Gadis Lugu Liar Galak

TUJUH BELAS TAHUN



TUJUH BELAS TAHUN

0"Waktu Xiaosheng masih kecil, badannya kecil dan kurus." Tuan Besar Hua menggambar di udara, lalu dia mengatakan, "Kata kepala desa sekarang Xiaosheng sudah membuka restoran sendiri, setiap hari bisa menghasilkan ratusan tael perak. Lalu dia juga tidak lupa mau membeli tanah untuk menanam sayur, dia benar-benar adalah anak yang rajin dan giat."     
0

Hua Leya tertegun. Dengan lambat dia menyadari bahwa titik kekaguman Hua Leya terhadap Lu Sheng ternyata sangat berbeda dengan titik pujian yang diberikan Tuan Besar Hua.     

"Setiap hari bisa menghasilkan ratusan tael perak?" Dalam seketika Bu Peng pun tertegun, "Berapa usia anak ini?"     

Tuan Besar Hua menyesap seteguk tehnya dan menjawab, "Kata kepala desa, tahun ini baru tujuh belas tahun."     

"Tujuh belas tahun?! Astaga!" Bu Peng selalu memiliki pemikiran orang-orang desa tidak akan ada yang berguna, namun ternyata ada seseorang yang begitu hebat.     

Penghasilan harian mencapai ratusan tael perak. Bahkan wisma Hua saja hanya bisa menghasilkan puluhan, paling banyak seratus lebih tael perak per hari.     

Hua Leya mengedip-ngedipkan matanya, "Selain ini, Paman Tao tidak memberitahukan yang lain?"     

"Yang lain?" Tuan Besar Hua mengerutkan keningnya, "Lain seperti apa?"     

"Ugh… tidak." Hua Leya tersenyum, "Ayah, kalau tidak ada urusan lain aku kembali ke kamar dulu, ya."     

Tuan Besar Hua menganggukkan kepalanya, "Pergilah."     

Bu Peng melihat Hua Leya, lalu dia pun melihat lagi ke luar sana, dia pun mengerutkan keningnya dengan bingung. Dia ingat tadi ketika Hua Leya keluar dari rumah, Xiaofen masih mengikuti di sampingnya. Kenapa ketika Hua Leya sudah pulang, Xiaofen malah tidak kelihatan orangnya?     

"Tuan Besar, aku agak lelah, ingin kembali ke kamar dan istirahat sebentar." Bu Peng mengurut pelipisnya, menunjukkan ekspresi yang lesu     

Tuan Besar Hua menghelakan napas, lalu dia menganggukkan kepalanya, "Kamu juga pergilah."     

"Kalau begitu aku kembali dulu." Bu Peng berdiri, dan menganggukkan kepalanya terhadap Tuan Besar Hua. Kemudian dia pun pergi bersama Xiaolian.     

"Ada apa ini?" Begitu kembali ke kamarnya, Bu Peng pun tidak bisa menahan diri lagi dan segera bertanya pada Xiaolian.     

Xiaolian yang melihat Bu Peng dengan kebingungan, namun dia malah mendengar Bu Peng bertanya, "Hari ini kamu juga sudah melihatnya, kan?"     

"Melihat… apa?" Pertanyaan yang ambigu ini membuat Xiaolian kebingungan, dia pun hanya bisa bertanya dengan hati-hati.     

"Melihat Xiaofen! Tadi kamu tidak melihat dia keluar dengan Hua Leya itu?"     

"Oh, ini yang dibicarakan Nyonya, ya?!" Akhirnya Xiaolian mengerti pertanyaan Bu Peng, lalu dia pun menganggukkan kepalanya, "Hamba melihatnya." Kemudian dia juga mulai merasa aneh.     

"Atau mungkin Xiaofen pergi mengurus sesuatu untuk Nona Muda?" Xiaolian menebak.     

"Mengurus sesuatu?" Bu Peng merasa hal ini memungkinkan juga.     

"Kalau begitu… kamu coba menyuruh orang mengawasi pintu depan. Kalau Xiaofen pulang, suruh dia langsung datang menghadapku." Ujar Bu Peng.     

"Baik!" Namun orang Bu Peng yang mengawasi pintu satu malaman, sampai besok pagi pun dia tidak melihat Xiaofen pulang ke wisma Hua.     

Pada waktu sarapan, Bu Peng melihat Hua Leya dan mencoba bertanya, "Nona Mudaku, aku ingat Xiaofen mengikutimu keluar semalam, kan? Kenapa tidak melihatnya pulang denganmu?"     

