Gadis Lugu Liar Galak

BAIK ATAU TIDAK BAIK?



BAIK ATAU TIDAK BAIK?

0"Saudara Mu, kamu tidak perlu memaksakan diri." Lu Ran melihat Mu Yan dan mengatakan, "Kalau kamu mau ke Jingcheng, kamu pergi saja. Jangan karena kami tidak ke sana, jadi kamu pun menyerah dengan keputusan sendiri."     
0

"Aku juga tidak begitu ingin ke sana." Mu Yan menarik sebuah kursi dan duduk, "Aku hanya merasa aku belum pernah ke Jingcheng selama belasan tahun ini. Lalu mendengar Saudara Yu mengungkit akan pergi ke Jingcheng, makanya aku ingin ikut melihat ke sana saja."     

"Jingcheng tidak ada yang enak dilihat kok." Lu Sheng cemberut, "Jingcheng penuh dengan sanjungan dan persaingan. Kehidupan Huangyang jauh lebih bagus daripada Jingcheng yang hanya memiliki kulit cantik saja."     

"Mendengar kata-kata Adik Lu ini, kamu pernah ke Jingcheng ya?" Mu Yan penasaran.     

Jingcheng yang dibayangkan Mu Yan adalah tempat yang sangat makmur dan damai. Kenapa dari mulut Lu Sheng, Jingcheng malah menjadi tempat yang buruk ya?     

Lu Sheng mengangkat alisnya "Tentu saja, kamu lupa siapa guruku ya?"     

Mu Yan tertegun, "Oh iya, aku lupa kalau Adik Lu adalah muridnya Putra Kaisar Ketiga untuk sementara waktu."     

"Jadi, tempat seperti Jingcheng cocok untuk wisata, namun kalau ingin tinggal di sana, takutnya kurang cocok."     

Pokoknya Lu Sheng lebih menyukai Huangyang. Mungkin karena begitu dia tiba di zaman ini, dia sudah hidup di sini, memiliki perasaan kampung sendiri yang tak terungkapkan.     

Lu Sheng juga tidak begitu mendambakan dunia luar, dia hanya ingin menjalankan kehidupannya dengan baik saja. Mungkin karena dia tinggal terlalu lama di atas gunung di masa lampau, membuatnya terbiasa dengan kehidupan yang tenang.     

"Saudara Yu, apa benar seperti yang dikatakan Adik Lu?" Mu Yan bertanya pada Yu Yang dengan penasaran.     

Yu Yang tersenyum, "Aku juga hanya pernah ke Jingcheng sekali, dan…" Yu Yang melihat Lu Sheng dan mengatakan, "Yang aku ajak untuk interaksi hanya orang-orang di jalan besar saja, tidak ada begitu banyak masalah."     

Alasan Lu Sheng bisa memiliki kesan seperti ini terhadap Jingcheng, itu karena orang yang berhubungan dengan Lu Sheng memiliki kelas yang berbeda dengan Yu Yang.     

Mu Yan menyipitkan bibirnya, "Pokoknya kalau kalian tidak ke Jingcheng, maka aku juga tidak pergi, lagi pula kedepannya masih memiliki banyak kesempatan."     

"Saudara Mu, kamu sudah memberitahukan keputusanmu ke Paman Mu belum?" Yu Yang melihat Mu Yan dan mengatakan.     

Mu Yan mengangkat pundaknya dengan cuek, "Bilang atau tidak itu sama saja. Lagipula ayahku memasukkan aku ke sekolah juga bukan karena ingin aku lulus ujian tahap pertama."     

Yu Yang dan Lu Ran saling menukar tatapan, kemudian mereka pun tertawa ringan sambil menggelengkan kepala.     

"Kalian ngobrol dulu, aku keluar sebentar." Lu Sheng melihat mereka bertiga dan mengatakan sambil tersenyum.     

