Leya hendak pergi menjemput Hua Letong, ternyata dari jauh dia sudah melihat pembantu sedang menggandeng tangan Hua Letong di depan pintu rumah.     

Hua Letong menganggukkan kepalanya, "Hmhh, Kakak ini yang mengantarku pulang "     

Hua Leya tertegun, dia mengangkat matanya dan melihat Lu Ran, ekspresinya sedikit bingung.     

Delapan tahun tidak pernah bertemu, wajah Hua Leya hampir tidak ada perubahan, namun Lu Ran malah banyak berubah.     

Waktu kecil, Lu Ran sedikit lebih hitam, juga lebih suka tertawa. Setiap kali melihat orang, Lu Ran selalu menyapa dengan senyuman lebar.     

Namun Lu Ran yang sekarang, kulitnya jauh lebih putih dari yang dulu, wajahnya juga semakin tampan. Dan yang paling berbeda itu adalah sifatnya, sifatnya mengalami perubahan yang sangat besar, jadi Hua Leya tidak bisa mengenalnya dalam pandangan pertama.     

Lu Ran menatap terus pada Hua Leya, namun tidak mengeluarkan suara.     

Setelah Hua Leya menatap untuk beberapa saat, kemudian kedua matanya pun terbuka lebar, "Kamu… Kak Ran?"     

*Betul." Lu Ran menganggukkan kepalanya, namun tatapannya tidak pernah terlepas dari wajah Hua Leya.     

Hua Leya tertegun untuk beberapa saat, kemudian dia pun segera menyuruh pembantu membawa Hua Letong masuk.     

"Kamu… apa kabarmu selama delapan tahun ini?" Setelah diam beberapa saat, Lu Ran baru bertanya.     

"Baik, aku sangat baik!" Hua Leya menganggukkan kepalanya dengan emosional, "Bagaimana dengan Kak Ran? Apa kabarmu beberapa tahun ini?"     

Lu Ran menjawab, "Biasa."     

Hua Leya tertegun, dia melihat Lu Ran, dalam seketika tidak mengetahui harus bagaimana menanggapinya.     

"Kak Ran… kapan pulang ke desa? Akhir-akhir ini aku selalu pergi mencari Xiaosheng." Tangan kanan Hua Leya dengan tegang menekan-nekan tangan kirinya, berusaha mencari topik pembicaraan.     

"Baru saja pulang." Begitu Lu Ran selesai menjawab, sudut matanya pun melihat ada yang berjalan ke arah mereka. Lu Ran mengerutkan keningnya, lalu dia berkata pada Hua Leya, "Sudah malam, aku pergi dulu."     

Kemudian Lu Ran pun langsung membalikkan badannya dan pergi dengan cepat.     

Cahaya mata Hua Leya langsung menggelap, dengan lesu dan melamun dia menatap belakang punggung Lu Ran yang semakin menjauh.     

"Waduh, Nona Mudaku sedang menunggu siapa di depan pintu" Bu Peng berjalan kemari sambil mengayunkan kipas tangannya. Matanya melihat ke luar pintu namun tidak menemukan apapun.     

Hua Leya mendengar suara Bu Peng, dia baru menyadarkan diri. Ternyata Lu Ran bisa pergi begitu cepat, itu karena dia melihat Bu Peng yang berjalan kemari?     

Hua Leya pun mengaitkan sebuah senyuman, dalam seketika suasana hatinya pun kembali membaik.     

"Senyum untuk apa kamu?" Bu Peng melihat Hua Leya tiba-tiba tersenyum, dia pun merasa aneh.     

Hua Leya tidak memedulikannya, dia menyimpan senyumannya dan langsung berjalan melewati Bu Peng.     

"Dasar anak ini, sama sekali tidak tahu sopan santun!" Ujar Bu Peng dengan marah.     

 ————     

"Kak Ran pulang?" Lu Sheng yang sedang mengasah pisau melihat Lu Ran pulang, dia pun segera berdiri dan bertanya dengan senang, "Bagaimana, sudah bertemu dengan Kak Leya?"     

Lu Ran menganggukkan kepalanya, "Hmhh, sudah."     

