Gadis Lugu Liar Galak

MERICA LIAR



MERICA LIAR

0"Nona Lu!"     
0

Suara yang familiar terdengar dari belakang, membuat Bu Mao dan Zhao Xian yang mau meninggalkan kantor pengadilan membalikkan kepala mereka pada waktu bersamaan.     

Orang itu adalah Hakim Fu, Fu Xianyun yang baru mereka temui. Namun saat ini, Fu Xianyun malah tersenyum ramah kepada Lu Sheng yang berdiri di samping He Yan.     

Lu Sheng tersenyum pada Fu Xianyun, "Hakim Fu mau ke mana ini?"     

"Sisi dan yang lainnya ada di restoran, kebetulan urusanku di sini sudah selesai, jadi mau menyusul ke sana, kamu kenapa bisa ke sini?"     

"Aku dan kakak sepupuku datang mengurus cerai damai."     

He Yan mendengar percakapan antara Lu Sheng dan Fu Xianyun, dia pun kaget.     

Bu Mao dan Zhao Xian apalagi.     

Bagi Bu Mao dan Zhao Xian, bisa mengenal seorang pengawal kantor pengadilan saja sudah menjadi sebuah kabanggaan yang sangat besar. Namun ternyata, orang lain malah mengenal kepala kantor pengadilan?     

Fu Xianyun menganggukkan kepalanya, "Oh, ternyata Nona ini adalah kakak sepupunya Nona Lu ya!"     

He Yan yang tersadar dari keterkejutannya pun segera memberikan hormat dengan panik.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Hmhh, dia adalah anak perempuan dari Paman Zhang-ku."     

"Oh?" Fu Xianyun terkejut, "Ternyata Nona ini adalah anak Kak Zhang, ya?"     

"Tu… Tuan, Anda kenal dengan He Zhang?" Bu Mao benar-benar tidak memercayainya. Sejak kapan He Zhang bisa mengenal seorang hakim daerah?     

Fu Xianyun selalu ramah terhadap masyarakat, ketika dia mendengar pertanyaan Bu Mao, dia pun menjawab.     

"Nona Lu adalah tunangan Tuan Chu, sedangkan Tuan Chu adalah adik sepupuku. Kak Zhang adalah paman sepupu Nona Lu, kedepannya kami akan menjadi satu keluarga besar, tentu saja kenal."     

Lu Sheng mendengar jawaban Fu Xianyun ini dengan pusing, sampai akhirnya dia pun tidak bisa bertahan lagi dan menutup mulutnya untuk tertawa.     

Fu Xianyun pasti mengetahui hubungan antara He Yan dan Bu Mao, makanya dia sengaja menjawab seperti ini.     

Sedangkan kenapa Fu Xianyun mau menjawab seperti ini, cukup melihat wajah Bu Mao yang tersiksa itu sudah bisa mengetahuinya.     

Betul, Bu Mao kini sangatlah menyesal.     

Kalau Bu Mao mengetahui bahwa He Yan memiliki latar belakang sebesar ini, dia pasti tidak akan meminta anaknya bercerai dari He Yan.     

Namun kini, semuanya sudah terlambat!     

Zhao Xian melihat He Yan dengan tatapan rumit, lalu dia pun menarik tangan Bu Mao yang tertegun itu dan pergi.     

"Nona Lu dan Nona He mau ke restoran juga? Kalau iya, mau pergi sama-sama?" Fu Xianyun melihat Bu Mao dan Zhao Xian pergi sambil tersenyum. Lalu dia pun menolehkan kepalanya, dengan senyuman yang tetap dia bertanya pada Lu Sheng dan He Yan.     

Lu Sheng menggelengkan kepalanya, "Kami tidak bisa ikut, masih ada sedikit urusan."     

"Kalau begitu aku jalan dulu." Ujar Fu Xianyun.     

Fu Xianyun bersikap dekat terhadap Lu Sheng. Meskipun Fu Xianyun juga selalu ramah terhadap masyarakat, namun He Yan bisa merasakan, Fu Xianyun sepertinya sangat menghormati Lu Sheng.     

Di perjalanan menuju desa Anmu, He Yan terus terdiam sepanjang jalan.     

Lu Sheng mengira karena He Yan yang baru bercerai, suasana hatinya pasti sedang sedih, jadi dia pun tidak mengganggu He Yan.     

Namun Lu Sheng tidak mengetahui bahwa sebenarnya He Yan telah dikagetkan oleh kata-kata Fu Xianyun tadi.     

He Yan tidak menyangka, dia baru meninggalkan rumah selama satu tahun, keluarga He dan keluarga Lu sudah mengalami perubahan yang tidak bisa dibayangkan He Yan.     