"Adik Lu sebentar!" Mu Yan berdiri dan melihat Lu Sheng, "Kata ayahku orang wisma Chu sedang mencari Tuan Chu akhir-akhir ini, namun tidak mendapatkan kabarnya sama sekali. Dari surat yang dikirim pengawal Chu, pengawal Chu mengatakan kamu mengetahui keberadaan Tuan Chu. Jadi aku ingin bertanya, sekarang Tuan Chu ada di mana ya?"     

Lu Sheng tertegun, kemudian dia pun tersenyum, "Tuan Chu pergi ke tempat yang jauh. Kamu suruh orang wisma Chu agar tidak perlu khawatir, dia akan pulang sebentar lagi."     

Waktu itu Lu Zhou mengatakan Chu Sihan tidak memiliki kendala yang parah, maka bisa dinyatakan Chu Sihan tidak terluka parah.     

Chu Sihan bisa mendadak pergi pasti karena ada urusan yang sangat penting dan tidak sempat memberitahukan ke siapapun.     

"Ternyata begitu." Mu Yan menganggukkan kepalanya "Baik nanti setelah aku pulang, aku akan menyampaikan kata-katamu ke ayahku."     

Setelah Lu Sheng keluar dari dapur, senyumannya pun langsung menghilang. Dia menatap jauh dan mulai merenung.     

Mu Yan dan Yu Yang berada di ladang sampai sore baru kemudian mereka pulang. Kali ini Lu Ran tidak mengikuti mereka pulang ke kota, melainkan tinggal di ladang.     

"Kak, mulai besok kamu sudah tidak masuk sekolah lagi?" Lu Sheng mengambil sebuah batang kayu, memukul tanah rumput sambil bertanya.     

Lu Ran menggelengkan kepalanya, "Tidak masuk lagi, aku sudah bilang pada guru."     

Tatapan Lu Sheng mengarah ke tempat lain, kemudian dia pun kebetulan melihat sosok Hua Letong. Dia mengedipkan matanya, kemudian tersenyum pada Lu Ran, "Kak, kamu bantu aku mengantar seseorang pulang ya."     

"Mengantar orang? Siapa?" Lu Ran bertanya.     

"Dia." Lu Sheng menunjuk Hua Letong.     

"Dia anak dari keluarga mana?" Lu Ran benar-benar sangat penasaran. Lu Ran sudah pernah melihat semua anak kecil yang ada di dalam desa Liuyue, namun dia tidak pernah melihat Hua Letong.     

Dan anak-anak desa kebanyakan memiliki kulit yang agak hitam, sedangkan Hua Letong justru memiliki kulit putih bagaikan tahu, sama sekali tidak mirip dengan anak desa.     

"Tongtong." Lu Sheng memanggil Hua Letong sambil mengayunkan tangannya.     

Hua Letong berdiri, dia pun berjalan menuju Lu Sheng. Dia mengangkat kepalanya dan menatap Lu Sheng tanpa mengeluarkan suara apapun.     

Lu Sheng menarik Hua Letong ke depannya dan mengatakan sambil tersenyum, "Waktunya sudah sore, kakakmu akan khawatir kalau kamu masih tidak pulang. Kak Sheng meminta kakak ini mengantarmu pulang, boleh?"     

Hua Letong mendengar kata-kata Lu Sheng, dia pun melihat ke arah Lu Ran dengan ragu-ragu.     

Lu Ran sedang menundukkan kepalanya dan menatap Hua Letong, semakin melihat dia pun semakin curiga.     

Beberapa saat kemudian, Lu Ran baru melihat Lu Sheng dan mengatakan, "Dia… adalah adik Leya, kan?" Kalau bukan kerabat, mana mungkin semirip ini?     

Kalau hanya wajahnya yang serupa masih bisa dijelaskan, namun bahkan tatapan ketika melihat orang juga begitu mirip. Kalau bukan kerabat yang tinggal dalam satu rumah, biasanya tidak mungkin bisa semirip ini.     

"Oh?" Lu Sheng pura-pura terkejut dan melihat Lu Ran, "Ternyata Kakak masih ingat Kak Leya?"     

