Gadis Lugu Liar Galak

KEPUTUSAN LU RAN



KEPUTUSAN LU RAN

0Lu Sheng menjelaskan panjang lebar kepada Hua Leya. Namun ketika dia melihat Hua Leya sedang menatap kepadanya dengan tertegun, dalam seketika dia merasa dirinya bagaikan pendeta bohongan…     
0

Hua Leya mengambil kertas hu pengusir roh dari tangan Lu Sheng dengan kaku. Beberapa saat kemudian dia baru melihat dan bertanya, "Lalu… tadi kamu bilang, kalau kami pindah kembali ke desa Liuyue lebih awal lagi, mungkin ibuku tidak akan meninggal… apa maksudnya ini?"     

Lu Sheng menghelakan napasnya, dia pun bertanya pada Hua Leya, "Kondisi tubuh Nyonya Hua pasti mulai melemah setelah melahirkan Letong, kan?"     

"Betul!" Ketika Hua Leya mengingat kembali kondisi ibunya, kedua matanya pun menjadi merah dalam seketika.     

"Waktu itu Nyonya Hua tidak mengalami distosia, kan?"     

Hua Leya menganggukkan kepalanya, "Ibuku melahirkan Letong dengan lancar. Waktu itu aku dan ayah sedang menjaga di luar kamar, aku mengingat dengan jelas bahwa bidan itu masuk sebentar sudah keluar."     

Dan Tuan Besar Hua sangat memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi Nyonya Hua di masa karantina setelah melahirkan. Dia bahkan sengaja mendatangkan dokter untuk mengurus gizi dan nutrisi yang diperlukan Nyonya Hua.     

Namun tiga bulan setelah Nyonya Hua melahirkan, beliau pun mulai sering merasa kelelahan. Meskipun mendatangkan dokter, namun dokter juga mengatakan Nyonya Hua tidak memiliki penyakit apapun.     

Kemudian penyakit Nyonya Hua semakin parah. Tuan Besar Hua memanggil lagi dokter ke rumah untuk melihat kondisi tubuh Nyonya Hua, namun dokter hanya mengatakan masuk angin. Setelah minum obat, kondisi Nyonya Hua mulai membaik.     

Namun beberapa hari kemudian, kondisinya melemah kembali, dan bolak balik terus begini. Sampai Hua Letong masuk usia pertama, Nyonya Hua pun meninggal dunia.     

"Ketika Nyonya Hua sedang melakukan karantina melahirkan, tidak ada masalah sama sekali?"     

Hua Leya menggelengkan kepalanya, "Ayahku secara khusus meminta resep dokter."     

Lu Sheng menunjukkan ekspresi "seperti dugaanku", "Coba Kak Leya pikirkan baik-baik. Seorang ibu yang melahirkan anaknya dengan lancar, dan memiliki kondisi tubuh yang sangat sehat kenapa bisa tiba-tiba sakit?"     

"Jadi… ibu juga karena benda itukah…?"     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Kalau aku tidak salah, kamar yang ditempati Nyonya Hua seharusnya adalah kamar orang yang meninggal itu."     

Hua Leya tertegun, kemudian dia pun teringat sesuatu, "Aku sudah ingat! Waktu itu ketika pemilik rumah itu mau pindah keluar, di sampingnya tidak ada istri utamanya. Hanya ada dua orang selir dan tiga orang anak."     

Lu Sheng mengerutkan keningnya, "Kalau Nyonya Hua tinggal di kamar tidur utama, maka hantu yang mengganggu Nyonya Hua dan Letong kemungkinan besar adalah istri pemilik rumah itu."     

Hua Leya sangat kaget. Kalau memang begitu, ibunya sungguh sial sekali! Hua Leya menutup matanya dengan tangan, air matanya pun mengalir keluar terus menerus.     

Lu Sheng menghelakan napas, "Kak Leya, turut berduka cita."     

Lu Sheng bukan sengaja mau mengungkit kembali masalah ini, dia hanya ingin memberitahukan kepada Hua Leya bahwa rumah mereka yang di Yuxi sebenarnya adalah rumah hantu, dan ingin memperingatkan mereka untuk jangan kembali ke sana lagi.     

Pemilik rumah itu bisa menjual dengan harga rendah pasti ada kaitannya dengan masalah tersebut.     

"Pantas saja ketika ibuku mau pergi, beliau selalu menyuruh ayahku harus cepat pindah kembali ke desa Liuyue, beliau pasti sudah melihat sesuatu di sana." Beberapa saat kemudian Hua Leya baru menenangkan hatinya dan berkata dengan sedih.     

