Gadis Lugu Liar Galak

ORANG BAIK MEMANG CEPAT MATI



ORANG BAIK MEMANG CEPAT MATI

0Sebelumnya Hua Leya tidak pernah mengatakan isi hatinya, sebenarnya bukan karena dia takut pada Bu Peng, melainkan hanya karena malas.     
0

Kini Hua Leya sudah kembali ke desa Liuyue, maka jangan ada lagi yang ingin mengendalikan kebebasannya.     

Sudah delapan tahun, tidak ada yang mengetahui betapa besarnya keinginan Hua Leya untuk pulang ke desa Liuyue, untuk melihat orang yang disukainya sejak kecil.     

Beberapa tahun ini banyak yang melamar ke wisma Hua, Bu Peng juga berusaha ingin menikahkan Hua Leya, bahkan sampai sekarang pun, Bu Peng juga sering merayu ayahnya untuk cepat-cepat menikahkan Hua Leya.     

Namun untungnya adik Hua Leya sangat memerlukan Hua Leya, setiap kali kalau tidak melihat sosok Hua Leya, dia pasti akan menangis tak henti-hentinya.     

Sekarang adik laki-laki Hua Leya masih berusia enam tahun lebih, dan untuk sementara ini masih menjadi anak laki-laki satu-satunya ayah Hua Leya. Jadi ayahnya tentu tidak tega melihat adiknya menangis terus-menerus. Jadi secara otomatis, pernikahan Hua Leya pun diundur sampai sekarang.     

Kini yang dipikirkan Hua Leya adalah, apakah hati orang itu sudah diisi dengan orang lain.     

"Nona Muda jangan khawatir, kedepannya Xiaofen pasti akan mendengarkan perintah Anda!"     

Pikiran Hua Leya yang sudah menjauh ditarik kembali oleh suara Xiaofen. Dia mendengus dan tersenyum, "Jadi orang harus tahu diri, kalau kamu bisa berubah tepat waktu, itu akan lebih baik. Bangunlah."     

"Baik!"     

Kedua kaki Xiaofen masih bergetaran, namun bukan karena terlalu lama berlutut, melainkan karena ketakutannya terhadap wibawa Hua Leya.     

Xiaofen adalah pembantu baru yang dibeli oleh Bu Peng dari pasar perdagangan manusia beberapa hari sebelum keluarga Hua memutuskan untuk pindah dari kota Yuxi ke kota Huangyang.     

Dan Xiaofen bisa begitu mematuhi kata-kata Bu Peng itu karena surat jual belinya ada pada Bu Peng. Dapat diartikan bahwa, asalkan Bu Peng bersedia, maka dia bisa memutuskan hidup dan mati Xiaofen.     

Hua Leya sepertinya bisa mengetahui kekhawatiran Xiaofen, dia pun mengatakan, "Kamu jangan cemas. Kalau ke depannya kamu mematuhi perintahku, maka surat jual belimu akan aku ambil dari tangan Bu Peng."     

"Terima kasih, Nona Muda!" Xiaofen berlutut lagi dengan penuh terima kasih.     

Setelah Lu Sheng menyajikan semua di atas meja, waktu sudah menunjukkan jam dua belas siang.     

"Makan!" Lu Sheng berteriak dengan keras, semua orang menghentikan pekerjaan yang berlangsung, dan berjalan masuk ke dalam kamar masing-masing untuk mengambil mangkok.     

Keterampilan memasak Lu Sheng sangat bagus, setiap hari semua orang bekerja keras hanya untuk menunggu makan saja.     

Untungnya pekerjaan bertani sangat menguras tenaga, jika tidak, dengan makanan seenak ini, takutnya berat badan semua orang akan bertambah terus.     

Lanyi suka menyendiri, ketika semua orang makan bersama sambil berkumpul, Lanyi sendiri malah berjongkok di samping dan makan sendirian.     

Namun biasanya jika ada yang mengajak Lanyi berbicara, Lanyi juga pasti akan menjawab, hanya saja ekspresinya tidak nampak begitu senang.     