Lu Ran terdiam untuk beberapa saat, baru dia mengatakan, "Waktu baru berlalu delapan tahun, tentu saja masih ingat." Kemudian dia mengangkat matanya dan melihat Lu Sheng, dia bertanya, "Leya… seharusnya sudah menikah ya?"     

"Untuk apa Kakak menanyakan hal ini?" Lu Sheng menyipitkan matanya, "Jangan-jangan, Kakak suka sama Kak Leya?"     

"Tidak." Lu Ran memalingkan tatapannya, dengan tenang dia mengatakan, "Aku dan dia hanya teman saja."     

Adalah teman yang sangat sangat baik, begitu baik sampai membuat Lu Ran memikirkannya selama delapan tahun…     

"Hais, sayang sekali." Dengan wajah cemberut Lu Sheng mengatakan, "Tadinya aku masih memikirkan kini Kakak belum memiliki istri, sedangkan Kak Leya juga belum menikah, aku masih menginginkan dia menikah dengan keluarga kita dan menjadi kakak iparku. Tapi kini Kakak hanya menganggap Kak Leya sebagai teman, masalah ini pun hanya akan menjadi harapan saja."     

Setelah Lu Sheng selesai berbicara dia tidak lagi melihat ekspresi Lu Ran, melainkan berkata pada Hua Letong, "Tongtong, ayo, bair Kak Sheng yang membawamu pulang saja."     

"Tunggu!" Lu Ran menarik lengan Lu Sheng, "A Sheng, tadi kamu bilang… Leya belum menikah?"     

"Iya!" Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Tapi untuk apa Kakak menanyakan hal tersebut? Kan Kakak hanya menganggap Kak Leya sebagai teman."     

Lu Ran berdehem, "Teman yang sudah bertahun-tahun belum bertemu, secara otomatis pasti akan merindukannya." Lalu dia pun menggandeng tangan Hua LEtong dan mengatakan, "Aku saja yang mengantarnya pulang."     

Kemudian Lu Ran seolah-olah takut Lu Sheng akan merampas kembali kisi mengantar Hua Letong pulang, dia pun langsung membawa Hua Letong pergi tanpa menoleh balik.     

Lu Sheng berdiri di depan pagar dan tersenyum dengan senang. Gampang sekali, Lu Ran jangan mengira dia tidak bisa merasakan kesenangan Lu Ran itu.     

Lu Sheng tidak menyangka ternyata Lu Ran juga menyukai Hua Leya, masalah ini sungguh bagus sekali untuk kedua pihak. Tidak ada yang lebih penting daripada saling menyukai.     

"Kak Sheng, apa yang membuatmu senang?" Lu Jiang yang berjalan mendekati Lu Sheng pun melihat kepadanya dengan penasaran.     

Lu Sheng mengelus kepala Lu Jiang dan berkata dengan senang "Kita sudah mau memiliki kakak ipar." Kemudian Lu Sheng pun pergi ke dapur untuk memasak makan malam, meninggalkan Lu Jiang yang tertegun di tempat.     

Lu Ran menggandeng tangan Hua Letong, mereka berjalan menuju arah rumah keluarga Hua tanpa mengeluarkan suara apapun.     

Lu Ran menundukkan matanya dan melihat Hua Letong, beberapa saat kemudian dia baru bertanya, "Kakakmu… kapan kalian pindah kembali ke desa Liuyue?"     

Hua Letong tertegun sejenak, kemudian dia pun menjawab, "Baru pulang beberapa hari yang lalu."     

"Hmhh." Lu Ran menanggapinya, kemudian suasana sekitar pun kembali sunyi.     

Ketika sudah mau sampai rumah keluarga Hua, Lu Ran bertanya lagi, "Kakakmu selama ini, masih baik-baik saja?"     

Hua Letong melihat ke Lu Ran dengan heran, sepertinya tidak mengerti harus bagaimana menjawab pertanyaan tersebut.     

Kalau menjawab tidak baik, tapi kakak masih sehat-sehat saja. Namun kalau mau menjawab baik, Hua Letong malah merasa dia sangat jarang melihat kakaknya tersenyum.     

Jadi kakaknya ini baik atau tidak baik?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.