Lu Sheng kurang pintar membujuk orang, apalagi masalah seperti ini. Semua kata itu hanya omong kosong saja. Jadi Lu Sheng pun tidak mengatakan apapun, hanya diam dan menemani di samping Hua Leya saja.     

"Xiaosheng, kepalaku agak pusing, aku pulang istirahat dulu, ya. Letong…" Hua Leya melihat ke arah Hua Letong, lalu dia pun menemukan Hua Letong sedang berjongkok di sana, sedang tersenyum kepada anjing kecil yang berbaring di atas tanah.     

Lu Sheng mengatakan "Nanti aku akan mengantar Letong pulang."     

Hua Leya menganggukkan kepalanya, "Kalau begitu terima kasih." Dia mengelap air matanya dan berdiri, dia melihat Hua Letong untuk beberapa saat baru dia pamit pada Lu Sheng.     

Lu Sheng mengantar Hua Leya keluar dari ladang, melihat Hua Leya menjauh, baru dia berjalan kembali ke arah ladang.     

Lu Sheng berjalan menuju deretan rumah bambu itu, kemudian dia membuka sebuah kotak kayu. Dia pun menemukan semangka sudah mulai bertunas. Pertumbuhannya juga nampak bagus, setiap bibitnya gemuk, daunnya juga lebar.     

Lu Sheng menutup kembali kotak kayu itu. Ketika dia keluar, dia pun melihat matahari yang tadinya tertutup oleh awan pun muncul kembali.     

Lu Sheng menggumam, "Sudah lama sekali tidak melihat wajah Tuan."     

Lu Sheng memikirkan kalau Lu Zhou dan Shangguan Dian besok seharusnya sudah pulang. Paman Yan Wang juga tidak tahu sudah pulang atau belum. Karena tidak melihat dia mengantar barangnya ke Lu Sheng, seharusnya belum, kan?     

Lu Sheng menghelakan napas dengan kuat dan lesu. Dia mengambil topi dan memakainya, lalu dia mengambil lagi penggaruk untuk membantu menggali tanah.     

Buah tomat sudah mulai memerah, setangkai demi setangkai, buahnya jauh lebih bagus daripada buah yang ditanamnya di halaman rumah sebelumnya.     

Beberapa hari kemudian seharusnya restoran Lu sudah bisa mengedarkan menu baru.     

Buah cabai juga sudah merah. Lu Sheng meletakkan penggaruk dan pergi mengambil keranjang. Setelah dia memetik satu keranjang cabai, dia pun kembali ke kamar dan mengupas beberapa bawang putih.     

Lu Sheng mengeluarkan sebuah kaleng dan mencuci bersih, kemudian dia memasukkan cabai dan bawang putih ke dalam, menuangkan lagi cuka dan kecap asin ke dalam, ditambah sedikit asin. Setelah selesai semua ini, dia pun menutup rapat kaleng itu.     

"Kak Sheng, kami haus." Setelah Lu Sheng selesai sibuk, Lu Jiang dan Lu Xin pun masuk ke dalam rumah sambil menggandeng tangan Hua Letong.     

"Haus?" Lu Sheng tersenyum, "Ayo cepat duduk, Kakak tuangkan air untuk kalian."     

"Mana Kakak?" Hua Letong melihat sekeliling kamar, lalu dia pun menemukan Hua Leya tidak ada di dalam.     

"Kakakmu sedang ada urusan jadi dia pulang dulu. Kamu bisa main dulu di sini, nanti Kak Sheng yang mengantarmu pulang."     

Hua Letong mendengar kata-kata Lu Sheng dia pun menganggukkan kepalanya dengan patuh.     

Lu Sheng baru menuangkan air untuk ketiga bocah, dari luar sana pun terdengar suara delman kuda. Dia menyuruh mereka bertiga duduk dan minum dulu, sedangkan dia pergi melihat ke luar.     

Delman kuda berhenti di luar pagar, tidak lama kemudian, Lu Sheng pun melihat Lu Ran, Yu Yang, dan Mu Yan turun dari delman kuda.     

Mata Lu Sheng pun langsung bersinar terang, "Kak!"     

"Kenapa?" Lu Ran terkejut oleh Lu Sheng yang bersemangat itu, dia pun melihat Lu Sheng dengan aneh.     

"Tidak!" Lu Sheng tertawa dengan lugu. Kemudian dia baru menyapa Yu Yang dan Mu Yan.     

"Adik Lu hari ini kok senang sekali?" Mu Yan mengangkat alisnya dan bertanya sambil tersenyum.     

Yu Yang dan Mu Yan sering mengikuti Lu Ran pulang, biasanya Lu Sheng juga sering melihat mereka, jadi sudah terbiasa dengan kemunculan mereka di samping Lu Ran.     

