Gadis Lugu Liar Galak

HE YAN CERAI DAMAI



HE YAN CERAI DAMAI

0Tiga hari kemudian, Lu Sheng pun berangkat ke desa Anmu pagi-pagi.     
0

Sebelum Lu Sheng berangkat, dia sempat meminta Lanyi melihat ke ladangnya. Akhir-akhir ini Lanyi tinggal di rumah Lu Sheng, dia sudah membangkitkan ketertarikannya terhadap menanam. Jadi beberapa hari ini Lanyi selalu pergi ke ladang Lu Sheng.     

Lu Sheng bahkan pernah bercanda mengatakan mau membangun sebuah rumah bambu dekat ladang, lalu membiarkan Lanyi tinggal di sana saja.     

Dan ternyata Lanyi sepertinya sangat tertarik. Dia pun langsung menanyakan pada Lu Sheng di mana bisa mendapatkan bambu. Lu Sheng juga tidak begitu memikirkannya, dia langsung menunjukkan hutan bambunya yang dekat sungai Qingshui itu.     

Setelah Lu Sheng tiba di desa Anmu, dia pergi ngobrol dulu dengan Bu Zhao, baru pergi ke rumah keluarga He mencari He Yan.     

Sejak He Yan pulang, dia hampir tidak pernah keluar rumah, kebanyakan waktunya digunakan untuk menyulam di dalam rumah.     

Ketika Lu Sheng tiba di rumah keluarga He, He Yan sedang menyulam di depan halaman. Ekspresinya tampak serius, sepertinya tidak menyadari kedatangan Lu Sheng.     

"Kak Yan'er." Lu Sheng memanggil sambil tersenyum.     

He Yan mengangkat kepalanya, ketika dia melihat Lu Sheng, dia pun segera menyimpan barang sulamannya ke dalam keranjang, "Xiaosheng, kenapa bisa ke sini?"     

He Yan menepuk bangku yang ada di sampingnya dan berkata dengan senang, "Ayo cepat duduk."     

"Semalam aku mimpi, bermimpi keluarga Zhao sudah setuju untuk cerai, jadi hari ini aku pun ingin melihat ke sini."     

He Yan menghelakan napasnya, "Alangkah bagusnya kalau kenyataannya seperti yang di dalam mimpimu."     

Sebenarnya, sebelumnya He Yan masih menaruh sedikit harapan kepada Zhao Xian, namun pada saat Zhao Xian mengatakan ingin mempunyai selir, harapan terakhir He Yan pun langsung lenyap.     

Kini He Yan tidak ingin memikirkan apapun lagi, dia hanya ingin melepaskan diri dari laut penderitaan keluarga Zhao ini.     

Lu Sheng tersenyum, "Mimpiku biasanya sangat nyata. Siapa tahu nanti salah satu keluarga Zhao sudah datang?"     

He Yan tersenyum dengan pahit, "Semogalah."     

Beberapa hari ini orang keluarga Zhao tidak membuat keributan lagi ke rumah keluarga He, mungkin mereka sedang sibuk dengan masalah selir Zhao Xian.     

He Yan berdiri, "Aku mengukus kue beras di dapur, sekarang seharusnya sudah matang. Kamu duduk dulu, aku ambilkan sedikit kue beras untuk kamu."     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Baik."     

Sekarang baru jam sembilan pagi, keluarga Zhao mungkin jam sebelas baru bisa datang.     

Tidak lama kemudian, He Yan pun keluar dari dapur dengan kue beras. Lu Sheng pergi mencuci tangan dulu sebelum dia makan.     

Harus dikatakan, keterampilan tangan He Yan sungguh bagus, makanan yang dibuatnya juga enak. Kue beras ini dikasih sedikit bumbu, rasanya sangat pas di mana membuat orang yang memakannya tidak enek.     

"Kak Ran kini sudah sembilan belas tahun, ya?" He Yan melihat Lu Sheng dan bertanya sambil tersenyum, "Apa sudah mempunyai kekasih?"     

Meskipun usia He Yan lebih kecil daripada Lu Ran, namun mungkin karena He Yan sudah menikah, jadi cara bicaranya itu seperti seorang tetua yang mengkhawatirkan pernikahan anak cucunya.     

Dan Lu Sheng yang terhibur oleh pemikiran diri sendiri ini pun tertawa.     

"Kenapa tertawa?" He Yan melihat Lu Sheng tiba-tiba tertawa ringan sendiri, dia pun melihatnya dengan bingung.     

"Tidak." Lu Sheng menggelengkan kepalanya, "Aku kurang tahu dengan masalah Kak Ran, juga tidak berani menanyakannya."     

