Gadis Lugu Liar Galak

PENCURI DELMAN SAPI



PENCURI DELMAN SAPI

0"Hais…" Pisau yang berkilauan membuat sapi yang menarik delman ketakutan dan hampir mau mengamuk, untungnya Lu Sheng sempat menarik talinya, sehingga tidak menyebabkan sapinya berlari.     
0

Orang berbaju hitam itu memberikan sebuah jalan, Lu Sheng pun melihat ada sebuah delman kuda berhenti di sana. Pada saat ini, pintu kain delman kuda pun terbuka, sebuah wajah yang familiar pun muncul di depan mata Lu Sheng.     

Bing Ji yang dipapah gadis pembantunya turun dari delman, dengan senyuman lebar dia melihat Lu Sheng, "Nona Lu, bertemu lagi."     

Lu Sheng mengangkat alisnya, dengan senyuman yang sama lebarnya dia melihat Bing Ji, "Nona Bing Ji, lama tidak bertemu."     

Bing Ji mengerutkan keningnya, sepertinya dia tidak menyangka Lu Sheng yang seorang gadis kecil, kini dikepung oleh segerombolan orang berbaju hitam namun masih bisa tenang.     

"Nona Lu benar-benar luar biasa, pantas saja Tuan Chu bisa menaruh tatapannya hanya padamu." Kata-kata ini benar-benar adalah isi hati Bing Ji yang tulus.     

Lu Sheng tersenyum, "Nona Bing Ji terlalu sungkan."     

Lu Sheng menyapukan pandangannya ke orang-orang berbaju hitam ini, lalu dia melihat lagi pada Bing Ji, "Boleh bertanya, Nona Bing Ji menyambutku dengan begitu meriah untuk apa ya?"     

"Nona Lu jangan khawatir, asalkan Nona Lu bisa mematuhi Bing Ji, Bing Ji pasti tidak akan membahayakan nyawamu."     

Putra Mahkota pernah mengatakan, keberadaan Lu Sheng jauh lebih penting dibandingkan dengan anggota keluarga Chu mana pun bagi Chu Sihan.      

Kini Putra Mahkota terkurung di Istana Timur, Bing Ji hanya bisa menangkap Lu Sheng, kemudian memaksa Chu Sihan pergi mencari Perdana Menteri, baru menyuruh Perdana Menteri meminta ampun kepada Yang Mulia Kaisar tentang masalah Putra Mahkota.     

Kini Putra Mahkota dikurung, rencana mereka pun dihentikan secara terpaksa, dan ini membuat mereka sangat lah kesulitan.     

"Oh?" Lu Sheng mengangkat alisnya, "Kalau aku tidak mau?"     

Bing Ji menutupi mulutnya dan tertawa, "Kalau begitu Nona Lu jangan menyalahkan Bing Ji kalau kejam." Kemudian Bing Ji memberikan isyarat mata kepada orang-orang berbaju hitam itu, dengan genit dia mengatakan, "Ikat dia."     

Lu Sheng mengaitkan sudut bibirnya, dia pun memberikan sebuah senyuman jahat, "Kalian ingin menangkapku, itu juga harus melihat apakah kalian ini memiliki kemampuan."     

Segerombolan orang berbaju hitam yang mendengar kata-kata Lu Sheng, mereka pun segera mengepung Lu Sheng kembali.     

Lu Sheng tersenyum pada mereka, namun di dalam tangannya entah sejak kapan sudah membawa beberapa kertas hu.     

Lu Sheng takut keributan ini akan menarik perhatian orang yang di sekitar, jadi sebelum dia melempar kertas hu bom, dia melempar dulu kertas hu penghalang transparan.     

Kemudian "Duar!", para orang berbaju hitam yang bergegas ke Lu Sheng pun terbang karena ledakan kertas hu, mereka pun meraung kesakitan di atas tanah.     

Bing Ji merasa telinganya sangat sakit, kemudian setelah sejenak pertarungan, situasinya pun terbalik. Setelah Bing Ji menyadarkan diri, dia sudah melihat orang berbaju hitam yang dibawanya kini sudah ada yang pingsan dan terluka, pokoknya tidak ada yang tidak terluka.     

Bing Ji melihat pada Lu Sheng dengan kaget, namun dia melihat Lu Sheng masih duduk di atas delman sapinya, sedang tersenyum manis kepadanya.     

"Kamu… kamu…" Jari tangan Bing Ji menunjuk pada Lu Sheng, namun dia tidak bisa memberikan kalimat lengkap sama sekali.     