Sebelumnya jangankan hakim daerah, bahkan seorang pengawal saja tidak ada yang mereka kenal.     

Ini juga alasan kenapa Bu Mao selalu memamerkan bahwa dia memiliki seorang keponakan yang menjadi pengawal di kantor pengadilan.     

He Yan yang sedang merenung tiba-tiba teringat sesuatu. Dia pun membuka kain pintu delman dan bertanya pada Lu Sheng yang sedang mengemudikan delman kuda, "Xiaosheng, omonganmu hari ini itu serius?"     

"Apa?" Lu Sheng membalikkan kepalanya dan melirik He Yan.     

"Itu, di belakang Zhao Xian ada hantu, itu benar?" Reaksi Lu Sheng tadi sangatlah nyata, sehingga membuat He Yan memercayainya.     

Lu Sheng tersenyum dan mengatakan, "Aku hanya mengelabui Zhao Xian saja. Tapi guruku memiliki pengetahuan di bidang ini, jadi aku bisa mengetahui bahwa akhir-akhir ini Zhao Xian memang telah diganggu oleh hantu."     

"Benar-benar ada hantu?" He Yan sangat kaget, "Jadi hantu itu seperti apa bentuknya?"     

"Mereka ya? Hmm…" Lu Sheng berpikir sejenak, "Mereka hampir mirip dengan manusia, tapi manusia memiliki badan yang nyata, sedangkan mereka tidak."     

He Yan tidak begitu mengerti apa yang dikatakan Lu Sheng, tapi mendengar kata-kata Lu Sheng ini, sepertinya Lu Sheng pernah melihat hantu dengan mata sendiri.     

Badan He Yan pun berkedut sejenak, "Xiaosheng, kamu pernah melihat hantu?"     

Lu Sheng terdiam sejenak, lalu bertanya dengan nada kecil, "Kamu ingin mendengarkan jawaban asli?"     

He Yan menganggukkan kepalanya, "Tentu saja."     

"Aku pernah melihat hantu, aku bahkan bisa berkomunikasi dengan mereka." Jawab Lu Sheng.     

He Yan tertegun sejenak, kemudian "Phuh" dia pun tertawa. Dia merasa Lu Sheng pasti sedang bercanda.     

Lu Sheng melihat He Yan yang sedang tertawa, dia juga hanya mengangkat alisnya saja, tidak begitu memedulikannya.     

"Bagaimana?" Begitu Lu Sheng dan He Yan pulang ke rumah, He Dong pun segera bertanya dengan tidak sabar.     

He Yan menganggukkan kepalanya, "Sudah selesai."     

"Bagus sekali!" He Dong berkata dengan senang, "Nanti setelah Ayah, Kakek dan Nenek pulang, kita harus memberitahukan kabar baik ini kepada mereka!"     

He Yan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.     

"Xiaodong, di rumah kalian ada karung goni?" Lu Sheng bertanya.     

"Ada, Kak Sheng butuh karung goni untuk apa?" He Dong penasaran.     

"Kamu jangan tanya dulu, kamu ambilkan dulu karung goninya untukku."     

"Oh." He Dong pun masuk ke gudang penyimpanan beras, dia mengambil dua buah karung goni dan keluar lagi.     

Setelah Lu Sheng menerima karung goni tersebut, dia pun berkata sambil tersenyum, "Ayo, kita naik gunung."     

He Yan mengatakan, "Sebentar, tunggu dulu, kami mau ganti baju dulu."     

He Yan dan He Dong pergi mengganti baju mereka menjadi baju lama, baru mereka mengambil pisau sabit dan keranjang bambu, kemudian mereka pun bersiap bersama Lu Sheng naik gunung.     

"Kak Sheng, kamu membawa dua buah karung goni sebenarnya untuk menyimpan apa?"     

He Dong yang sudah berpikir keras pun tetap tidak bisa mengetahui, sebenarnya apa yang dicari Lu Sheng.     

"Pohon yang kamu gali dan tanamkan di halaman rumahmu itu, kamu menggalinya dari mana?" Lu Sheng bertanya.     

"Yang dimaksud Kak Sheng adalah pohon merica itu?" Ujar He Dong.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Benar!"     

"Ada di depan sana, aku bawa kalian ke sana." Kemudian He Dong pun berjalan di depan mengarahkan jalan.     

Pepohonan merica itu terdapat di atas lereng, ada yang sudah tinggi, ada yang masih kecil, hampir semuanya sudah membuahkan merica.     