Hua Leya menghentikan gerakannya yang sedang memakan bubur, dengan bingung dia melihat pada Bu Peng, "Bukannya Bu Peng yang menyuruhnya pergi mengurus sesuatu?"     

"Me… mengurus sesuatu? Xiaofen adalah gadis pembantumu, aku mana berhak memberikan perintah kepadanya?" Bu Peng memutar-mutar matanya dengan merasa bersalah.     

"Tapi surat jual Xiaofen ada pada Selir Peng, Selir Peng mana mungkin tidak bisa memerintah Xiaofen?"     

Hua Leya meletakkan sendoknya dan melihat Bu Peng dengan kebingungan, "Lagipula, semalam setelah Xiaofen tiba di kota, dia bilang Selir Peng menyuruhnya membelikan sesuatu, lalu menyuruh aku pulang dulu. Kenapa? Dia belum pulang sampai sekarang?"     

"Jangan bicara sembarangan, mana ada aku menyuruhnya belanja?" Bu Peng hanya merasa masalah ini sangat aneh.     

"Tapi, Xiaofen jelas-jelas mengatakan begitu. A Fu juga mendengarkannya, kalau tidak percaya, kamu bisa bertanya pada A Fu."     

Bu Peng tiba-tiba menyadari sesuatu, dalam seketika kedua matanya pun melotot besar, "Xiaofen itu pasti sudah melarikan diri!"     

"Ada apa ini?" Tuan Besar Hua juga bertanya pada Hua Leya dan Bu Peng dengan bingung.     

"Xiaofen, gadis pembantu yang diberikan Selir Peng kepadaku. Semalam setelah mengikutiku sampai kota, aku pergi beli buku dan menyuruh Xiaofen membawanya ke delman kuda dulu dan menungguku di sana. Ternyata setelah aku kembali ke delman kuda, aku hanya melihat buku, malah tak melihat Xiaofen lagi. Aku pun bertanya pada A Fu, dan A Fu pun mengatakan Selir Peng menyuruh Xiaofen membelikan sesuatu, bahkan menyuruh kami tidak usah menunggunya, jadi kami pun pulang dulu." Hua Leya menjelaskannya dengan wajah polos.     

Kepergian Xiaofen sama sekali tidak ada pengaruhnya terhadap Hua Leya. Namun bagi Bu Peng, ini masalah sepuluh tael perak, dan mata-mata. Bu Peng tentu saja akan sakit hati atas kehilangan Xiaofen.     

"Tuan Besar, Xiaofen pasti sudah melarikan diri!" Bu Peng marah sampai tidak ingin memakan buburnya lagi.     

Namun Tuan Besar Hua malah tidak begitu mementingkannya, "Kalau melarikan diri ya sudah, cukup beli lagi yang lebih patuh saja."     

"Tapi… membiarkannya pergi begitu saja?" Bu Peng sangat tidak puas.     

"Lalu?" Tuan Besar Hua mengelap sudut bibirnya, dia melihat Bu Peng dan mengatakan, "Sudah lewat satu hari, meskipun kamu pergi mengejarnya sekarang, apa kamu merasa kamu bisa mendapatkannya?"     

"Tuan Besar, kita kan bisa lapor ke kantor pengadilan!" Bu Peng mengusulkan, "Xiaofen berani melarikan diri, kalau begitu suruh orang kantor pengadilan yang membantu mencari Xiaofen, kemudian langsung memberikan hukuman mati kepadanya."     

"Kalau kamu mau lapor, lapor sendiri sana." Tuan Besar Hua berdiri, lalu dia pun melihat Hua Leya dan mengatakan, "Leya, kamu hari ini tinggal di rumah menjaga adikmu, ayah ada urusan mau keluar."     

"Baik!"     

Setelah Tuan Besar Hua keluar, Bu Peng baru memukul meja dan berdiri, dia melotot pada Hua Leya dan bertanya, "Kamu yang sengaja melepaskan Xiaofen, ya?"     

"Aku sengaja?" Hua Leya mencibir dengan dingin, "A Fu melihat dengan matanya sendiri, kalau kamu tidak memercayaiku, kamu bisa tanya ke dia."     

A Fu adalah orang Tuan Besar Hua, Bu Peng tentu saja tidak berani bertanya kepada A Fu.     

Lagi pula Hua Leya memang tidak melepaskan Xiaofen, melainkan Xiaofen sendiri yang melarikan diri, masalah ini bukan salahnya.     

"Kamu…" Bu Peng kehilangan kata-kata dalam seketika. Beberapa saat kemudian dia baru bertanya dengan geram, "Kalau begitu, semalam ketika Xiaofen melarikan diri, kenapa kamu tidak melapor ke kantor pengadilan?"     