Lu Ran biasanya sangat mandiri, masalah yang ingin dia katakan, tanpa harus bertanya dia sudah akan mengatakannya. Sebaliknya, masalah yang tidak ingin dia katakan, meskipun bertanya, dia juga tidak akan memberitahukannya.     

Jadi biasanya Lu Sheng tidak pernah ikut campur terlalu banyak dalam masalah pribadi Lu Ran.     

"Ingat, kalau nanti kamu pulang harus tanya, sekarang pernikahanmu sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi. Kini di rumah kita yang paling perlu dikhawatirkan adalah Kak Ran dan Paman Lai."     

He Yan berkata sambil tersenyum, "Setiap kali nenekmu datang main ke rumah, dia selalu membicarakan masalah Kak Ran dan Paman Lai ke nenekku. Paman Lai sudah sering diomeli, tapi mereka tidak berani mengomel pada Kak Ran."     

"Oh ya?" Lu Sheng mengangkat alisnya. Dia menemukan sepertinya semua anggota keluarga lumayan takut pada Lu Ran. Apa karena Lu Ran tidak sering senyum, ya?     

"Sebenarnya Kak Ran sangat mematuhi omongan orang tua. Kalau kedua nenek ingin mengetahui masalah Kak Ran, bisa menyuruh Paman Zhang untuk bertanya, Kak Ran pasti akan menjawabnya tanpa menutupi apapun."     

Dibandingkan dengan He Qin dan He Lai, Lu Ran lebih menghormati He Zhang. Di depan He Zhang, Lu Ran selalu lebih berhati-hati. Mengenai hal yang dikatakan He Zhang juga selalu didengarkannya dengan rendah hati.     

"Begitukah?" He Yan tertawa ringan, "Kalau begitu tidak hanya semua orang takut pada ayahku, bahkan Kak Ran juga, ya?"     

Sifat He Zhang dan Lu Ran hampir sama, bahkan He Zhang terkadang lebih diam daripada Lu Ran. Jadi mereka semua ketakutan secara tidak jelas kepada He Zhang dan Lu Ran.     

Ketika Lu Sheng sedang tersenyum senang, tiba-tiba dia menemukan di halaman rumah keluarga He kelebihan satu pohon. Dan buah yang di atas pohon itu membuat mata Lu Sheng bersinar terang.     

"Dari mana dapat pohon ini? Sebelumnya aku tidak pernah melihatnya di halaman."     

He Yan melihat ke arah yang dikatakan Lu Sheng, lalu dia pun tersenyum, "Xiaodong sebelumnya pergi mendaki gunung dengan anak-anak desa. Katanya pohon ini cantik jadi dia pun menggalinya keluar dan membawa pulang."     

"Di atas gunung?" Lu Sheng sangat senang, "Ada banyak?"     

"Banyak." He Yan melihat Lu Sheng dengan aneh, "Barang ini sangat banyak di atas gunung sana, memangnya kenapa?"     

Ekspresi Lu Sheng yang bersemangat ini membuat He Yan merasa barang itu seakan adalah barang yang sangat berharga.     

"Kak, nanti setelah jam makan siang, kita naik gunung, yuk."     

Sebelumnya ketika dia memasak udang karang, dia selalu memikirkan tidak ada merica, jadi tidak bisa memasak udang karang rasa mala. Namun ternyata dia bisa menemukan merica di sini!     

"Boleh, kebetulan aku juga sudah lama tidak naik gunung."     

Meskipun He Yan tidak mengerti kenapa Lu Sheng mengajak di saat selesai jam makan siang untuk berangkat, namun He Yan tetap menyetujuinya.     

"Kalian di sini, tidak makan itu?" Lu Sheng bertanya dengan nada kecil.     

He Yan menggelengkan kepalanya, "Barang itu pedas dan membuat lidah kita mati rasa, sama sekali tidak enak."     

Masakan Huangyang rata-rata lebih tawar.     

"Xiaosheng, kamu suka makan itu?"     

Lu Sheng menggelengkan kepalanya, "Aku tidak suka, tapi barang itu adalah barang yang bagus."     

He Yan menggelengkan kepalanya, "Aku tidak merasa."     

Waktu He Yan masih kecil, barang yang dilarang dimakan oleh orang dewasa, dia pasti akan mencobanya. Dan dia pernah mencoba barang ini juga, rasanya benar-benar membuatnya tidak bisa melupakannya.     

"Kak Sheng!" He Dong berjalan masuk ke dalam rumah sambil membawa tas sekolah.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Xiaodong."     

He Yan malah mengerutkan keningnya, "Kamu tidak pergi sekolah, kenapa malah pulang?"     