Kedua mata Lu Sheng langsung bersinar terang, dia memberikan salah satu karung goninya kepada He Yan dan mengatakan, "Tolong bantu aku memetik buah merica ini." Kemudian Lu Sheng pun segera memanjat pohon besar, dengan gampangnya dia mulai memetik buah merica.     

Meskipun He Yan dan He Dong tidak mengerti untuk apa Lu Sheng memetik merica, namun mereka tetap mengikuti kata-kata Lu Sheng dan mulai memanjat pohon.     

Setelah memenuhi dua karung goni dengan merica, matahari pun sudah mau terbenam.     

He Yan dan He Dong yang tadinya masih ingin memungut kayu bakar sampai akhirnya tidak mendapatkan satu batang kayu bakar pun.     

He Dong membawa karung goni di belakang punggungnya dengan susah payah, kemudian dia pun hendak turun dari gunung. Namun dia justru mendengar Lu Sheng mengatakan, "Sini, biar aku saja."     

Lu Sheng dengan santai mengambil alih karung goni He Dong, kemudian kedua tangannya menaruh dua karung goni itu di belakang punggungnya dan mulai berjalan, langkah kakinya ringan dan santai, dalam seketika dia pun sudah berjalan ke bawah lereng.     

He Yan dan He Dong terdiam… Apa ini masih bisa dikatakan sebagai manusia?     

Satu karung goni yang penuh dengan barang saja sudah membuat orang keberatan setengah mati, sedangkan Lu Sheng membawa dua karung goni itu seolah-olah di dalamnya tidak berisi… kekuatan macam apa itu?     

"Kak… Kak Sheng, kamu tidak merasa berat?" He Dong bertanya dengan ragu-ragu.     

Lu Sheng menjawab dengan tenang, "Aku pernah belajar Gongfu, bisa Qinggong, jadi tidak berat bagiku."     

Lalu Lu Sheng melihat langit dan mengatakan, "Ayo cepat kita turun, sudah mau gelap." Kemudian Lu Sheng pun berjalan duluan di depan.     

Di belakang Lu Sheng, He Dong dan He Yan menatap bagian belakang punggungnya, dari awalnya terkejut, sampai akhirnya iri. Enak sekali memiliki Gongfu, bahkan barang seberat itu juga bisa diangkut dengan mudah.     

He Dong dan He Yan dengan hati-hati turun dari lereng, lalu dengan cepat mereka mengejar Lu Sheng.     

"Xiaosheng, sungguh tidak memerlukan bantuan kami?" He yan bertanya dengan nada kecil dan ragu-ragu.     

"Tidak perlu, aku sendiri bisa."     

He Yan dan He Dong yang ditolak merasa tidak enak, sepanjang jalan mereka bertanya terus pada Lu Sheng untuk beberapa kali, namun jawaban Lu Sheng tetap sama, tidak perlu.     

Sampai mereka bertiga pulang ke rumah keluarga He, He Yan dan He Dong baru memercayai bahwa Lu Sheng benar-benar tidak keberatan dengan dua karung goni itu.     

"Waduh!" Bu Xu melihat Lu Sheng, dia pun terkejut dan sangat senang, "Jam berapa Xiaosheng datang tadi?"     

Lu Sheng meletakkan dua karung goni di atas lantai, lalu menjawab, "Sejak pagi sudah di sini."     

"Oh ya?" Kemudian Bu Xu melihat dua karung yang terletak di atas lantai itu, dengan penasaran dia bertanya, "Barang apa ini?"     

"Ini namanya merica."     

"Merica? Namanya lumayan bagus, ya." Bu Xu mengulurkan tangannya, dia pun mendirikan karung goni itu. Tadinya dia mengira tidak seberapa berat, namun setelah dia mendirikannya, dia pun terkejut dengan berat karung goni ini.     

Tadi ketika Bu Xu melihat Lu Sheng mengangkutnya, sepertinya sangat santai, namun ternyata begitu berat!     

Karung goni sebesar ini, setidaknya ada tiga hingga empat puluh kilogram.     

"Tadi kalian kenapa tidak membantu Xiaosheng membawanya? Barang seberat ini kenapa membiarkannya membawa sendiri, pasti lelah sekali, kan?" Setelah Bu Xu memarahi He Yan dan He Dong, dia pun melihat Lu Sheng dengan sakit hati.     

Dalam seketika He Yan dan He Dong tidak mengerti harus bagaimana menjelaskannya, maka mereka hanya bisa diam saja.     

"Bukan mereka tidak mau membantuku, tapi aku yang tidak membiarkan mereka membantu, aku akan lebih cepat jika mengangkutnya sendiri."     

