Gadis Lugu Liar Galak

QI DONGJING



QI DONGJING

0"Oh ya." Bu Peng menolehkan kepalanya dan memerintah Xiaolian, "Kamu suruh Xiaofen mengawasi Hua Leya dengan ketat akhir-akhir ini. Kalau Hua Leya berinteraksi dengan orang yang tidak senonoh, kamu harus menyuruhnya untuk bilang kepadaku, aku akan bilang pada Tuan Besar."     
0

Meskipun Tuan Besar Hua memiliki sifat yang baik, tapi tidak pernah mengurus hubungan pertemanan Hua Leya. Namun jika Hua Leya ingin menikah dengan penduduk desa, dia pasti tidak akan menyetujuinya.     

Bu Peng memang ingin mencari masalah dengan Hua Leya. Selama ini Hua Leya selalu tidak bersedia menikah, apalagi ketika dia mendengar mereka akan pindah kembali ke desa Liuyue, kesenangannya itu sama sekali tidak bisa ditutupi.     

Bu Peng yang melihat ekspresi bahagia Hua Leya itu pun yakin bahwa Hua Leya pasti memiliki orang yang dia sukai, dan pria itu ada di desa Liuyue.     

Xiaolian menganggukkan kepalanya, "Baik!"     

Angin malam musim semi sangat segar.     

Di ladang sayur Lu Sheng, di pagar-pagarnya bergantungan lampu lampion merah, kini sedang bergoyang di bawah angin.     

Setelah Lanyi mengucapkan selamat tinggal dengan Sanse dengan tidak rela dia pun akhirnya berangkat ke Wufeng.     

Lu Sheng menunggu Lanyi menjauh, baru dia membawa Sanse kembali ke kamar.     

Lalu keesokan harinya.     

Kehidupan Lu Sheng baru-baru ini sangat damai. Pagi-pagi bangun untuk membuatkan sarapan untuk semua orang, lalu mengikuti semua petani bekerja di ladang.     

Kemudian Lu Sheng pulang ke rumah tua keluarga Lu untuk melihat perkembangan pembangunan rumah baru, sekaligus melihat perkembangan pertumbuhan semangka yang di halaman rumahnya.     

Memiliki kesibukan membawa sedikit rasa santai.     

"Xiaosheng." Lu Sheng yang selesai melihat perkembangan pembangunan rumah, saat mau pulang ke ladang tiba-tiba mendengar ada yang memanggil namanya.     

"Kak Leya mau ke mana?" Lu Sheng membalikkan kepalanya, lalu dia pun menyapa Hua Leya yang turun dari delman kuda dengan senang.     

Hua Leya juga membalas dengan senyuman, lalu dia pun bertanya, "Aku ingin jalan-jalan ke kota, tapi tidak memiliki teman. Jadi aku pun ingin mencarimu untuk menemaniku, kamu ada waktu?"     

"Kalau begitu Kakak tunggu sebentar, aku pulang ke ladang sebentar baru aku ke sini lagi."     

"Eh, ayo pakai delman kuda saja."     

"Tidak usah." Lu Sheng melambaikan tangannya tanpa melihat balik, kemudian dia pun berjalan ke ladang dengan cepat.     

Lu Sheng pulang ke ladang dan mengatakan kalau dirinya mungkin tidak sempat pulang untuk memasakkan makan siang, jadi menyuruh mereka mencari makan sendiri.     

Para pekerja di ladang juga memiliki orang yang berketerampilan memasak, namun mereka sudah terbiasa dengan rasa masakan Lu Sheng, sehingga mereka pun merasa masakan orang lain kurang sedap.     

Namun tanpa adanya Lu Sheng, para pekerja ini juga tidak akan mati kelaparan.     

Lu Sheng membawa Lu Jiang dan Lu Xin ke rumah Bibi Yu, menyuruh Bibi Yu membantunya menjaga mereka.     