Setelah Lu Sheng mengambilkan makan untuk Lu Jiang dan Lu Xin, dia juga mengambil satu mangkok serta mengisi nasi dan lauk untuk dirinya sendiri. Dia berjalan di tepi ladang sambil makan.     

Setelah makan siang, Lu Sheng mengumpulkan semua orang dan mendiskusikan masalah penanaman semangka.     

Lu Sheng mengeluarkan sisa biji semangka dan memperlihatkannya kepada semua orang. Setelah semua orang melihatnya, mereka mengatakan tidak pernah melihat biji tersebut.     

"Baguslah kalau tidak pernah melihatnya, ini adalah jenis buah-buahan yang baru." Lu Sheng mengambil kembali karung untuk menyimpan biji semangka dan mengatakan, "Serahkan perkecambahannya padaku, nanti kalian cukup mengurusnya saja."     

Sebelumnya ketika Lu Sheng menanam semangka, dia langsung merendam biji semangka ini dengan air hangat, lalu menanamnya langsung. Dia tidak menyangka ternyata hasilnya sangat bagus.     

Namun untuk berjaga-jaga, Lu Sheng memutuskan untuk mengikuti langkah-langkahnya.     

Setelah perkecambahan, biasanya memerlukan waktu dua hari untuk berkecambah, jadi Lu Sheng pun langsung melakukan proses perkecambahan pada hari itu juga.     

Setelah makan malam, hari pun menjadi gelap.     

Lampu yang di ladang masih menyala terang, namun semua lampu yang di dalam rumah sudah meredup.     

Setelah Lu Sheng menidurkan kedua adiknya, dia pun keluar dari kamarnya, ingin pergi mencari Lanyi.     

Namun ternyata ketika Lu Sheng keluar, dia pun melihat Lanyi sudah berdiri di luar pintu.     

Lu Sheng mengangkat alisnya dan mengatakan, "Aku baru saja mau pergi mencarimu."     

"Kita jalan sekarang?" Lanyi bertanya.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Ya, sekarang."     

Lanyi menggunakan penglihatan sihirnya untuk menyapu sekeliling, setelah memastikan tidak ada yang mengintip, dia pun mengulurkan tangannya dan menangkap udara.     

Dalam sekejap waktu, sebuah lubang hitam yang berpusaran pun muncul di hadapan Lu Sheng dan Lanyi. Mereka berdua berjalan masuk, lubang hitam itu pun langsung lenyap di udara. Sekitar pun kembali hening.     

Ketika Lu Sheng membuka matanya, dia sudah berdiri di jalan besar Linjiangfu. Bahkan berjalan ke depan sedikit lagi sudah bisa tiba di kantor pengadilan.     

Lu Sheng segera berjalan menuju kantor pengadilan dan berhenti di depan pintunya.     

Para pengawal yang menjaga pintu itu kenal dengan Lu Sheng, jadi ketika mereka melihat Lu Sheng datang, mereka pun datang menyapa Lu Sheng, dan salah satunya langsung melapor ke dalam.     

"Nona Lu, kenapa bisa ke sini?" Setelah Kepala Polisi Ji dan Chu Yun mendapatkan laporan pengawal penjaga pintu, mereka pun segera berlari datang untuk menyambut Lu Sheng.     

Lu Sheng tersenyum, "Aku datang untuk menjenguk Tuan."     

Chu Yun terkejut, "Tuan tidak ada di sini. Setengah bulan yang lalu setelah dia pulang, dia pun mengatakan dirinya mau ke tempat jauh, apakah dia tidak bilang pada Nona?"     

Lu Sheng tertegun, lalu dia pun menggelengkan kepalanya, "Tidak." Dia pun mengerutkan keningnya, "Sebelum Tuan pergi, apa dia bilang mau ke mana?"     

Chu Yun dan Kepala Polisi Ji pada menggelengkan kepalanya, "Tidak, hanya mengatakan mau ke tempat jauh saja."     