"Pembantu rumah yang melarikan diri kalau tertangkap, akan diberikan hukuman mati." Hua Leya mendengus dengan dingin, "Ibuku baru saja dikebumikan, sementara ini tidak boleh ada kasus pembunuhan di rumah."     

Bu Peng mengetahui bahwa Hua Leya yang sengaja melepaskan Xiaofen, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa pada Hua Leya, sehingga dia pun sangat marah sampai kesusahan napas.     

Xiaolian melihat Bu Peng sesak, dia pun mengurut depan dada Bu Peng dan menghiburnya, "Nyonya jangan marah, tidak layak merusak badan Anda demi seorang pembantu yang melarikan diri."     

"Bawa aku pulang, aku tidak mau makan lagi!" Bu Peng berkata pada Xiaolian, namun kedua matanya terus melotot pada Hua Leya.     

Hua Leya mengaitkan sebuah senyuman kepada Bu Peng, "Oh ya Selir Peng, akhir-akhir ini aku tidak memerlukan gadis pembantu, kamu tidak perlu belikan yang baru lagi."     

Jika bukan karena Bu Peng yang mengambil kekuasaan rumah tangga keluarga Hua, Hua Leya bahkan malas mau melihat wajah Bu Peng itu.     

"Kak, aku sudah kenyang." Hua Letong meletakkan sendoknya di atas meja kemudian tersenyum pada Hua Leya.     

Hua Leya tersenyum pada adiknya, "Letong sungguh pintar sekali. Hari ini Kakak akan membawamu pergi mengenal teman baru."     

"Teman baru?" Hua Letong mengedipkan matanya, "Ada yang bisa bermain denganku?" Hua Letong selama di kota Yuxi, selain ayah dan kakaknya, hampir tidak ada teman sepermainan yang bisa bermain dengannya.     

"Pasti ada. Ayo, sekarang juga Kakak membawa Letong pergi melihat teman barumu." Setelah Hua Leya berkumur dengan daun teh, dia pun langsung membawa Hua Letong keluar rumah.     

Tanpa adanya Xiaofen, Hua Leya merasa sangat bebas. Namun dibandingkan dengan rasa santai yang dirasakan Hua Leya, Hua Letong malah tampak tegang.     

Hampir semua penduduk desa Liuyue mengetahui keluarga Hua sudah pindah kembali ke desa.     

Hua Letong adalah anak yang dilahirkan Nyonya Hua yang setelah meninggalkan desa Liuyue, jadi tidak ada yang mengenal Hua Letong. Namun Hua Leya pernah tinggal di desa Liuyue selama sepuluh tahun. Ditambah lagi wajahnya yang tidak banyak berubah, penduduk lama pun langsung mengenali Hua Leya begitu melihatnya.     

Bu Fang juga otomatis langsung mengenali Hua Leya dalam pandangan pertama, "Kamu Leya, ya?"     

Meskipun waktu sudah berlalu delapan tahun, namun Hua Leya tetap bisa mengingat Bu Fang dalam pandangan pertama juga. Dia pun menganggukkan kepalanya dengan senang, "Bibi Tao, benar ini Leya."     

"Waduh, kamu sudah besar ya sekarang." Bu Fang menarik tangan Hua Leya dan mengamatinya dari depan sampai belakang, kemudian dia pun berkata sambil tersenyum, "Waktu itu aku masih memikirkan untuk menjadikan kamu sebagai menantuku, tapi kalian malah pindah rumah."     

Hua Leya tersenyum dengan canggung, "Bibi jangan berkata begitu, tidak enak kalau sampai kedengaran kakak ipar."     

Bu Fang malah tertawa terbahak-bahak, "Kakak iparmu sekarang ada di Yuxi, dia tidak akan bisa mendengarkannya."     

"Oh ya, semalam aku dengar ayahmu bilang kamu belum menikah jangan-jangan belum menemukan orang yang kamu suka?" Bu Fang bertanya.     

Hua Leya menganggukkan kepalanya, "Bisa dikatakan begitu."     

"Waduh, bagaimana ini?" Bu Fang merenung sejenak, kemudian kedua matanya pun bersinar terang, "Kamu masih ingat dengan Lu Ran? Waktu kecil kalian sering main bersama."     

Hua Leya mendengar Bu Fang mengungkit nama Lu Ran, jantungnya pun langsung berdetak kencang, dia pun menganggukkan kepalanya dan mengatakan, "Masih."     

Hua Leya tidak pernah melupakan Lu Ran, malam hari bahkan sering memimpikannya, bagaimana bisa melupakannya?     