Namun hari ini Lu Sheng sepertinya lebih bersemangat daripada biasanya.     

"Kalian pasti sudah haus, kan? Ayo cepat masuk dan minum teh."     

Lu Ran, Yu Yang, Mu Yan dan Lu Sheng pun berjalan masuk ke dalam ladang, selain Lu Sheng dan Lu Ran yang tenang, Yu Yang dan Mu Yan pada terpesona oleh tanaman yang ditanam di ladang.     

"Wah barang apa ini?" Sebelumnya ketika Yu Yang dan Mu Yan mengikuti Lu Ran pulang, masih di rumah tua keluarga Lu. Ini masih pertama kalinya mereka datang ke ladang Lu Sheng.     

Ketika Yu Yang dan Mu Yan melihat tomat dan cabai yang memenuhi ladang, mereka pun bertanya pada Lu Sheng.     

Lu Sheng memperkenalkan ladangnya kepada mereka, "Ini namanya tomat, kemudian yang itu cabai. Dan yang lainnya adalah kentang yang pernah kalian makan sebelumnya. Lalu yang di sana adalah ubi jalar dan ubi ungu."     

"Semua ini adalah bibit yang kamu tanam di halaman rumahmu sebelumnya?" Yu Yang bertanya.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Benar, inilah bibit itu."     

Mu Yan menunjuk ke tomat dan bertanya, "Buah ini tumbuh banyak sekali, apakah ini juga sejenis sayuran?"     

Lu Sheng tersenyum, "Sejenis sayuran juga buah-buahan."     

Mu Yan tertegun, "Kenapa bisa?"     

"Tomat bisa dimakan langsung, juga bisa digunakan untuk memasak, atau menjadikannya saus. Saus tomat yang kalian makan bersama kentang goreng itu terbuat dari tomat ini."     

Ada kentang, ada kentang goreng, sekarang ada tomat dan saus tomat lagi, sehingga membuat otak Mu Yan terbelit-belit.     

"Kenapa kentang yang digoreng menjadi stik disebut kentang goreng, bukan stik goreng? Lalu pasta tomat kenapa diberi nama saus tomat?"     

Jangankan Mu Yan, bahkan Lu Ran dan Yu Yang juga sangat bingung.     

"Mungkin secara kasarnya saja, karena kentang digoreng, makanya disebut kentang goreng. Sedangkan tomat, karena teksturnya lebih seperti saus daripada pasta."     

Lu Ran, Mu Yan, dan Yu Yang menganggukkan kepala mereka dan mengatakan, "Ternyata begitu!"     

"Kak Ran." Lu Jiang, Lu Xin dan Hua Letong yang selesai minum air begitu mendengar suara mereka, ketiga bocah pun berlari ke luar kamar.     

Lu Ran menganggukkan kepalanya, "Hmhh, akhir-akhir ini kamu sudah latihan menulis?"     

"Su… sudah." Lu Jiang menjawab dengan ragu-ragu.     

Lu Sheng menyipitkan bibirnya dan tertawa diam-diam, namun dia juga tidak mengungkap kebohongan Lu Jiang.     

Ketika tatapan Lu Ran melanda pada Hua Letong, dia pun tertegun.     

Hua Letong sangat mirip dengan Hua Leya. Ketika Lu Ran melihat wajah Hua Letong, dia seolah-olah melihat anak perempuan yang selalu mengikuti di sampingnya saat mereka masih kecil itu.     

"Anak ini…"     

Reaksi Lu Ran masuk ke dalam mata Lu Sheng. Dia pun memutuskan untuk menjahili Lu Ran, dia menjawab sambil tersenyum, "Oh, adik seorang teman."     

Hati Lu Ran segera menyusut, "Teman… apa?"     

"Ya teman." Lu Sheng tersenyum lebar, "Badannya sedang tidak sehat, tadi sudah pulang duluan, jadi adiknya pun ditinggalkan di sini untuk bermain sebentar."     

Lu Sheng melihat ke Hua Letong, lalu bertanya dengan senang, "Kak, apa kamu merasa anak ini sedikit familier?"     

Lu Ran melirik Lu Sheng, tidak menjawab.     

Jangankan hanya familier. Kalau bukan karena waktunya sudah berlalu delapan tahun dan anak yang di hadapan Lu Ran adalah anak laki-laki, Lu Ran bahkan akan mencurigai anak yang di depan matanya ini adalah Hua Leya.     

Lu Sheng melihat Lu Ran tidak menanggapinya, dia pun berbicara dengan diri sendiri, "Aku juga merasa anak ini sangat familier, sepertinya pernah melihat di mana."     