Lu Sheng tersenyum, "Kamu mau menangkapku, kemudian mengancam Chu Sihan pergi menyelamatkan Putra Mahkota, benar kan kata-kataku ini?"     

Bing Ji adalah orang Putra Mahkota, dan mengenai ini Lu Sheng masih mengetahuinya. Dia mengira kini Putra Mahkota sudah dikurung di dalam istana, maka klannya akan mulai tenang, namun ternyata masih belum menyerah.     

"Dari mana kamu tahu?" Setelah Bing Ji mengatakannya, dia pun menyadari dirinya salah bicara, dia segera menutupi mulutnya dengan panik.     

"Aku… aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan, menyelamatkan Putra Mahkota apanya, aku mana mungkin kenal dengan Putra Mahkota?"     

"Nona Bing Ji benar-benar pintar berbohong, ya, padahal tadi kamu sudah mengakuinya." Lu Sheng mencibir, "Seharusnya bukan Putra Mahkota yang menyuruhmu datang menangkapku, kan?"     

Kalau iya, maka hanya bisa mengatakan Putra Mahkota ini sungguh bodoh sekali.     

"Tentu saja bukan, aku sendiri yang mau menangkapmu." Kini identitas aslinya sudah diketahui Lu Sheng, Bing Ji juga malas untuk menyembunyikannya lagi. Kedua gadis pembantu Bing Ji entah sejak kapan sudah menarik keluar pedang mereka, mereka melindungi Bing Ji di belakang mereka.     

Lu Sheng tersenyum, "Iya juga." Jabatan Putra Mahkota bisa didudukinya begitu lama, seharusnya dia tidak sebodoh ini.     

Kalau Putra Mahkota tidak bertemu dengan Chunyu Dong, Putra Mahkota mungkin benar-benar akan berhasil mendapatkan tahta Kaisar.     

"Apa maksudmu?" Kini Bing Ji juga mulai takut dengan Lu Sheng.     

Tapi iya juga, jika seseorang tidak memiliki kemampuan, dia mana mungkin masih bisa tenang ketika dikepung oleh orang-orang yang membawa pedang? Bing Ji merasa dirinya yang sudah lengah, namun sayangnya, kini sudah terlambat.     

"Nona Bing Ji sebagai mata-mata Putra Mahkota, masa tidak pernah mendengarkan tentang aku di Jingcheng?" Waktu itu Lu Sheng di Jingcheng, bersama Chu Sihan, Peramal Kerajaan, dan Ye Luo membasmi siluman, bahkan semua pejabat biro juga mengetahuinya, apalagi Putra Mahkota yang pernah melihat Lu Sheng ini.     

Bing Ji mengerutkan keningnya, "Ada apa denganmu di Jingcheng?"     

Bing Ji mengingat pertama kali dia melihat Lu Sheng, itu karena gadis pembantunya mengatakan Chu Sihan sedang makan di gang Taohua, makanya dia bisa bertemu dengan Lu Sheng dan Chu Sihan di jalan.     

Dan Bing Ji bisa memerhatikan Lu Sheng juga karena Chu Sihan yang biasanya tidak pernah mau dekat dengan perempuan, tiba-tiba di sampingnya ternyata muncul seorang gadis.     

Selain ini, Bing Ji tidak mengetahui masalah apapun lagi mengenai Lu Sheng. Kali ini juga karena Bing Ji sok pintar, bertindak secara pribadi mengikuti Lu Sheng sampai Huangyang.     

Bing Ji mengira Lu Sheng hanyalah gadis yang lemah, namun ternyata dia sama sekali tidak lemah. Suara ledakan yang mendadak tadi, sampai sekarang Bing Ji masih belum mengetahui itu apa, dan orang yang dibawanya pun sudah dikalahkan dalam seketika.     

"Nona Bing Ji, aku ini biasanya selalu berbaik hati. Hari ini aku melepaskanmu dulu, kalau ada lain kali, maka kamu juga tidak akan seberuntung hari ini lagi." Setelah Lu Sheng selesai memperingatkan Bing Ji, dia bahkan mengedipkan mata sebelah kepada Bing Ji sambil tersenyum.     

Bing Ji terdiam…     

Ketika Lu Sheng akan mengendarai delman sapinya dan meninggalkan tempat, di depan masih ada delman kuda Bing Ji, sehingga delman sapi Lu Sheng sama sekali tidak bisa lewat, "Nona Bing Ji, mohon geserkan delman kudamu, kamu sudah menghalangi jalanku."     

Bing Ji menyipitkan bibirnya, dengan marah dia melotot pada Lu Sheng, namun tidak ada maksud akan menggerakkan delman kudanya.     