Hal yang tidak ingin dikatakan Chu Sihan, Chu Yun dan Kepala Polisi Ji sebagai bawahannya tentu saja tidak berani mempertanyakannya.     

Chu Yun mengira Chu Sihan mencari alasan pergi menjenguk Lu Sheng di Huangyang, namun ternyata malah Lu Sheng yang mencari sampai sini. Berarti Chu Sihan tidak pulang ke Huangyang, jadi dia ke mana?     

Lu Sheng melihat reaksi Chu Yun dan Kepala Polisi Ji, Lu Sheng pun memiliki firasat buruk, "Baiklah."     

"Nona Lu tahu Tuan ke mana?" Kepala Polisi Ji bertanya.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Iya."     

Chu Sihan tidak berada di Linjiangfu juga tidak di Huangyang. Kalau dia pergi ke Jingcheng, dia pasti tidak akan menyembunyikannya dari Chu Yun dan yang lain.     

Maka satu-satunya kemungkinan adalah, Chu Sihan kembali ke alam baka.     

Kepala Polisi Ji pun tersenyum, "Baguslah kalau begitu!"     

"Nona, atau Nona menginap satu malam di sini, besok pagi saja baru pergi." Chu Yun mengusulkan.     

Lu Sheng menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa, aku juga tiba-tiba ada urusan ke sini, nanti aku sudah mau berangkat ke Huangyang lagi."     

Chu Yun melihat Lanyi yang berdiri di belakang Lu Sheng tanpa mengatakan apa pun, dia pun mengerutkan keningnya, "Nona Lu, dia…"     

Kini Chu Sihan tidak berada di sini, dan di samping Lu Sheng malah muncul seorang pria lain. Jika hal ini diketahui oleh Chu Sihan, takutnya dia akan cemburu lagi.     

"Oh, dia adalah bawahan guruku, namanya Lanyi. Guruku sedang ada urusan, dia sudah pulang ke Jingcheng, jadi dia pun meninggalkan Lanyi untuk melindungiku."     

Ternyata dia adalah orang Putra Kaisar Ketiga!     

Chu Yun pun menghelakan napas lega, lalu dia menyapa Lanyi dengan menganggukkan kepalanya.     

Lanyi juga membalas dengan sopan.     

Tentu saja, Chu Yun dan Lanyi tidak mengatakan satu kata pun dari awal.     

"Kalian masuklah, aku dan Lanyi juga sudah harus pergi." Setelah Lu Sheng berpamitan dengan Chu Yun dan Kepala Polisi Ji, dia pun pergi bersama Lanyi.     

"Lanyi, kamu bisa ke alam baka?" Setelah berjalan sangat jauh, Lu Sheng baru bertanya dengan nada kecil.     

Lanyi menggelengkan kepalanya, "Tanpa adanya token masuk, tidak boleh sembarangan masuk." Kalau bukan hantu, kecuali memiliki token masuk, maka siapapun tidak boleh masuk ke alam baka.     

"Baiklah." Lu Sheng sedikit kecewa, "Kalau begitu ayo kita pulang ke desa Liuyue."     

Sepertinya Lu Sheng harus menunggu Lu Zhou pulang, baru dia bisa berangkat ke alam baka.     

Chu Sihan tidak memiliki kertas hu komunikasi, tahu begini, seharusnya Lu Sheng memberikan satu lembar kepadanya.     

Lanyi membuka lubang hitam itu lagi di udara, ketika mereka berdua kembali ke desa Liuyue, ke ladang, di sekitarnya hanya terdengar suara serangga saja.     

Keesokan harinya, pagi hari.     

Setelah Lu Sheng memasakkan sarapan untuk semua orang, dia pun duduk melamun sendirian di tepi sungai.     

Kini Lu Zhou belum pulang, Chu Sihan yang pulang ke alam baka juga seperti hilang, sama sekali tidak ada kabar.     

"Xiaosheng! Xiaosheng!" Tiba-tiba sebuah panggilan menarik kembali pikiran Lu Sheng yang sudah menjauh itu.     