"Guru ada urusan mendadak, jadi menyuruh kami pulang duluan."     

He Yan mendengar alasan He Dong, suasana hatinya pun membaik.     

Setelah He Dong menyimpan tasnya ke dalam kamar, dia pun keluar lagi. Dia melihat di atas meja ada kue beras, dia pun mengambil satu dan memakannya. Sambil makan dia bertanya pada Lu Sheng, "Aku dengar ayah mengatakan akhir-akhir ini Kak Sheng sangat sibuk, hari ini kenapa bisa ada waktu ke sini?"     

Lu Sheng sedang sibuk menanam tanaman, seluruh anggota keluarga He mengetahuinya. Jadi ketika He Dong melihat Lu Sheng datang ke rumah, dia pun penasaran.     

"Xiaosheng mau datang ya datang, kamu tidak perlu mengurus masalah anak perempuan."     

He Yan melirik He Dong dengan tidak berdaya, "Ayah sudah mengatakannya, nanti akan membawa kamu ke kota, pergi sekolah di sekolah Paman Lai sana. Besok tunggu Kakak ada waktu, aku akan pergi beli beberapa potong kain dan membuatkan baju baru untukmu."     

He Dong menganggukkan kepalanya, "Baik."     

Lu Sheng melihat interaksi He Yan dan He Dong, sudut bibirnya pun mengait secara alami.     

Meskipun kakak beradik ini hanya berselisih usia satu tahun, namun mungkin karena ibu kandung mereka meninggal pada waktu mereka masih kecil, jadi sifat He Yan jauh lebih dewasa daripada He Dong.     

Berarti ketika He Yan masih berusia enam hingga tujuh bulan, ibunya pun sudah mengandung He Dong, pantas saja tubuhnya bisa penyakitan.     

Di masa seperti ini, tubuhnya bahkan belum sehat dan pulih kembali. Lu Sheng merasa He Zhang benar-benar tidak mau mengendalikan diri.     

Syukurnya He Zhang tidak mengetahui isi hati Lu Sheng, jika tidak, He Zhang pasti akan merasa sangat malu.     

"Hari ini kenapa tidak nampak Kakek dan Nenek Sepupu?"     

"Pagi-pagi mereka sudah pergi ke kota. Semalam ayahku pulang, dia bilang rebung acar yang kamu buat sangat populer, banyak tamu yang datang untuk mengincar rebung acar ini. Jadi Kakek dan Nenek mendengar sampai sini, pagi hari ini mereka pun pergi membantu."     

Setelah mendengarkan kata-kata He Yan, Lu Sheng tiba-tiba merasa restoran Lu sepertinya sudah harus diperluas areanya.     

Karena tidak ada orang di rumah, hanya Lu Sheng, He Yan, dan He Dong, jadi mereka pun memakan kue beras untuk mengenyangkan perut mereka saja, sehingga tidak perlu makan siang lagi.     

Lu Sheng melihat waktu sudah menunjukkan jam dua belas siang, namun orang dari keluarga Zhao masih belum datang, dia pun mengerutkan keningnya.     

"Hari ini kamu tidak perlu sekolah, kalau begitu ikut kami naik gunung saja nanti." He Yan berkata pada He Dong.     

"Buat apa kalian mendaki gunung?" He Dong sedikit bingung.     

"Kak Sheng-mu yang ingin pergi. Kita sekalian memungut kayu bakar, kayu bakar di rumah kita sudah mau habis."     

"Oh, boleh." Begitu He Dong selesai bicara, Lu Sheng pun melihat ada sebuah delman kuda berhenti di depan rumah keluarga He, dia pun mengaitkan sudut bibirnya dalam seketika.     

Dan sesuai dugaan Lu Sheng, tidak lama kemudian, seorang ibu dan pria yang berusia kira-kira dua puluh tahun pun turun dari delman kuda.     

Pada saat He Dong dan He Yan melihat kedua orang ini, ekspresi wajah mereka pun berubah.     

"Untuk apa kalian ke sini lagi?" He Yan belum membuka mulutnya, He Dong sudah berdiri dan bertanya dengan tidak sungkan.     

Mungkin karena akhir-akhir ini Zhao Xian "diganggu oleh hantu" terus, kini mata pandanya sangat parah.     

Lu Sheng mengangkat tatapannya, dengan cuek dia melihat Zhao Xian dan Bu Mao.     

"Bagaimanapun A Xian juga kakak iparmu, apa-apaan sikapmu ini?" Bu Mao yang melihat sikap He Dong ini pun merasa sangat tidak senang.     

"Huh, aku tidak mengakui dia adalah kakak iparku."     