"Kalau Nona Bing Ji mau mengganti delman kuda yang baru, aku tidak keberatan membantumu meledakkan delman kuda ini."     

Bing Ji mengingat suara ledakan tadi, dia pun melotot pada Lu Sheng dengan lebih geram lagi. Delman kuda Bing Ji ini menghabiskan uang seratus tael perak lebih, kalau diledakkan Lu Sheng, Bing Ji menyatakan dirinya akan sangat sakit hati.     

"Bizhu, Biyu, ayo kita jalan!" Bing Ji melotot pada Lu Sheng, menghentak-hentakkan kakinya, dengan geram dia naik ke dalam delman kudanya dan pergi.     

Lu Sheng mengangkat alisnya, dia menyapu ke segerombolan orang berbaju hitam yang masih meraung kesakitan di atas lantai. Sebenarnya kertas hu bom tadi adalah produk gagal. Kalau dia menggunakan kertas hu bom yang asli, pasti mereka semua itu sudah patah tangan dan patah kaki.     

Kalau bukan karena Lu Sheng tidak menyukai adegan yang berlumuran darah, orang-orang ini pasti sudah terluka parah.     

Setelah jalan kembali normal, Lu Sheng pun mengendarai delman sapinya meninggalkan tempat dengan santai.     

Otak Bing Ji ini kurang pintar, dia mengira dengan menangkap Lu Sheng sudah bisa menyelamatkan Putra Mahkota. Namun Bing Ji tidak mengetahui kalau Lu Sheng benar-benar tidak bisa ditangkap semudah itu, Bing Ji sama sekali tidak mendapatkan kesempatan bertindak.     

Lu Sheng mengendarai delman sapi dan memarkirnya di tepi pusat kota. Begitu dia turun, dia masuk ke warung untuk sembako membeli tepung dan beras. Namun, siapa bisa menyangka, begitu Lu Sheng masuk ke dalam, seseorang yang mencurigakan sudah langsung mengendarai pergi delman sapinya.     

"Nona! Delmanmu!" Pemilik warung sembako yang berdiri di depan pintu kebetulan melihatnya, dia pun segera berseru untuk memperingatkan Lu Sheng.     

Lu Sheng menolehkan kepalanya dan melihat delman sapinya yang semakin menjauh, dia pun tersenyum, "Tidak apa-apa, dia akan mengembalikannya nanti."     

Pemilik warung mendengar kata-kata Lu Sheng, dia pun mengira pencuri delman itu adalah saudaranya Lu Sheng, jadi dia pun tidak mengatakan apapun lagi dan mulai melayani Lu Sheng, "Nona mau apa?"     

"Aku mau dua karung beras dan satu karung tepung."     

Setelah acara pembantaian babi, beras di rumah Lu Sheng pun sudah mau habis.     

Di dalam delman sapi Lu Sheng.     

Pencuri delman mengira dia sudah berhasil, kini dia pun sangat senang. Namun ternyata sebuah angin mulai meniup, orang-orang yang tadinya masih berjalan di jalan besar mulai melenyap, pusat kota yang tadinya masih ramai juga tiba-tiba menjadi hening dalam seketika.     

"Ini… ada apa ini?" Pencuri delman yang sedang mengendarai delman sapi dalam seketika pun jatuh ketakutan. Padahal tadi di sampingnya masih ada orang yang sedang berjalan, kenapa dalam sekejap mata, semua orang itu malah menghilang?     

"Kekeke…" Suara tawa aneh pun terdengar dari sekeliling delman sapi.     

"Siapa?!" Pencuri delman sapi melihat ke sana ke sini namun tidak melihat satu orang pun di sekitarnya. Dan, jalan besar yang tidak ada satu orang pun ini tiba-tiba muncul beberapa bayangan hitam.     

Dan yang paling penting adalah, bayangan hitam itu sedang melayang di udara!     

Pencuri delman sapi yang melihat adegan ini pun terkejut berat, dia ketakutan sampai lupa mau menjerit, dia hanya bisa membuka mulutnya lebar-lebar, dengan terkejut dia melihat ke depan.     

"Kembalikan delman sapi ini ke tempat tadi, kalau tidak, kami akan membuat kamu melapor ke neraka." Jia Zheng berkata sambil tersenyum.     

"Hantu… hantu!!!" Pencuri delman sapi dengan panik meloncat turun dari delman sapi, ingin melarikan diri. Namun dia berjalan ke kanan di halangi, berjalan ke kiri juga dihalangi, sekeliling delman sapi semuanya dihalangi oleh tembok tak berwujud.     