Suasana hati Lu Ran sepertinya lumayan baik, Lu Sheng mengangkat alisnya.     

"Kak, kini kamu sudah pulang, kalau begitu bantu aku potong iga ini ya." Lu Sheng menyerahkan pisau kepada Lu Ran, "Jangan terlalu panjang, cukup sepanjang jari tengah A Jiang saja."     

Lu Jiang yang berdiri di samping mendengar kata-kata Lu Sheng ini, dia pun diam-diam mengangkat jari tengahnya dan melihat.     

Lu Sheng terhibur oleh gerakan Lu Jiang ini.     

"Malam ini makan apa?" Lu Ran duduk di atas bangku dan bertanya.     

"Hari ini kita makan iga beras ketan, ikan kukus, ayam potong cabe merah, dan sup ikan acar rebung."     

Menu-menu ini sudah pernah dirasakan Lu Ran di restoran Lu, jadi dia pun tidak memiliki reaksi lebih.     

Keesokan harinya.     

Lu Sheng tidak mengetahui kapan Lu Zhou dan yang lainnya akan pulang, juga tidak tahu setelah pulang, apa mereka akan langsung ke desa Liuyue.     

Namun meskipun demikian, pagi-pagi Lu Sheng tetap sudah mengambil bangku dan duduk sambil menunggu di halaman.     

Lu Sheng menunggu sepanjang hari, dia melihat jam satu sudah mau lewat dan tetap tidak melihat ada yang pulang, dia pun merasa kecewa.     

Malam hari ini tidak berangin, udara terasa pengap.     

Setelah makan malam, Lu Sheng mengambil lagi bangku dan duduk di luar.     

Langit malam di desa memiliki banyak bintang yang bersinar, bahkan bulan juga terasa lebih bulat dan besar.     

Lu Sheng menatap ke langit, ekspresinya tampak sedikit lesu.     

"Belum tidur?" Lu Ran yang tidak bisa tidur awalnya ingin jalan-jalan ke ladang. Namun begitu dia keluar rumah, dia malah melihat Lu Sheng sedang duduk di luar.     

Lu Sheng mengatakan, "Guruku bilang dia mau datang hari ini."     

Sejak Lu Sheng berpisah dengan Chu Sihan, sudah hampir satu bulan tidak melihat wajahnya.     

"Putra Kaisar Ketiga?" Lu Ran mengerutkan keningnya, "Tapi, sekarang sudah begitu malam, apa dia masih akan datang?"     

"Tidak tahu." Lu Sheng menggelengkan kepalanya, "Aku mau menunggu sampai jam sebelas, kalau dia tidak datang, maka aku akan pulang dan tidur."     

Lu Sheng mengangkat kepalanya dan melihat Lu Ran, "Kakak juga tidak bisa tidur?"     

"Cuaca terlalu panas, tidak bisa tidur." Lu Ran mengambil sebuah bangku dan duduk di samping Lu Sheng.     

Lu Ran dan Lu Sheng menatap ke bulan yang di atas langit begitu saja, tidak ada yang mengeluarkan suara.     

Serangga yang di sekitar terus meraung. Waktu yang berjalan entah berapa lama, Lu Ran tiba-tiba mengatakan, "Tiba-tiba ingin makan biji teratai."     

Keluarga He memiliki sekolam teratai, setiap bulan enam adalah masa makan biji teratai yang paling pas.     

Waktu itu rumah keluarga Lu sangat miskin, keluarga He juga miskin. Jika Bu He mau membawa mereka ke desa Anmu, harus memakai waktu dua jam dengan jalan kaki.     

Setiap kali pulang pergi desa Anmu, pasti akan lelah setengah mati. Namun di masa kecil setiap bulan enam, Lu Ran pasti akan mengikuti Bu He pulang ke desa Anmu, kemudian pulang lagi ke desa Liuyue sambil membawa biji teratai.     

Begitu mengungkit biji teratai, Lu Ran pun langsung teringat dengan ibunya, Bu He. Kedua matanya pun secara otomatis menjadi merah.     

Lu Sheng bisa merasakan suasana hati Lu Ran yang rendah, dia pun langsung berkata sambil tersenyum, "Kakak kalau mau makan, nanti tunggu bulan depan kita pergi ke rumah nenek untuk memetiknya."     