He Yan dan He Dong, satunya adalah wanita lemah, satunya masih anak remaja. Lalu jalannya adalah jalan gunung, jika membiarkan He Dong dan He Yan membantunya, mungkin hari sudah gelap pun belum sampai rumah.     

Bu Xu mendengar kata-kata Lu Sheng, dia pun tertegun, "Astaga, kamu ini memiliki tenaga seperti apa?"     

Lu Sheng tersenyum lugu, "Hehe." Lalu dia pun berkata pada mereka, "Kakek, Nenek, Kak Yan'er, Xiaodong, kalau begitu aku pulang dulu, ya."     

Lu Sheng memikirkan ketiga orang yang di rumah juga tidak tahu sudah makan atau belum.     

He Hu mengatakan, "Kamu makan malam dulu baru pulang saja, sekarang juga sudah sore."     

Lu Sheng menggelengkan kepalanya, "Tidak, Kek. Xiaojiang dan Xiaoxin masih di rumah, tadi aku terlalu senang sampai melupakan mereka berdua. Aku harus cepat-cepat pulang agar bisa memasak untuk mereka."     

"Baiklah." Bu Xu berkata dengan tidak berdaya, "Kalau begitu kamu hati-hati di jalan, ada lampu tidak? Di kamar Paman Lai-mu ada lampu lampion, kalau kamu tidak ada, Nenek ambilkan untukmu."     

"Tidak perlu, Nek. Delmanku tersedia lampu, nanti aku cukup menyalakannya saja."     

Lu Sheng mengangkut kedua karung goni itu ke dalam delman kudanya, kemudian dia melihat Bu Xu dan mengatakan, "Nek, hari ini ada kabar gembira yang besar, ya."     

"Kabar gembira apa?" Bu Xu bertanya dengan penasaran.     

He Yan menyipitkan bibirnya dan tersenyum, sedangkan He Dong tertawa dengan senang, dengan jahil dia mengatakan, "Nek, cepat Nenek tebak."     

Bu Xu mengerutkan keningnya, "Tadi waktu aku dan kakekmu pulang, ada yang mengatakan keluarga Zhao telah datang ke rumah kita, untuk apa mereka ke sini?"     

He Yan mengatakan, "Untuk cerai damai."     

Dalam seketika suasana lingkungan pun menjadi hening.     

Beberapa saat kemudian He Hu baru menyadarkan diri, "Xiaoyan, apa kamu bilang tadi?" He Hu merasa dirinya pasti sudah berhalusinasi.     

Bu Xu juga mencurigai telinganya pasti bermasalah, pada saat dia mendengar pertanyaan suaminya, dia juga melihat He Yan dengan tegang.     

He Dong mengatakan, "Kalian tidak salah dengar, Zhao Xian sudah menyetujui untuk cerai. Hari ini Kak Sheng yang menemani Kakak dan keluarga Zhao ke kantor pengadilan."     

"Be… benarkah?" Bu Xu masih tidak memercayainya. Orang seperti Bu Mao mana mungkin menyetujui perceraian dengan semudah ini?     

He Yan menganggukkan kepalanya, "Ini benar!"     

Bu Xu mengedip-ngedipkan matanya, "Lalu… apa mereka mengajukan permintaan tidak masuk akal ke kalian?"     

He Yan menggelengkan kepalanya, "Tak ada, semuanya tidak ada."     

"Otak mereka sudah rusak, ya?" Bu Xu sama sekali tidak bisa memercayai, bahwa Bu Mao akan menyetujui perceraian antara He Yan dan Zhao Xian dengan begitu mudahnya.     

He Yan berkata sambil tertawa, "Otak mereka tidak rusak, melainkan Xiaosheng yang cerdas."     

"Oh?" Bu Xu melihat Lu Sheng, "Apa yang sudah diperbuat Xiaosheng?"     

He Dong tertawa, "Kak Sheng mengelabui mereka, mengatakan di belakang Zhao Xian ada hantu."     

"Kata-kata seperti ini juga bisa dipercaya oleh mereka?" He Hu merasa aneh.     

"Kata Xiaosheng, Zhao Xian sepertinya telah diganggu oleh hantu baru-baru ini, makanya dia bisa berbohong."     

Setelah mendengarkan penjelasan He Yan, He Hu dan Bu Xu melihatt lagi kepada Lu Sheng, "Xiaosheng, kata-katamu itu serius? Zhao Xian benar-benar diganggu oleh hantu?"     

Setelah bertanya, Bu Xu pun tidak bisa bertahan dan merinding kedinginan.     

"Iya." Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Sebenarnya guruku bekerja di bidang ini, dan aku yang belajar di sampingnya kurang lebih juga bisa melihatnya."     