Tatapan Lu Ran menjadi gelap, dia langsung mengubah topik pembicaraan, "Sepanjang perjalanan ini aku sudah haus, aku pergi menyeduh teh dulu."     

Yu Yang dan Mu Yan melihat begitu banyak yang baru di ladang, mereka sudah tidak kepikiran dengan kehausan, melainkan sudah pergi mengelilingi ladang.     

"Eh, biar aku saja, kakak pergi menemani tamu saja." Lu Sheng tersenyum pada Lu Ran, kemudian dia pun kembali lagi ke dalam kamar untuk menyeduhkan teh.     

Lu Ran menatap belakang punggung Lu Sheng dengan aneh, kemudian tatapannya melanda lagi kepada Hua Letong yang di samping.     

Kini Hua Letong sedang bermain dengan Sanse bersama Lu Jiang dan Lu Xin, sama sekali tidak merasakan tatapan Lu Ran.     

Lu Sheng menjulurkan kepalanya dari dapur dan melihat adegan tersebut, dia pun tersenyum dengan senang. Sepertinya Hua Leya tidak bertepuk sebelah tangan, ini sudah pasti saling menaruh hati!     

Kalau Lu Ran bisa menikahi Hua Leya, kedepannya Lu Sheng juga bisa lebih tenang kalau mau keluar rumah untuk jangka panjang.     

Lu Sheng melihat Lu Ran tiba-tiba melihat ke arahnya, dia pun langsung menyusutkan kembali kepalanya.     

Hari ini Lu Sheng sepertinya sedikit aneh. Lu Ran yang berpikir demikian pun berjalan masuk ke dalam dapur dan bertanya "A Sheng, ada yang mau kamu katakan kepadaku, ya?"     

"Tidak kok." Lu Sheng mengedipkan matanya dengan polos, "Aku hanya merasa Kak Ran sudah lama tidak pulang, jadi ingin melihat apakah kamu baik-baik saja selama ini."     

Lu Ran malah menjawab "Aku sangat baik. Makan dan minum dengan baik selain belajar tidak ada pikiran lain yang menggangguku, tidak ada yang tidak beres."     

Dulu demi bisa menghemat uang, selain belajar, Lu Ran sepanjang hari sedang memikirkan bagaimana cara menggunakan satu koin perak untuk dua kali pemakaian.     

Namun kini kondisi ekonomi rumah semakin membaik, maka pikiran lainnya juga sudah tidak ada lagi. Sepenuh hatinya hanya belajar saja. Lu Ran tidak terlalu tertarik untuk menjadi pejabat pemerintah. Dia hanya ingin belajar untuk ke depannya bisa menjadi pedagang.     

Yu Yang dan Mu Yan juga memiliki pikiran yang sama.     

Lu Ran melihat Lu Sheng, sepertinya ingin mengatakan sesuatu…     

"Kak, ada yang mau kamu sampaikan?" Lu Sheng biasanya sangat peka, begitu dia melihat ekspresi Lu Ran, dia pun mengetahui bahwa Lu Ran sedang pusing dengan suatu masalah.     

"A Sheng, hari ini aku pulang, sebenarnya demi memberitahukan sesuatu kepadamu."     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Kakak bilang saja."     

"Itu…" Lu Ran meragu untuk beberapa waktu, setelah dia mengambil napas dalam, dia baru berkata dengan maaf, "Kakak tahu keputusanku ini akan mengecewakan kamu dan Ibu, tapi Kakak tidak tertarik untuk menjadi pejabat pemerintah."     

Lu Ran mengira Lu Sheng akan kecewa terhadap dirinya, namun ternyata Lu Sheng malah tersenyum, "Kalau tidak tertarik ya sudah. Sekolah itu untuk memperkaya pengetahuan dan kemampuan, jabatan pemerintah juga bukan satu-satunya jalan masa depan."     

Lu Ran tertegun, untuk pertama kalinya dia menemukan wawasan adiknya ini ternyata begitu luas.     

Waktu Bu He masih hidup, bahkan dia juga sering menyuruh Lu Ran harus belajar dengan baik, agar bisa menjadi pejabat di masa depan, membanggakan keluarga Lu.     

Namun kini Lu Sheng malah mengatakan pejabat pemerintah bukan satu-satunya masa depan seseorang.     

Lu Sheng menepuk pundak Lu Ran dan berkata sambil tersenyum, "Kak, mau kamu menjadi apapun aku pasti akan mendukungmu. Kehidupan ini sangat pendek, harus menikmati kehidupan dalam waktu yang tersedia. Dan harus melakukan hal yang kita sukai baru bisa menikmati kehidupan."     