Lu Sheng menolehkan kepalanya dengan bingung, lalu dia pun melihat Hua Leya sedang berjalan menujunya.     

Lu Sheng pun berdiri, dia juga tersenyum sambil berjalan menuju Hua Leya, "Kak Leya, kenapa kamu bisa di sini?!"     

Hua Leya mengelap keringat yang di dahinya, "Tadi aku ke rumahmu, aku pun menemukan rumahmu sedang dibangun ulang. Jadi aku pun tanya ke orang-orang yang membangun rumah, mereka mengatakan kalian pindah ke sini untuk sementara waktu."     

"Rumah itu sudah terlalu buruk, jadi aku pun membangun ulang. Kak Leya, ayo kita duduk di dalam rumah saja." Lu Sheng berkata sambil menarik Hua Leya ke dalam rumah.     

Di dalam kamar selalu tersedia air panas. Lu Sheng menyeduhkan teh dan membawakan makanan kecil untuk Hua Leya.     

Hua Leya merasa terkejut ketika dia melihat makanan dan minuman yang di atas meja. Makanan kecil itu masih bukan apa-apa, asalkan memiliki uang, barang ini bisa beli di mana saja.     

Namun daun teh ini… masyarakat biasa tidak akan sanggup memilikinya. Bisa dikatakan memiliki harga namun tidak memiliki pasar, karena itu adalah daun teh penghormatan.     

Ketika keluarga Hua masih berbisnis di kota Yuxi, ayah Hua Leya mengenal hakim daerah di sana. Hua Leya mengingat pernah sekali, ayah pergi bertamu ke kantor pengadilan, dia membawa pulang daun teh yang disajikan Lu Sheng ini.     

Hua Leya melihat ayahnya sangat menyayangi daun teh itu, sampai menyembunyikannya di tempat terkunci, tidak membiarkan orang lain melihat dan menyentuhnya.     

Hua Leya yang sangat penasaran pun bertanya pada ayahnya, lalu dia pun mengetahui bahwa itu adalah daun teh yang didapatkan hakim daerah dari Yang Mulia Kaisar karena hakim daerah pernah mencapai suatu prestasi.     

Waktu itu Hua Leya meminta ayahnya memperlihatkan daun teh itu kepadanya, dia juga mencium bau daun teh itu, dan baunya sama persis dengan daun teh yang digunakan Lu Sheng ini.     

Hua Leya menjadi penasaran, selama beberapa tahun ini telah terjadi perubahan seperti apa pada keluarga Lu? Kenapa teh yang bahkan tidak bisa didapatkan keluarga Hua, bisa muncul di atas meja ini?     

"Kak Leya, minum teh dulu." Lu Sheng menuangkan satu cangkir teh dan meletakkannya di depan Hua Leya.     

Hua Leya pun tersadar dari lamunannya, dia segera tersenyum dan mengucapkan terima kasih.     

Hua Leya menyesap teh itu, aroma daun teh pun langsung menyebar dan memenuhi seluruh mulut, "Daun teh ini bagus sekali, kamu beli dari mana?" Hua Leya mencoba bertanya.     

Lu Sheng menjelaskan sambil tersenyum, "Daun teh ini diberi orang, aku juga tidak tahu dia beli dari mana. Kalau Kak Leya menyukainya, nanti bisa bawa sedikit saat pulang."     

"Ternyata begitu." Hua Leya tersenyum, "Kalau begitu terima kasih, ya."     

"Tidak perlu sungkan, dulu Kak Leya juga sering menjagaku."     

Hua Leya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Aku hanya memberikan kamu sedikit makanan saja, mana bisa dikatakan menjaga?"     

Lu Sheng menyipitkan bibirnya dan tersenyum. Bagi Hua Leya, makanan itu mungkin hanya sekedar makanan yang sangat biasa. Namun bagi pemilik asli, makanan itu adalah barang mahal.     