Sebenarnya Lu Sheng mengerti, yang dirindukan Lu Ran bukanlah biji teratai, melainkan adalah orang yang memetik biji teratai dengannya itu.     

"Hmhh." Lu Ran menganggukkan kepalanya.     

Lu Sheng melihat Lu Ran dan bertanya lagi, "Kak, tahun ini kamu sudah sembilan belas tahun ya?"     

Lu Sheng ingat ulang tahun Lu Ran ada di bulan enam, dan itu bulan depan.     

Lu Ran melihat Lu Sheng dengan aneh, "Kok tiba-tiba?"     

Lu Sheng tidak menjawab pertanyaan Lu Ran melainkan bertanya lagi satu pertanyaan, "Kakak pernah memikirkan mau menikah?"     

Lu Ran tertegun sejenak, di dalam otaknya pun melintas wajah Hua Leya. Lalu dia pun menggoyangkan kepalanya dan menjawab, "Sementara ini belum."     

"Kalau begitu Kakak bantu di restoran saja." Lu Sheng melihat Lu Ran dan berkata dengan serius, "Daerah utara lumayan bagus, kita bisa buka cabang pertama di sana. Nanti restoran itu biar Kakak yang mengurusnya saja, gimana menurut Kakak?"     

"Aku sendiri?" Lu Ran mengerutkan keningnya, "Tapi, aku tidak pernah mengurus masalah seperti ini."     

"Karena tidak pernah makanya belajar." Lu Sheng tersenyum, "Sebenarnya Kakak juga tidak perlu mengurus apa-apa. Nanti Kakak tinggal berdiri di depan resepsionis dan membuat buku akun saja, yang lain kan tidak memerlukan Kakak."     

"Tentu saja, kalau Kakak sendiri takut tidak sanggup mengurusnya, Kakak juga bisa menyuruh Paman Lai mengurus restoran bersamamu."     

Sebenarnya Lu Sheng sudah memikirkannya, di setiap daerah utara, selatan, barat, dan timur masing-masing membuka satu cabang di sana. Kemudian menyuruh He Lai, Lu ran, He Zhang, dan He Qin masing-masing mengurus keempat cabang itu.     

Yang penting memiliki resep dan bahan makanan, pas waktu itu baru mencari koki yang bisa diandalkan dan dipercaya sudah cukup.     

Kalau barang yang diminta Lu Sheng kepada Yan Wang bisa datang lebih cepat lagi, itu jauh lebih bagus lagi.     

"Baik!" Lu Ran menganggukkan kepalanya, "Aku urus."     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Lalu dia mengedip-ngedipkan matanya kemudian bertanya dengan nada kecil, "Kak, aku ingin menanyakan sesuatu padamu, kamu harus menjawab dengan serius ya."     

"Kamu tanyakan saja."     

"Itu… sebenarnya kamu juga menyukai Kak Leya, kan?"     

"Juga?" Lu Ran menolehkan kepalanya dam melihat Lu Sheng.     

"Kamu jangan memedulikan itu dulu, kamu jawab dulu, kamu suka atau tidak suka dengan Kak Leya?"     

"Hmhh."     

Hmhh?     

Lu Ran menghelakan napasnya dan menganggukkan kepala, "Suka."     

Tidak ada yang mengetahui, karena satu kata janji dari masa kecil Lu Ran, bisa sampai menunggu satu orang itu selama delapan tahun.     

Benar, orang yang memberikan janji kepada Lu Ran itu adalah Hua Leya.     

Waktu kecil, Hua Leya selalu mengikuti di samping Lu Ran, dengan gembira mengatakan nanti kalau sudah besar ingin menjadi pengantin Lu Ran.     

Jadi setelah Hua Leya pindah rumah, tidak ada yang mengetahui bahwa Lu Ran menyembunyikan diri dan menangis untuk waktu yang lama.     

"Kalau suka, ayo, Kakak jangan membuang-buang waktu lagi, cepat melamar kepadanya."     

Lu Sheng berbicara seperti orang tua, "Kak Leya sekarang sudah delapan belas tahun, kalau Kakak masih menunggu waktu, Kak Leya sudah mau menjadi gadis tua."     