"Tidak mau mengakui ya sudah, lagi pula mulai hari ini dia juga bukan kakak iparmu lagi."     

Bu Mao melihat He Yan dengan dingin, "He Yan, mana ayahmu? Panggil dia pulang, kami mau menemuinya."     

Kalaupun mau cerai, Bu Mao juga harus mendapatkan keuntungan dari keluarga He ini. Karena dia benar-benar kesal harus mengembalikan He Yan yang bagaikan "Dewa kekayaan" ini.     

He Dong berdiri di depan He Yan untuk melindunginya, dengan dingin dia mengatakan, "Kalian kalau ada urusan bisa langsung bilang padaku, tidak perlu dengan ayahku."     

Namun He Yan malah menepuk pundak adiknya, mengisyaratkan dia untuk mundur ke samping.     

Meskipun He Dong tidak sudi, namun dia juga tidak memiliki niat ingin membantah kakaknya, jadi dengan enggan dia pun bergeser ke samping.     

"Kalian ingin membicarakan apa, bisa langsung bicarakan denganku saja."     

Sebelumnya di rumah keluarga Zhao, He Yan selalu mengalah kepada Bu Mao, itu karena dia adalah ibu mertuanya, yang merupakan tetua.     

Di keluarga He, sejak kecil He Yan sudah diajarkan oleh ayahnya harus menghormati orang tua, tidak boleh melawan dan tidak sopan. Dan ini juga alasan kenapa He Yan mau mengalah kepada Bu Mao terus-menerus selama ini, karena tidak boleh tidak mendengarkan kata-kata ayahnya.     

Namun kini, He Yan tiba-tiba merasa bukan semua orang tua layak dihormati dan dihargai.     

Selama di rumah keluarga Zhao, meskipun He Yan tidak dipukuli, namun seringkali dimarahi. Dan kata-kata Bu Mao saat memarahinya jauh lebih menyakitkan daripada pukulan langsung.     

Bu Mao mencari tempat duduk sendiri, dia bahkan mengambil kue beras yang tersisa di atas meja dan memakannya, sambil makan dia masih mengatakan, "Aku tidak punya apa-apa yang bisa aku bicarakan denganmu. Panggil ayahmu pulang."     

Sedangkan Zhao Xian yang merasa dirinya bersalah hanya berdiri di samping dan diam. Ditambah lagi beberapa hari ini dia tidak bisa makan dan istirahat dengan baik, hatinya juga tidak bisa tenang sehingga membuat wajahnya tampak lelah dan pucat.     

He Yan mencibir dengan dingin, "Kalau kalian tidak ingin mengatakannya, maka kalian silakan pulang saja, ayahku tidak akan pulang untuk sementara waktu."     

Lu Sheng memutar-mutar matanya, dia menatap Zhao Xian untuk beberapa saat, kemudian dia pun menjerit tiba-tiba. Dia bersembunyi ke belakang He Yan dan dengan gemetaran dia mengatakan, "Hantu, di belakangnya ada hantu!"     

He Yan dan He Dong melihat ke arah Zhao Xian dengan bingung, namun mereka malah menemukan ternyata Zhao Xian juga berdiri di tempat dengan ekspresi panik dan takut.     

Ekspresi Bu Mao juga berubah, dia menatap Lu Sheng dan mengatakan, "Gadis liar dari mana ini, kamu bicara sembarangan apa di sini? Pagi-pagi seperti ini mana mungkin ada hantu?!"     

"Aku… aku benar-benar melihatnya! Dia berdiri tepat di belakang Kakak Ipar." Wajah Lu Sheng tampak pucat, dahinya juga mulai berkeringat dingin.     

"Ibu, cepat selesaikan masalahnya, ayo kita pulang." Zhao Xian kini hanya merasakan belakang punggungnya ada hawa sejuk, dengan gemetaran dia berkata pada Bu Mao, kini wajahnya penuh dengan trauma.     

"Tunggu… tunggu sebentar lagi." Kalau pergi sekarang, rencana Bu Mao pun gagal.     

"Ibu, kalau kamu tidak mau pergi, aku sendiri yang akan pulang duluan." Zhao Xian yang sudah diganggu selama beberapa hari berturut-turut, memang sudah takut setengah mati. Kini melihat reaksi Lu Sheng, dia semakin memercayai kata-kata pendeta itu.     

"Hantu itu bilang… bilang kalau kalian masih berani mengambil keuntungan dari keluarga He, maka dia akan membuat semua orang dari keluarga Zhao jatuh sakit sampai akhirnya meninggal dunia."     