Karena keluarga Lu sangat miskin, ditambah lagi Bu He yang penyakitan, sehingga memerlukan obat. Jadi meskipun sedang saatnya akan Imlek pun, keluarga Lu juga tidak berani membeli barang sembarangan.     

Jadi makanan kecil dan manisan buah yang diberikan Hua Leya bisa dikatakan adalah makanan yang paling enak bagi pemilik asli.     

"Kak Sheng, Kak Sheng, cepat lihat, ada katak!" Entah Lu Jiang menangkap dua ekor katak dari mana, kini dengan semangatnya dia berlari masuk ke dalam kamar.     

"Kakak bukannya pernah mengatakan, mereka adalah hewan yang bermanfaat? Dengan adanya katak, mereka bisa membantu menangkap hama di ladang kita."     

"Oh!" Lu Jiang berkata dengan cemberut, "Maafkan aku katak kecil. Aku sudah melupakan kata-kata kakakku, aku akan segera melepaskan kamu pulang." Lalu Lu Jiang pun berjalan keluar dari kamar.     

"Sebentar." Lu Sheng menarik Lu Jiang kembali, "Kamu tidak melihat ada seorang Kakak di sini? Ayo cepat menyapa."     

Saat ini Lu Jiang baru menyadari ada orang lain di dalam kamar, wajahnya pun menjadi merah, dengan malu-malu dia menyapa Hua Leya, "Selamat pagi, Kak!"     

Hua Leya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Selamat pagi!"     

Lu Sheng menepuk pundak Lu Jiang dan berkata sambil tersenyum, "Pergilah, lepaskan mereka ke ladang."     

"Hmhh!" Lu Jiang menganggukkan kepalanya dengan kuat, lalu dia pun berlari keluar sambil membawa katak.     

Hua Leya menatap belakang punggung Lu Jiang untuk beberapa saat, lalu dia bertanya pada Lu Sheng dengan aneh, "Xiaosheng, bukannya kamu bilang Bibi sudah meninggal dunia karena penyakit delapan tahun yang lalu? Kenapa kamu bisa memiliki adik laki-laki?"     

Lu Sheng menghelakan napasnya, beberapa saat kemudian dia baru menjelaskan kondisi keluarga Lu kepada Hua Leya.     

Setelah Hua Leya mendengarkan kata-kata Lu Sheng, dia pun menghelakan napasnya.     

"Bu Liu itu benar-benar tidak manusiawi. Tidak hanya sadis terhadap kamu, bahkan terhadap kedua anaknya ini juga begitu kejam."     

Lu Sheng tertawa dengan pahit, "Kalau mau menyalahkan, hanya bisa menyalahkan kedua anak ini memiliki nasib yang pahit, bertemu dengan ibu kandung seperti ini."     

Ketika Lu Jiang lahir di dunia ini, pemilik asli masih berusia sepuluh tahun.      

Pada saat Lu Jiang berusia lima bulan, pemilik asli pernah melihat dengan matanya sendiri bahwa Bu Liu tidak bisa tidur karena suara tangisan Lu Jiang yang tidak henti-henti, dia pun membawa Lu Jiang yang masih lima bulan ke halaman belakang, menelantarkannya di sana dan membiarkannya menangis sendirian.     

Dan waktu itu Lu Ning jelas-jelas juga melihat perbuatan Bu Liu ini, namun dia memutuskan untuk mengabaikannya, tidak bermaksud mau membawa Lu Jiang kembali ke kamar.     

Sampai akhirnya pemilik asli yang tidak tega, diam-diam dia pergi ke belakang halaman dan membawa Lu Jiang kembali ke kamar.     

Pada saat Lu Jiang masih berusia tiga setengah tahun, karena merebut makanan Lu Ning, Bu Liu pun menceburkan kepala Lu Jiang ke dalam baskom yang dipenuhi air, dan hampir kehabisan napas.     

Untungnya Lu Dahua pulang pada saat itu, sehingga membuat Bu Liu ketakutan dan pura-pura sedang mencuci wajah Lu Jiang.     