Karena orang zaman kuno biasanya menikah di usia lima hingga enam belas tahun. Jadi di sini, gadis berusia delapan belas tahun itu bagaikan gadis tiga puluh tahun lebih yang di zaman modern, akan digosipkan orang.     

"Itu juga harus dia mau." Lu Ran menahan kalimat ini untuk waktu yang lama. Nanti kalau hanya dia yang bertepuk sebelah tangan bagaimana?     

"Kak Leya tentu saja mau." Lu Sheng tersenyum, "Kak Leya bisa sampai sekarang masih belum menikah, ini kan gara-gara kakak."     

"Karena… aku?" Lu Ran tidak berani memercayainya.     

"Hmhh!" Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Kak Leya mengakuinya kepadaku secara langsung. Dia bilang sampai sekarang belum menikah itu karena dia sedang menunggu Kak Ran, yaitu kamu."     

Jantung Lu Ran pun langsung berdebar dengan kencang, "Be… benarkah?"     

"Ya, aku mendengarnya dengan telingaku sendiri, memangnya masih bisa salah?"     

"Kalau begitu… aku ingin menikah."     

"Phuh…" Lu Sheng terhibur oleh Lu Ran yang sudah tidak bisa menunggu lagi itu.     

Lu Ran juga menyadari dirinya sudah terburu-buru, dalam seketika dia merasa canggung. Lu Ran berdehem lalu mengatakan, "Tapi rumah kita sudah tidak ada tetua, mau menyuruh siapa melamar ke wisma Hua nanti?"     

Bu Zheng dan Lu Daming sudah pastinya tidak, lagipula Lu Ran juga tidak ingin memiliki hubungan apapun lagi dengan keluarga itu.     

"Tidak harus dari keluarga utama, kan?" Lu Sheng mencibir, "Kan masih ada Bibi Yu dan Bibi Tai? Minta mereka pergi melamarkan bisa juga?"     

"Baik!" Lu Ran menganggukkan kepalanya, "Kalau begitu besok aku langsung pergi mencari mereka, suruh mereka mencarikan satu hari untuk melamar ke keluarga Hua."     

Lu Sheng terdiam… "Kak, kamu begitu buru-buru, kamu sudah menanyakan keinginan Kak Leya belum?"     

Kalau Lu Sheng tidak salah ingat, semalam sepertinya adalah pertemuan pertama Lu Ran dan Hua Leya setelah delapan tahun, ya? Kalau setelah mereka berdua langsung menikah, lalu baru menemukan bahwa mereka berdua sudah berubah, bagaimana?     

"Ugh… masih harus tanyakah?" Lu Ran bertanya dengan serius.     

Lu Sheng benar-benar terdiam. Kenapa dia tidak pernah menyadari ternyata Lu Ran begitu tidak romantis? Lu Sheng tiba-tiba mulai mengasihani kehidupan masa depan Hua Leya.     

Lu Ran melihat ekspresi Lu Sheng, dia masih tampak polos, tidak mengerti apa yang salah.     

"Kak, setidaknya kamu juga harus memberikan Kak Leya sebuah kesempatan untuk berinteraksi dulu denganmu, kan?"     

Lu Sheng berkata dengan tidak berdaya, "Kalian sudah begitu bertahun-tahun tidak pernah bertemu, sekali bertemu langsung mau menikah, apa kamu mau menakutkan Kak Leya?"     

Meskipun sudah diketahui bahwa Hua Leya menyukai Lu Ran, namun Lu Ran juga tidak boleh begitu manja dan langsung mengatakan ingin menikah, kan?     

Bukankah harus memberikan orang waktu untuk beradaptasi?     

"Lalu harus menunggu sampai kapan?" Lu Ran kebingungan.     

"Tidak peduli waktu, kalian menjalankan hubungan dulu untuk sementara waktu. Kamu dan Kak Leya sudah delapan tahun tidak bertemu, nanti setelah kalian berpacaran dan menemukan ternyata kalian tidak cocok, bagaimana?"     

Kemudian Lu Sheng menambahkan lagi, "Maksudku, kalau kalian merasa tidak cocok untuk satu sama lain bagaimana?"     