Setelah Lu Sheng keluar dari rumah Bibi Yu, Hua Leya baru melambaikan tangannya terhadap Lu Sheng, menyuruhnya cepat naik ke delman kuda.     

Di dalam delman kuda, selain Hua Leya, masih ada gadis pembantu, Xiaofen.     

"Beberapa hari yang lalu ketika kami pulang, kami melewati Huangyang, aku pun menemukan kota sudah banyak berubah, jauh lebih ramai daripada delapan tahun yang lalu." Begitu Lu Sheng naik ke dalam delman kuda, Hua Leya pun langsung menariknya duduk di samping.     

Xiaofen mengamati Lu Sheng dari atas sampai bawah, rasa merendahkan pun melintas dari matanya.     

Hari ini karena Lu Sheng bersedia mau turun ke ladang, jadi dia pun memakai baju lama yang warnanya sudah pudar. Rambutnya juga tidak disisir, hanya diikat dengan sembarang saja, beberapa helai rambutnya berjatuhan di belakang punggung dengan longgar.     

Namun karena kulit Lu Sheng yang putih, juga memiliki wajah yang cantik, jadi meskipun pakaiannya kurang bagus, tetap tidak bisa menutupi kecantikannya.     

Meskipun demikian, tetap tidak bisa menutupi bau gadis kampungan yang dibawa Lu Sheng.     

Lu Sheng mengabaikan tatapan Xiaofen, dan mulai berbicara dengan Hua Leya dengan senang, "Bagaimanapun sudah delapan tahun, perubahan itu sangat wajar."     

"Iya juga." Hua Leya menghelakan napas, sambil mengenang dia mengatakan, "Memang masa kecil lebih enak."     

Di masa kecil, Hua Leya tidak perlu memikirkan perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan, bahkan bisa berada di samping orang yang disukainya tanpa harus memedulikan tatapan orang lain.     

Dan pada waktu itu, ibu Hua Leya juga masih hidup.     

Kini, semuanya sudah berubah.     

Lu Sheng tersenyum, dia pun membujuk, "Masa lalu memang enak, tapi kita sudah tidak bisa kembali lagi."     

"Benar, sudah tidak bisa kembali ke masa itu lagi."     

Hua Leya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum pahit. Lalu dia melihat pakaian yang dipakai Lu Sheng, dia pun mengatakan sambil tersenyum, "Aku masih memiliki beberapa potong kain yang belum terpakai, nanti setelah kita pulang dari kota, aku buatkan beberapa baju baru untukmu."     

"Tidak perlu, di dalam lemariku ada banyak baju baru." Lu Sheng hanya malas mau mengganti baju saja. Lagi pula bajunya ini baru dicuci semalam, sangat bersih.     

Lagi pula bagi Lu Sheng, Huangyang sudah tidak ada bedanya dengan desa Liuyue, jadi dia hanya mengganti sepasang sepatu bersih saja.     

Namun, Hua Leya malah tidak memercayainya.     

Hua Leya sudah pulang ke Huangyang untuk beberapa hari, namun dia belum sempat mempelajari perubahan situasi keluarga Lu.     

Meskipun Lu Sheng bisa menyajikan teh penghormatan, namun setiap kali Hua Leya menemuinya, Lu Sheng selalu memakai baju lama. Jadi kata-kata Lu Sheng ini malah membuat Hua Leya salah paham mengira Lu Sheng sedang sungkan kepadanya.     

"Kain yang dimiliki Nona Muda kami, satu potong saja setidaknya juga menghabiskan sepuluh tael perak, orang lain yang menginginkannya masih belum tentu bisa mendapatkannya." Xiaofen menyindir.     

Hua Leya melirik Xiaofen dengan dingin, "Aku membiarkanmu mengikutiku bukan untuk mendengar kata-katamu ini."     

Lu Sheng juga melihat Xiaofen dengan cuek, baru dia menasehati Hua Leya, "Kak Leya tidak perlu marah, jangan sampai suasana hati kita terpengaruh."     