Lu Xin juga korban Bu Liu. Ketika Lu Xin dilahirkan belum satu bulan, dia sudah pernah ditutup mulut dan hidungnya oleh Bu Liu menggunakan selimut. Syukurnya nasib Lu Xin masih belum ditakdirkan untuk berakhir, Lu Xin diselamatkan oleh seorang penduduk yang kebetulan datang ke rumah mencari Lu Dahua untuk dibuatkan keranjang bambu.     

Masalah Lu Xin ini juga disaksikan pemilik asli langsung. Waktu itu pemilik asli menyembunyikan diri di luar jendela, dimana dia ketakutan sampai kehilangan suara untuk memanggil pertolongan.     

Bisa dikatakan, Lu Jiang dan Lu Xin bisa bertumbuh besar dan sehat hingga sekarang, benar-benar mengandalkan keberuntungan.     

Lu Sheng kini mengenang kembali ingatan pemilik asli, dia pun tiba-tiba merasa, Bu Liu sebenarnya tidak menyukai Lu Dahua.     

Lalu alasan kenapa dia membunuh Bu He hanya untuk bisa menikah dengan Lu Dahua, jika dipikirkan kembali, sepertinya hanya ingin mencari seorang pria yang bisa diandalkan saja.     

Bu Liu tidak menyukai Lu Dahua, maka secara otomatis dia juga tidak menyukai Lu Jiang dan Lu Xin.     

Justru karena ingatan yang dimiliki pemilik asli ini, makanya Lu Sheng bisa begitu sakit hati dan menyayangi Lu Jiang dan Lu Xin.     

Sedangkan kenapa Bu Zhao juga begitu menyayangi Lu Jiang dan Lu Xin, mungkin karena pemilik asli pernah menceritakan hal yang dialami kedua anak ini kepada Bu Zhao.     

"Syukurnya Bu Liu itu sudah mendapatkan karma. Jika tidak, membiarkannya berada di rumah keluarga Liu lagi, takutnya kalian akan menderita terus."     

"Iya, kan?" Lu Sheng mencibir dengan dingin, "Syukurnya Yang Maha Kuasa memiliki mata, di mana membuat Bu Liu mendapatkan karmanya."     

"Aku tidak menyangka, selama delapan tahun ini, di keluarga kalian bisa terjadi masalah sebesar ini."     

Hua Leya benar-benar tidak menyangka, Lu Dahua yang tampak baik dan jujur itu ternyata bisa melakukan hal seperti ini. Ternyata memang bisa mengenal wajah orang, namun tidak bisa mengerti isi hati orang.     

"Tapi sekarang semuanya sudah membaik." Lu Sheng tersenyum, "Kak Ran sudah kembali sekolah, kehidupan kami sekarang juga lumayan bagus."     

Hua Leya menghelakan napas, "Aku tidak menyangka, kita memiliki nasib yang sama."     

Lu Sheng tertegun, "Apa maksud Kak Leya?"     

Hua Leya tersenyum dengan pahit, "Ibuku juga sudah meninggal karena penyakit enam tahun yang lalu. Meninggalkan aku dan adik laki-lakiku."     

"Apa? Nyonya Hua juga sudah meninggal?"     

Di dalam ingatan pemilik asli, Nyonya Hua adalah seseorang yang sangat ramah dan baik hati. Setiap kali ketika Hua Leya membawa pemilik asli bermain ke rumah, Nyonya Hua selalu akan menyuruh dapur menyiapkan makanan yang enak untuk mereka. Lalu kadang juga akan memberikan makanan obat untuk ibu pemilik asli agar menyehatkan badannya.     

Ternyata memang orang baik itu cepat mati!     

Lu Sheng yang bercita-cita menjadi orang baik, tiba-tiba kehilangan ketertarikannya untuk menjadi orang baik.     

Namun, Lu Sheng memang bukan orang yang baik, dia hanya bersikeras mempercayai bahwa dirinya adalah orang baik saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.