"Begitukah?* lu Ran merenung untuk beberapa waktu, lalu dia pun menganggukkan kepalanya, "Kalau begitu sesuai kata-katamu."     

Kemudian Lu Ran pun berdiri dan menguap, "Aku kembali ke kamar dulu, kamu juga cepat tidur. Sekarang sudah sangat malam, Putra Kaisar Ketiga seharusnya tidak akan datang lagi."     

"Kakak tidur dulu, aku tunggu sebentar lagi."     

Lu Ran menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya, lalu dia pun membalikkan badannya dan kembali ke kamar.     

Begitu Lu Ran pergi, lingkungan sekitar pun kembali hening.     

Lu Sheng menunggu dan menunggu, dia melihat waktu sudah mau jam sebelas malam dan tetap tidak nampak sosok Lu Zhou, dia pun berdiri dengan kecewa. Ketika dia mau kembali ke kamarnya, tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang.     

Bau yang familiar menyebar di ujung hidung, dimana membuat Lu Sheng tertegun. Dia langsung melepaskan tangan orang itu dan membalikkan badannya.     

Di bawah cahaya bulan, yang masuk ke dalam mata Lu Sheng adalah sebuah wajah tersenyum yang tampan.     

"Tu… Tuan?!"     

"Aku." Chu Sihan menarik Lu Sheng dan memeluknya untuk sekali lagi. Dia menundukkan kepalanya, membiarkan pipinya menempel di leher Lu Sheng.     

"Aku rindu sekali denganmu." Dulu juga pernah merasakan rindu, namun tidak pernah serindu kali ini.     

Badan Lu Sheng dipeluk dengan erat, nyaris menempel berdempetan dengan Chu Sihan.     

Badan Lu Sheng yang agak kaku pun mulai melemas, dia memejamkan matanya dan mengambil napas dalam untuk beberapa kali, baru dia bertanya, "Kamu sebenarnya ke mana saja selama ini?..."     

"Aku tertimpa sedikit masalah di Linjiangfu, jadi aku pulang ke alam baka meminta ibu menyelesaikannya."     

Ketika festival Qingming, pintu alam baka terbuka untuk semua hantu, secara tidak sengaja melepaskan sebuah hantu tua.     

Hantu tua itu meskipun lebih tua ribuan tahun daripada Chu Sihan, namun tingkat pelatihannya lebih rendah daripada Chu Sihan.     

Namun dalam waktu yang tidak pas, hari itu karena Chu Sihan memaksa memanggil bunga Lycoris yang tingkat pelatihannya jauh lebih tinggi daripada dirinya, Chu Sihan sedang terluka dalam.     

Mungkin karena wajah Chu Sihan yang kurang sehat, makanya ketahuan oleh hantu tua itu.     

Chu Sihan bertarung dengan hantu tua itu, dan akhirnya kedua pihak sama-sama terluka parah. Chu Sihan mengantar hantu tua itu kembali ke alam baka, lalu dirinya karena aura hantunya terkuras habis, dia pun langsung pingsan.     

Setelah Chu Sihan siuman, dia pun menemukan dirinya sedang berada di istana Shuihan.     

Setelah Chu Sihan bangun, dia sudah ingin langsung pulang ke dunia manusia mencari Lu Sheng. Namun karena aura hantu tidak mencukupi, dia bahkan tidak bisa membuka pintu alam baka, jadi dia hanya bisa tinggal di alam baka sementara waktu.     

Chu Sihan tidak pernah mengetahui yang namanya "Sehari itu bagaikan setahun", ini masih pertama kalinya dia merasakan. Dan perasaan itu jauh lebih menderita daripada digigit sepuluh ribu serangga.     

" Bagaimana ini?" Chu Sihan menegakkan badannya, dia menggumam sambil memeluk Lu Sheng.     

Chu Sihan tidak pernah menyangka suatu hari dia akan mencintai seseorang sampai titik ini. Namun ibu malah mengatakan mereka hanya memiliki takdir di satu masa kehidupan ini saja.     

"Hmhh?" Lu Sheng mengangkat kepalanya dan melihat Chu Sihan dengan bingung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.