Setelah Hua Leya mendengar kata-kata Lu Sheng, dia baru menarik kembali tatapannya. Dengan maaf dia tersenyum pada Lu Sheng dan mengatakan, "Dia adalah gadis pembantu yang dibelikan ibu tiriku. Belum sempat mendidiknya."     

Wajah Xiaofen langsung memucat. Dia mana mungkin tidak mengerti kata-kata Hua Leya yang sedang mengatakannya tidak sopan dan tak berpendidikan?     

Xiaofen menggigit bibir bawahnya namun tidak berani membantah.     

Lu Sheng melihat Xiaofen dengan tatapan penuh makna, lalu dia pun tersenyum, "Ternyata begitu, pantas saja."     

Ternyata Xiaofen ini adalah mata-mata Bu Peng. Makanya Lu Sheng sempat merasa heran, Hua Leya yang begitu lapang dada, mana mungkin dia memiliki gadis pembantu yang iri hati dan materialistik.     

Sejak Xiaofen diperingatkan oleh Hua Leya, Xiaofen tidak berani mengatakan satu kata pun lagi sampai tiba di kota.     

"Perubahan ini benar-benar sangat besar, jauh lebih makmur daripada delapan tahun yang lalu." Hua Leya melihat orang yang berjalan ke sana ke mari, dia pun mengatakannya.     

Setelah Xiaofen mengamati Kota Huangyang, dia pun menggumam, "Sedikit lebih kecil daripada kota Yuxi."     

Hua Leya memberikan satu lirikan kepada Xiaofen, lalu dia pun mengatakan, "Huangyang tidak lebih kecil daripada Yuxi. Di sini hanya daerah selatannya saja, Huangyang masih memiliki tiga daerah lainnya."     

Xiaofen tertegun, "Ternyata masih ada tiga daerah lainnya?" Kalau begitu Huangyang memang jauh lebih besar daripada Yuxi.     

Lu Sheng hanya tersenyum, dia pun melihat Hua Leya dan tersenyum, "Kak Leya, Kakak mau beli apa?"     

Hua Leya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Aku juga tidak tahu mau beli apa, aku hanya ingin jalan-jalan ke sini saja."     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Kalau begitu kita sambil jalan saja."     

Ketika Lu Sheng dan Hua Leya berjalan melewati toko buku, Hua Leya pun mengatakan ingin masuk dan membeli buku.     

Lu Sheng mengangkat kepalanya dan melihat papan nama toko buku itu, di atas tertera nama "Toko Buku Taoyuan". Dia merasa nama toko buku ini sedikit familier, sepertinya pernah mendengar nama ini dari mana.     

"Xiaosheng, kenapa?" Hua Leya melihat Lu Sheng tiba-tiba berhenti, dia pun menolehkan kepalanya dengan bingung.     

"Oh, Tidak." Lu Sheng menarik kembali tatapannya, memutuskan untuk menyerah dalam pencarian nama familier ini.     

"Buku apa yang dicari ketiga Nona?" Sebuah suara yang enak didengar pun terdengar dari belakang rak buku.     

Tidak lama kemudian, Lu Sheng dan Hua Leya pun melihat ada seorang pria tinggi berjalan keluar.     

Usia pria ini sangat muda, memiliki wajah yang lebih cantik daripada wanita. Kini mata monolidnya menyipit, dengan kedua tangan melipat ke depan, dia menyandar di rak buku membuat temperamennya tampak malas-malasan.     

Saat Xiaofen melihat pria tersebut, dia pun tertegun untuk beberapa saat. Ketika dia tersadar, wajahnya pun langsung memerah.     

Dibandingkan dengan Xiaofen yang terkejut, Lu Sheng dan Hua Leya malah tampak sangat tenang. Karena bagaimanapun, Lu Sheng dan Hua Leya sudah memiliki seseorang yang tak tertandingkan di dalam hati mereka.     