Lu Sheng mengeluarkan kepalanya dari belakang He Yan, dia melirik Zhao Xian, kemudian dengan takut dia menyusut kembali ke belakang He Yan.     

He Yan dan He Dong mendengar kata-kata Lu Sheng, secara refleks mereka juga mundur beberapa langkah, ingin menjauh dari Zhao Xian.     

"Ibu!" Zhao Xian melihat Bu Mao masih ragu-ragu, dia pun tidak bisa bertahan lagi dan berteriak.     

Bu Mao berdiri dengan kesal, lalu dia berkata pada He Yan, "Hari ini kami datang ke sini untuk memberitahukan kepadamu, kamu sudah diceraikan oleh keluarga Zhao kami!"     

"Tidak, tidak boleh cerai!" Lu Sheng berkata dengan ketakutan, "Hantu itu bilang harus cerai damai."     

Bu Mao mendengar kata-kata Lu Sheng, dengan geram dia mengubah katanya, "Damai!" Lalu dia melihat ke He Yan, "Sekarang juga kita pergi ke kantor pengadilan."     

He Yan melihat Zhao Xian, lalu dia pun menganggukkan kepalanya, "Boleh!"     

Lu Sheng berkata dengan nada kecil, "Aku membawa delman kuda, pakai delman kudaku saja."     

He Yan menyuruh He Dong untuk menunggu di rumah, sedangkan dia bersama Lu Sheng pergi ke rumah He Qin untuk mengambil delman kuda.     

Duan Xiang yang melihat Lu Sheng dan He Yan, dia pun ingin mengajak mereka makan siang bersama, namun ditolak oleh mereka berdua.     

Lu Sheng membawa He Yan, Bu Mao, dan Zhao Xian sama-sama pergi ke kantor pengadilan.     

Begitu Bu Mao sampai di luar kantor pengadilan, dia pun melihat Lu Sheng dan He Yan dengan sombong, "Aku memiliki seorang keponakan yang sedang menjadi pengawal di sini, kalian sebaiknya jangan bertingkah."     

He Yan mencibir dengan dingin, "Kamu tidak perlu khawatir, alangkah senangnya suasana hatiku sekarang."     

Yang mengajukan cerai damai adalah pihak keluarga He, kini He Yan mendapatkan apa yang diinginkannya, mana mungkin dia akan bertingkah sembarangan? Kata-kata Bu Mao ini hanya ingin memamerkan bahwa dia memiliki orang yang dikenal di dalam kantor pengadilan saja.     

Bu Mao mendengus dengan dingin, lalu dia pun membawa Zhao Xian yang linglung ke dalam.     

Lu Sheng tersenyum, dia pun mengikuti He Yan masuk.     

"Nona…" Ketika Kepala Polisi Wang melihat Lu Sheng, dia pun ingin menyapanya, namun dia malah melihat Lu Sheng menggelengkan kepalanya, mengisyaratkan dia untuk jangan memanggilnya.     

Kepala Polisi Wang menggaruk kepalanya dengan aneh, dia hanya bisa mengerem suaranya dan melihat Lu Sheng berjalan melewatinya bersama seorang wanita.     

"Waduh, Xiaojing, kamu mau bertugas di luar, ya?" Bu Mao menyapa seorang pengawal dengan senang.     

"Bibi, Kak Xian." Polisi itu menganggukkan kepalanya terhadap Bu Mao dan Zhao Xian.     

"Xiaojing masih ada urusan, nanti kalau ada waktu baru kita ngobrol, ya." Kemudian Xiaojing pun mengikuti kelompoknya keluar.     

Bu Mao membalikkan kepalanya dengan sombong, dengan tatapan merendahkan dia melihat Lu Sheng dan He Yan.     

Setelah masuk ke dalam pintu kantor pengadilan, Lu Sheng tidak mengikuti He Yan masuk lagi, melainkan mencari sebuah tempat duduk di luar.     

Semua orang di kantor pengadilan mengenal Lu Sheng, mereka melihat Lu Sheng duduk di sana, tidak ada yang pergi mengganggunya.     

Lima belas menit setelah He Yan, Bu Mao, dan Zhao Xian masuk ke dalam, akhirnya mereka keluar.     

"Bagaimana?" Lu Sheng berdiri, dia maju dan bertanya pada He Yan.     

He Yan menganggukkan kepalanya, "Semuanya sudah beres."     

Lu Sheng pun tersenyum, "Baguslah kalau begitu."     

"Anakku, ayo, Ibu bawa kamu makan makanan enak." Bu Mao melirik Lu Sheng dan He Yan dengan dingin dan cuek, lalu dia pun menggandeng tangan Zhao Xian, hendak meninggalkan kantor pengadilan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.