Lu Sheng tentu saja tidak berani mengatakan hantu-hantu yang mengganggu Zhao Xian adalah hasil kerjanya.     

"Waduh, keluarga Zhao itu pasti sudah melakukan banyak hal buruk, jika tidak, hantu-hantu itu mana mungkin bisa mengganggu mereka?" Bu Xu berkata dengan sinis.     

Namun titik poin yang diperhatikan He Hu malah bukan pada masalah ini, dengan kaget dia mengatakan, "Aku tidak menyangka ternyata Putra Kaisar Ketiga masih bisa melakukan hal seperti ini, jangan-jangan dia belajar pada Peramal Kerajaan?*     

"Putra Kaisar Ketiga? Peramal Kerajaan?" He Yan melihat He Hu dengan bingung, "Kek, Kakek pernah bertemu dengan mereka?"     

"Belum pernah bertemu dengan Peramal Kerajaan, tapi Putra Kaisar Ketiga adalah gurunya Xiaosheng. Waktu pernikahan Paman Qin-mu, dia sempat datang."     

"Gurunya Xiaosheng adalah Putra Kaisar Ketiga?!" He Yan benar-benar terkejut.     

Selama satu tahun dia menikah dengan keluarga Zhao, sebenarnya apa yang sudah dilewatkannya?!     

He Hu menganggukkan kepalanya, "Iya!"     

He Yan menopang kepalanya dengan tangan, di dalam hatinya dia memikirkan, sepertinya dia sudah harus mempelajari perubahan yang dialami keluarga He selama satu tahun ini.     

"Aku pulang dulu, ya." Setelah Lu Sheng berpamitan dengan keluarga He, dia pun langsung pergi dengan delman kudanya.     

Begitu Lu Sheng membuka pintu rumahnya, dia melihat ada tiga orang sedang duduk di bawah pohon, dan dengan tidak senang mereka melihat pada Lu Sheng.     

"Kak Sheng, kami lapar!" Lu Xin berdiri dan berjalan menuju Lu Sheng, mulut kecilnya kini cemberut dan mengeluh.     

Biasanya pada saat Lu Sheng di rumah, jam lima sore mereka sudah makan malam. Hari ini pasti adalah hari yang paling lambat.     

"Maaf, ya, Kak Sheng hari ini ada sedikit urusan, karena terlalu sibuk, malah melupakan waktu."     

Lu Sheng memarkirkan delman kuda, dia tidak sempat mengangkut turun barang yang di dalam delman, setelah menyapa Lanyi, dia pun langsung masuk ke dalam dapur untuk menyiapkan makan malam.     

Karena waktunya benar-benar sudah terlalu malam, Lu Sheng pun hanya bisa membuatkan beberapa prata telur untuk mengenyangkan mereka dulu, baru dia mulai membuat pangsit sayur.     

Setelah makan, Lu Jiang, Lu Xin, dan Lanyi kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat.     

Setelah mencuci piring, Lu Sheng pun menurunkan kedua karung goni merica dan mengangkutnya ke dalam dapur. Lalu dia pergi mandi dengan air panas dan istirahat.     

Dua hari kemudian.     

Lu Sheng yang kembali dari ladang sayur, kini sedang mengeringkan merica di halaman depan, lalu dia pun melihat He Qin masuk ke dalam rumah, dengan kaget dia mengatakan, "Paman Qin, kenapa bisa ke sini?"     

Setelah He Qin masuk, dia pun langsung bertanya dengan senang, "Acar rebung yang kamu buat sudah habis terjual, jadi Paman Zhang-mu menyuruh aku bertanya kepadamu, apakah masih ada acar rebung."     

"Cepat sekali?!" Ini baru berapa hari lewat, acar rebung sebanyak itu sudah habis terjual?     

He Qin mengatakan,"Para tamu sangat menyukainya. Mengatakan acar rebung sangat membangkitkan nafsu makan, jadi setiap meja pasti akan memesannya, makanya bisa habis secepat ini."     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Masih ada satu wadah besar lagi, lalu ada sebagian rebung kering juga. Nanti Paman sekalian membawanya saja."     

He Qin adalah seseorang yang pintar. Sebelum dia datang, dia mengendarai satu delman kuda, lalu dia menyuruh dua orang pelayan restoran mengendarai satu delman kuda lainnya dan menemaninya datang.     

Lu Sheng membantu mereka mengangkut acar rebung ke dalam delman kuda, lalu rebung kering juga.     

He Qin yang melihat rebung kering itu pun bertanya pada Lu Sheng, "Xiaosheng, bagaimana cara memasak rebung kering ini?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.