"Kak Leya, Kakak mau beli buku apa?" Lu Sheng bertanya pada Hua Leya.     

"Aku ingin membeli dua buku catatan yang berisi masalah beraneka ragam. Mohon Tuan membantu mencarikannya."     

Qi Dongjing melihat Lu Sheng dan Hua Leya dengan aneh.     

Sebelumnya, semua gadis yang pernah melihat wajahnya hampir tidak ada yang tidak terkejut. Sedangkan kedua gadis yang di depannya ini setelah melihat wajahnya, justru ekspresi mereka tidak berubah sama sekali, dan fenomena ini membuat Qi Dongjing merasa sangat aneh.     

"Nona ingin buku catatan seperti apa? Nona menginginkan yang berisi masalah Huangyang, atau yang seluruh negara Xuanyue? Atau Nona menginginkan yang dari daerah luar?"     

Hua Leya berpikir sejenak, lalu dia pun mengatakan sambil tersenyum, "Mau yang Huangyang dan Negara Xuanyue saja."     

Qi Dongjing menganggukkan kepalanya, "Kalau begitu mohon Nona tunggu sebentar, saya segera pergi mencarikannya."     

"Lu Sheng." Lu Sheng dan Hua Leya sedang berdiri di dalam toko buku, dan dari luar pintu tiba-tiba ada yang memanggil nama Lu Sheng.     

Lu Sheng dan Hua Leya sama-sama menolehkan kepalanya, lalu mereka pun melihat Duan Zhen dan dua orang pelajar sedang berdiri di luar pintu toko buku.     

"Ada urusan?" Lu Sheng mengangkat alisnya, dengan cuek dia bertanya.     

"Dia adalah…" Hua Leya melihat Duan Zhen, dalam seketika dia pun merasa orang ini sangat familier.     

"Dialah Duan Zhen." Jawab Lu Sheng.     

Hua Leya yang mendengar kata-kata Lu Sheng, dia pun akhirnya teringat kembali, "Ternyata dia? Ternyata tidak jelek, ya?"     

"Kamu ini siapa? Berani mengejek Saudara Duan kami!" Pelajar gemuk yang berdiri di belakang Duan Zhen menatap pada Hua Leya dengan tidak senang.     

"Kamu adalah Leya?" Duan Zhen melihat Hua Leya dengan terkejut.     

Wajah Hua Leya tidak banyak berubah, jadi Duan Zhen bisa mengenalnya dalam pandangan pertama.     

Hua Leya mengangkat alisnya, "Iya atau tidak, apa ada hubungannya dengan Pelajar Duan?"     

Duan Zhen tersenyum, "Aku tidak menyangka aku masih bisa melihatmu setelah delapan tahun kemudian."     

Jika dulu, ketika Duan Zhen bertemu kembali dengan Hua Leya, seharusnya dia akan merasa sangat senang. Namun kini…     

Tatapan Duan Zhen melanda lagi kepada Lu Sheng, namun Lu Sheng sama sekali tidak melihat kepadanya. Cahaya mata Duan Zhen pun meredup, lalu dia tersenyum lagi, "Lu Sheng, kamu juga datang membeli buku?"     

"Aku tidak kenal huruf." Nada bicara Lu Sheng penuh dengan tidak sabaran.     

Qi Dongjing keluar dengan dua buku catatan aneka ragam. Tatapannya menyapu di antara Hua Leya dan Lu Sheng, akhirnya tatapannya melanda pada Lu Sheng, "Kamu adalah Lu Sheng? Yang dari desa Liuyue?"     

Lu Sheng mengangkat kepalanya, dengan bingung dia melihat Qi Dongjing, "Kamu kenal aku?"     

Qi Dongjing tersenyum, "Ternyata kamulah Lu Sheng itu, ya?"     