Lu Ran sangat tersentuh oleh kata-kata Lu Sheng, lalu dia pun mulai mengerti "Pantas saja Putra Kaisar Ketiga bisa menjadikan kamu sebagai muridnya, kamu jauh lebih kuat daripada Kakak."     

"Tentu dong!" Lu Sheng mengangkat dagunya tinggi-tinggi dengan sombong.     

Lu Ran terdiam… Memang tidak boleh dipuji, sekali memuji langsung sombong…     

"Ngomong-ngomong, Kak, kamu bilang kamu tidak ingin menjadi pejabat, lalu kamu tertarik dengan apa?"     

Tidak menunggu Lu Ran menjawab, Lu Sheng sudah melanjutkan lagi, "Atau kamu pulang menanam saja? Seratus hektar tanah ini kalau bisa diurus dengan baik ke depannya akan mendapatkan penghasilan yang besar."     

"Boleh juga." Lu Ran mengangkat alisnya, "Seperti udang karang yang kamu pelihara, kemudian buah dan sayur aneh yang kamu dapat itu, mana tahu benar-benar bisa menjadi kaya raya."     

"Ya kan? Hehe." Lu Sheng tertawa, dia pun mengusulkan, "Ladang kita juga tidak perlu dijual ke orang lain. Lalu kita menjalani bisnis ritel, dimana kita membuka setiap cabang restoran Lu di daerah utara, selatan, barat dan timur Huangyang. Kalau tidak cukup, kita bahkan membuka cabang di luar kota, bagaimana?"     

Meskipun ini masih pertama kalinya Lu Ran mendengar kata "bisnis ritel", namun dari kata-kata Lu Sheng dia juga bisa mengerti artinya secara garis besar.     

"Kata-katamu benar juga." Lu Ran menganggukkan kepalanya, "Kalau begitu mulai besok Kakak tidak pulang lagi ke sekolah, langsung tinggal di sini dan belajar bertani saja."     

"Bertani? Saudara Lu, kamu mau tinggal di rumah dan bertani?" Mu Yan dan Yu Yang yang sudah selesai mengelilingi ladang mendengar kata-kata Lu Ran.     

"Iya." Lu Ran menganggukkan kepalanya, "Aku memang kurang tertarik untuk menjadi pejabat pemerintah, lebih baik aku pulang dan membantu A Sheng mengurus ladang."     

Mu Yan mengerutkan keningnya, "Pikiranmu memang bagus, namun kamu tidak mungkin bertani untuk seumur hidup, kan?"     

"Memangnya kenapa dengan bertani seumur hidup?" Lu Sheng mengangkat alisnya "Semua orang bukannya juga sedang bertani? Yang penting bisa menghasilkan uang."     

"Adik Lu, kamu jatuh ke jurang uang, ya?" Mu Yan tersenyum, "Kakakmu pernah bilang ingin mengikuti kami berbisnis ke Jingcheng."     

"Jingcheng?" Lu Sheng menggulung-gulung ujung rambut dan bertanya pada Lu Ran, "Kak, kamu ingin berbisnis di Jingcheng?"     

Lu Ran tersenyum dengan canggung, "Aku belum pernah pergi ke Jingcheng, ingin pergi melihatnya. Berbisnis juga hanya sekedar mengatakan saja."     

Lu Sheng berpikir sejenak, "Orang hebat Jingcheng memang banyak, namun persaingannya juga sangat kuat. Apalagi kalau mau berbisnis di sana, kalian harus memiliki koneksi sendiri."     

"Tentu saja." Lu Sheng melanjutkan sambil tersenyum, "Kalau Kakak benar-benar ingin berjuang di Jingcheng, Kakak tidak perlu mengkhawatirkan masalah koneksi."     

Tidak memerlukan koneksi orang lain, cukup satu Lu Zhou saja. Kalau tidak, dia juga bisa meminta bantuan kepada Peramal Kerajaan.     

Yu Yang tersenyum ketika mendengar percakapan Lu Ran dan Lu Sheng, "Aku malah merasa tinggal di Huangyang juga bagus."     

Mu Yan tertegun, "Saudara Yu, kamu juga mau tinggal di Huangyang?"     

Yu Yang menganggukkan kepalanya, "Adikku sudah menikah dan sekarang menetap di kota jauh, rumahku pun hanya tersisa aku seorang, aku tidak bisa terlalu jauh dari rumah."     

"Ya sudah." Mu Yan berkompromi, "Kini kalian memutuskan untuk tinggal di Huangyang, maka aku juga."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.