"Ingat, kan?" Bu Fang melihat ke sekitarnya dengan waspada, melihat tidak ada yang melihat ke arah mereka, dia baru berkata sambil tersenyum, "Walaupun Lu Ran pernah menjadi anak berandalan untuk sementara waktu, namun sekarang sudah menjadi anak yang baik lagi. Kalau kamu tidak keberatan, nanti tunggu Lu Ran pulang ke desa, kalian coba bertemu, lihat apakah dia cocok untuk menjadi suamimu."     

Wajah Hua Leya langsung menjadi merah, "Bibi!"     

"Hahaha iya iya iya, bibi diam sekarang." Kemudian Bu Fang baru menaruh perhatiannya kepada Hua Letong yang berdiri di samping Hua Leya, "Ini adikmu, ya? Siapa namanya?"     

"Hua Letong." Hua Leya menarik Hua Letong dan memperkenalkannya kepada Bu Fang dengan senang, "Bibi ini adalah Bibi Tao, dia adalah ibu teman Kakak, ayo sapa beliau."     

Hua Letong mendengar perkenalan Hua Leya, dia pun memanggil Bu Fang dengan patuh, "Selamat pagi, Bibi Tao."     

"Waduh, anak yang baik, pintar sekali!" Bu Fang mengelus kepala Hua Letong, kemudian dia baru bertanya pada Hua Leya, "Oh ya, kalian mau ke mana? Bibi tidak mengambil waktumu kan?"     

"Tidak kok." Hua Leya berkata sambil tersenyum, "Aku mau membawa adikku pergi mencari Xiaosheng."     

"Ternyata kamu mau pergi mencari Xiaosheng, ya? Ayo cepat sana."     

Hua Leya menganggukkan kepalanya. Setelah berpamitan dengan Bu Fang, dia pun membawa Hua Letong jalan menuju ke ladang Lu Sheng.     

Di ladang sayur.     

Lu Sheng sedang membawa sepiring makanan kecil, berjongkok di samping melihat Lu Jiang dan Lu Xin bermain dengan Sanse.     

"Hau hau hau…" Sanse yang menjadi pusing karena diputar-putar terus oleh Lu Xin pun langsung berbaring di atas tanah dan meraung terus.     

"Xiaoxin, Sanse sudah capek, kita main lagi nanti." Lu Jiang melihat Sanse berbaring di atas tanah, dia pun segera menarik Lu Xin ke samping dan istirahat.     

"Memang di sini lebih ramai, ya."     

Lu Sheng mendengar suara langkah kaki, dia pun membalikkan kepalanya dan melihat. Lalu dia pun menemukan Hua Leya sedang berjalan kepadanya sambil membawa seorang anak laki-laki.     

"Kak Leya." Lu Sheng pun langsung berdiri, dengan senang dia melihat Hua Letong, "Ini pasti adikmu, Letong, ya?"     

Hua Leya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Letong, ayo sapa Kak Sheng."     

"Selamat pagi, Kak Sheng."     

Hua Letong kini sudah berusia tujuh tahun, lebih besar satu tahun daripada Lu Jiang.     

Lu Jiang dan Lu Xin melihat ada tamu, mereka pun langsung bersembunyi ke samping karena kebiasaan. Sampai mereka melihat Lu Sheng memanggil mereka, mereka baru keluar dan berjalan ke samping Lu Sheng.     

"Kak Sheng ada apa?" Lu Jiang memegang tangan Lu Xin dan berdiri di belakang Lu Sheng, dengan tatapan penuh penasaran dia menatap Hua Letong.     

"Dia adalah Kakak Leya, pernah ke rumah kita waktu itu. Lalu ini adalah Kak Letong, nanti kalian bawa dia bermain, ya."     

Hua Letong yang jarang bertemu dengan anak seusianya, begitu melihat Lu Jiang dan Lu Xin, dia pun terus menatap pada mereka dengan penasaran.     

"Selamat pagi Kak Leya, Kak Letong!" Lu Jiang dan Lu Xin memanggil dalam waktu bersamaan.     

"Kalian juga selamat pagi!" Hua Leya mengulurkan tangannya dan mengelus kepala Lu Jiang dan Lu Xin. Kemudian dia baru berkata pada Hua Letong, "Letong, Kakak ada sesuatu yang ingin dibicarakan dengan Kak Sheng, kamu main dulu sama kedua adik ini, ya."     

"Ayo, kita main sama-sama!" Lu Jiang dan Lu Xin melihat Hua Letong sedikit ragu-ragu, mereka pun menarik tangan Hua Letong masing-masing satu, dan berjalan ke arah lain.     