Sebelumnya Chu Sihan pernah datang mencari Qi Dongjing, menginginkannya membantu menjaga seorang gadis. Bahkan meminta sebuah batu giok dari Qi Dongjing, mengatakan ingin memberikannya kepada gadis itu.     

Sejak saat itu, Qi Dongjing pun sangat penasaran dengan "Nona Lu" yang dapat menarik perhatian Chu Sihan itu. Hanya saja dia menunggu dan menunggu, tetap tidak melihat "Nona Lu" itu datang mencarinya.     

Sampai akhirnya Qi Dongjing pun melupakan hal tersebut.     

Tadi Qi Dongjing mendengar Duan Zhen memanggil nama Lu Sheng, dia baru teringat kembali dengan masalah tersebut.     

Qi Dongjing tidak menyangka, ternyata tipe yang disukai Chu Sihan adalah gadis yang putih dan bersih, yang memiliki sifat ceria seperti ini.     

"Tuan siapa, ya?" Lu Sheng mengedipkan matanya, dengan bingung dia melihat Qi Dongjing.     

Lu Sheng berusaha mencari wajah Qi Dongjing di dalam ingatan otaknya, lalu dia pun menemukan dia benar-benar tidak kenal dengan Qi Dongjing ini.     

"Nama saya Qi Dongjing, pemilik toko buku ini, juga teman Chu Sihan."     

Lu Sheng mendengar kata-kata Qi Dongjing, dia pun akhirnya mengingat papan nama "Toko Buku Taoyuan" itu.     

Waktu itu, ketika Lu Sheng baru mengenal Chu Sihan. Chu Sihan pernah mengajaknya makan di restoran Tianyang, dan memberikan sebuah batu giok kepadanya. Bahkan menyuruhnya menyimpan batu giok tersebut, dan mengatakan ke depannya jika ada masalah, bisa mencari bantuan ke pemilik toko buku Taoyuan, namun akhirnya Lu Sheng menolak kebaikan Chu Sihan ini.     

"Ternyata Tuan adalah teman Tuan Chu, ya!" Setelah mengetahui bahwa Qi Dongjing adalah teman Chu Sihan, kewaspadaannya terhadap Qi Dongjing pun menghilang.     

Qi Dongjing tersenyum, "Kini semuanya adalah teman, maka kedua buku ini buat kalian saja."     

"Mana boleh?" Hua Leya menggelengkan kepalanya, "Namanya saudara kandung saja harus menghitung dengan jelas, apalagi yang mau membeli buku bukanlah Xiaosheng, melainkan aku. Aku tidak boleh tidak membayarnya."     

"Barang ini hanya puluhan koin perak saja, bukan masalah besar." Qi Dongjing menyerahkan kedua buku itu kepada Xiaofen, lalu dia pun mengajak Lu Sheng dan Hua Leya, "Dekat sini ada warung teh, aku ingin bertanya pada kedua Nona apakah memiliki waktu, mau duduk bersama di sana?"     

Sebenarnya tujuan Qi Dongjing adalah ingin mengenal lebih dalam Lu Sheng. Dia ingin melihat apa perbedaan Lu Sheng dengan nona lain, kenapa dia bisa menarik perhatian Chu Sihan?     

"Ini…" Lu Sheng melihat Hua Leya, namun Hua Leya malah melihat kepadanya juga.     

Lu Sheng pun tersenyum, "Lain kali saja, tunggu Tuan Chu pulang."     

"Ya sudah." Qi Dongjing menyipitkan bibirnya dan tersenyum.     

"Juragan, kamu masih mau menjual buku tidak?" Pelajar yang mengikuti Duan Zhen berkata dengan tidak sabar.     

Qi Dongjing menyipitkan matanya, dengan dingin dia menatap pelajar itu, sehingga membuat pelajar itu mundur dua langkah karena ketakutan.     

Wajah Duan Zhen memucat, dia pun segera maju dan mengatakan, "Kini Juragan Qi masih ada urusan, kalau begitu kami datang lain hari saja."     

Duan Zhen melihat Lu Sheng dengan tatapan rumit, lalu dia pun membawa kedua temannya pergi.     

"Saudara Duan, kamu bukannya mau membeli buku? Kenapa sudah pergi?" Pelajar gemuk itu berkata dengan heran.     

Duan Zhen berkata dengan serius, "Kamu tahu siapa itu Juragan Qi? Beraninya kamu tidak sopan terhadapnya?"     

"Si… siapa dia?" Qi Dongjing bukannya hanya pemilik toko buku saja?     

"Kamu bahkan tidak mengenal Qi Dongjing?" Duan Zhen mencibir dengan dingin, "Kalau begitu kamu seharusnya kenal nama Jenderal Qi Long, kan?"     

Pelajar gemuk itu menganggukkan kepalanya, "Tentu saja tahu, Jenderal Qi Long adalah jenderal ternama negara Xuanye kita."     

"Qi Dongjing, dia adalah putra dari Jenderal Qi Long."     

"Apa?!" Wajah pelajar gemuk pun segera memucat, "Lalu… lalu kenapa… kenapa dia bisa buka toko buku di Huangyang?"     

"Kenapa?" Duan Zhen menjelaskan dengan serius, "Dikatakan Qi Dongjing memiliki sifat yang malas, tidak suka terikat, makanya dia bisa berlari ke Huangyang dan menjadi pemilik toko buku."     

"Kalau… kalau begitu aku harus bagaimana? Dia tidak akan datang mencariku, kan?" Pelajar gemuk memikirkan kembali sikapnya yang tidak sopan terhadap Qi Dongjing, kedua kakinya pun lemas.     

Pelajar lainnya malah tertawa, "Kamu tidak usah khawatir, Juragan Qi tidak akan mengingat orang kecil sepertimu."     

Biasanya tokoh-tokoh hebat itu tidak akan mengingat keberadaan orang kecil seperti mereka, mereka akan segera melupakannya dalam waktu sekejap mata.     

Di toko buku Taoyuan.     

Lu Sheng yang baru berpamitan pada Qi Dongjing, yang menyiapkan diri untuk meninggalkan toko buku. Dia tidak menyangka akan melihat Yun Ting dan Shi Yi datang ke toko buku.     

"Nona Lu!" Dari jauh sana, Shi Yi sudah memanggil nama Lu Sheng dengan keras.     

Lu Sheng yang diperhatikan oleh para pejalan kaki pun terdiam…     

"Nona Lu, kamu kenapa bisa di sini?" Shi Yi dan Yun Ting berjalan cepat menuju Lu Sheng dan bertanya dengan senang.     

Lu Sheng menghelakan napasnya dengan tidak berdaya, "Aku menemani kakak kenalanku datang membeli buku, kalian berdua kenapa juga ke sini?"     

Yun Ting menjawab sambil tersenyum, "Kami datang mencari Saudara Qi untuk minum teh bersama."     

"Nona Lu, kapan udang karang itu akan masuk ke dalam menu kalian? Aku sudah menunggu untuk waktu yang lama. Beberapa hari lagi aku sudah mau pulang ke Jingcheng." Shi Yi bertanya pada Lu Sheng dengan memelas.     

Shi Yi sudah menunggu menu baru ini untuk waktu yang sangat lama, namun meskipun restoran Lu mengedarkan banyak menu baru, rasanya juga sangat sedap, namun tetap tidak ada udang karang.     

Lu Sheng tersenyum, "Tahun ini mungkin tidak akan ada udang karang lagi, kamu jangan menunggunya lagi."     

Shi Yi terkejut, "Kenapa?!"     

Lu Sheng mengangkat-angkat bahunya, "Karena, udang karang yang kecil harus dipelihara dan dibiarkan berkembang biak, sedangkan yang besar sudah dimakan habis oleh kalian semua."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.