Permainan anak kecil sangat beraneka ragam. Lu Sheng biasanya tidak pernah mengatur Lu Jiang dan Lu Xin, jadi mereka sering bermain dengan anak desa, pergi bermain lumpur, atau menangkap binatang kecil di dalam sawah. Setiap kali pulang pasti akan berlumuran lumpur, namun setiap kali juga sangat senang.     

"Letong sepertinya sedikit takut dengan orang asing." Lu Sheng mengatakan.     

Hua Leya menghelakan napas, "Sebelumnya di Yuxi, karena kondisi tubuh Letong kurang sehat, kebanyakan waktunya hanya main di dalam halaman rumah saja. Biasanya cuma aku yang bisa menemaninya, kalau Ayah sudah selesai sibuk di luar juga akan menemaninya bicara."     

"Letong memiliki tubuh yang tidak sehat, itu ada alasannya."     

Lu Sheng melihat ke arah Hua Letong, lalu dia pun mengatakan, "Keputusan kalian pindah kembali ke desa Liuyue itu sangat benar. Kalau kalian bisa pindah kembali lebih awal lagi, mungkin Nyonya Hua tidak akan meninggal dunia."     

Hua Leya tertegun oleh kata-kata Lu Sheng, "Xiaosheng, apa maksudmu?"     

Lu Sheng melihat Hua Leya, dengan nada kecil dia bertanya, "Rumah kalian di Yuxi, pasti kalian beli dari orang lain, kan?"     

"Benar." Hua Leya menganggukkan kepalanya, "Waktu itu begitu kami sampai di Yuxi, kami pun langsung mencari rumah. Kebetulan pemilik rumah itu mengatakan ingin pulang kampung, jadi ingin menjual murah rumah itu. Ayah dan ibuku melihat rumah itu lumayan luas, harganya juga tidak tinggi, jadi kami pun langsung membeli rumah itu."     

Setelah Hua Leya menjelaskannya, dia pun melihat Lu Sheng dengan aneh, "Xiaosheng, kenapa kamu bisa tahu?" Dia sepertinya tidak pernah membicarakan soal rumah Yuxi kepada Lu Shen, kan?     

"Bukan karena pemilik rumah itu mau pulang kampung baru mau menjual rumah, melainkan karena ada yang meninggal di dalam rumah itu."     

"Ada yang meninggal di dalam rumah itu?!" Hua Leya merasa belakang punggungnya terasa sejuk, "Ini… kenapa berkata demikian?"     

"Kalau aku tidak salah, korban yang meninggal di dalam rumah itu pasti belum lama meninggal, pemilik rumah sudah menjual rumah itu. Dan korban itu meninggal membawa dendam. Untuk sementara waktu masih belum mengetahui jenis kelaminnya, namun jenazahnya pasti terkubur di dalam halaman rumah itu."     

Sedangkan terkubur di posisi mana masih belum bisa dipastikan oleh Lu Sheng, namun, jenazah itu pasti terkubur di dalam halaman rumah.     

"Xiaosheng, kamu… kamu dengar dari mana masalah ini?" Hua Leya melihat ekspresi Lu Sheng sangat serius, sepertinya bukan sedang bercanda. Dalam seketika Hua Leya pun merinding ketakutan.     

"Kak Leya, jujur saja, guruku bisa menangkap hantu, dan aku juga sedang belajar dengannya."     

Lu Sheng melihat Hua Leya dan mengatakan, "Letong bisa memiliki kondisi tubuh yang lemah, itu karena dia diganggu oleh hantu untuk jangka waktu yang panjang."     

Anak masih kecil, sedangkan aura Yin yang dikeluarkan hantu terlalu berat. Kalau diganggu oleh mereka untuk jangka waktu yang panjang, imun tubuh akan semakin menurun, makanya bisa terus penyakitan.     

"Maksud… maksudmu, Letong telah diganggu oleh hantu?" Hua Leya melihat ke arah Hua Letong. Dia menemukan Hua Letong sedang berjongkok di samping anak anjing, sedang tersenyum dengan senang.     

"Hantu itu seharusnya tidak mengikuti sampai desa Liuyue, namun pada tubuh Letong masih tersisa sedikit aura Yin."     

Lu Sheng mengeluarkan sebuah kertas hu pengusir roh, dan memberikannya kepada Hua Leya, "Ini, kamu bawa pulang dan simpan di dalam sebuah dompet kecil. Kamu minta Letong membawanya setiap hari di badannya. Beberapa saat kemudian, maka dia pun akan sembuh total."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.