"Kembalikan delman sapi ke tempat yang tadi!" Jia Zheng memperingatkannya lagi dengan dingin.     

"An, an, an, antar! Aku akan mengantarnya! Kak hantu, kalian… kalian jangan membunuhku!" Pencuri delman sapi itu memberikan kowtow kepada Jia Zheng dan yang lainnya terus menerus, kemudian dia pun berdiri dengan panik dan memutar balik delman sapi Lu Sheng.     

Pada saat pencuri delman sapi memutar balik delman sapi Lu Sheng, dalam seketika jalan besarnya pun kembali normal, orang-orang yang di sekitarnya juga muncul kembali.     

Tangan pencuri delman bergetar terus, dia tidak menyangka pertama kali dia mencuri delman sapi, dia sudah bertemu dengan hantu. Dia juga tidak mengerti harus mengatakan dirinya beruntung atau sial.     

Lu Sheng sudah menunggu di luar dengan barang belanjaannya. Dari jauh sana dia melihat delman sapinya di dalam kerumunan, dia pun menyipitkan matanya dan tersenyum.     

Ketika pencuri delman sapi yang mengantar balik delman sapi ke Lu Sheng, saat dia melihat senyuman Lu Sheng, dia pun terjatuh ke tanah dengan ketakutan. Dia tidak sempat memedulikan tangannya yang sobek, dia pun segera melarikan diri sambil menjerit dengan keras.     

Lu Sheng tidak melihat ke pencuri delman sapi itu sama sekali, dia langsung mengangkut barang belanjaannya ke dalam delman sapi, kemudian mengendarainya menuju rumah peti mati.     

"Nona mau membeli apa?"     

Lu Sheng berjalan masuk, di dalam duduk seorang nenek tua. Mungkin karena nenek tua ini sudah berbisnis dalam bidang ini untuk waktu yang lama. Wajah nenek ini sepertinya mirip dengan manusia kertas yang berdiri itu.     

Waktu di Linjiangfu Lu Sheng pernah berjanji kepada hantu-hantunya akan memberikan mereka hadiah, tapi belum sempat menyiapkannya. Hari ini Jia Zheng sudah membantu Lu Sheng, Lu Sheng baru teringat kembali bahwa dia belum memenuhi janjinya.     

"Majikan, tukar yang hitam saja!" Jia Zheng memperkirakan lima set baju merah itu pasti akan diberikan kepada Tan Jun dan yang lainnya, maka lima set yang hijau pasti akan menjadi milik Jia Zheng. Dan Jia Zheng serta bawahannya tidak mau baju berwarna hijau!     

Namun Lu Sheng sama sekali tidak memedulikan pendapat Jia Zheng, dia mengambil lagi barang-barang lain kemudian membayar uang kepada nenek tua itu.     

Kedua mata nenek tua yang sudah buram mengamati Lu Sheng untuk beberapa saat, kemudian dia baru menghitungkan barang belanjaan Lu Sheng.     

Sekarang sudah mau festival Qingming, sehingga tidak aneh kalau ada yang membeli begitu banyak barang di sini.     

Yang aneh itu adalah padahal di samping gadis ini jelas-jelas memiliki udara Yin yang berat, namun dia sama sekali tidak terpapar.     

"Semuanya tiga ratus koin perak."     

Lu Sheng berpikir sejenak, dia membeli lagi dua buah rumah besar, beberapa ingot emas, dua buah tandu merah, dan delapan manusia kertas.     

"Dua buah rumah besar enam puluh koin, delapan manusia kertas seratus enam puluh koin, dua buah tandu tiga puluh koin, ingot emas sepuluh koin, total dua ratus enam puluh koin perak, ditambah lagi dengan yang tadi, semuanya tiga ratus enam puluh koin perak."     

Suara nenek tua sangat rendah, kecepatannya juga sangat lambat, kalau mendengar suara nenek tua di malam hari, Lu Sheng pasti akan percaya jika ada yang mengatakan bahwa suara ini adalah suara hantu.     

Setelah Lu Sheng membayar uangnya, dia pun menanyakan sesuatu pada nenek tua, "Nek, di sekitar sini ada tempat yang bisa membakar barang ini?"     

"Ada." Setelah nenek menerima uang Lu Sheng, dia pun menjawab sambil melihat ke mata Lu Sheng, "Silahkan mengikutiku."     

"Terima kasih." Lu Sheng membawa sedikit barang belanjaannya dan mengikuti nenek berjalan ke halaman belakang. Lalu dia pun menemukan di samping sana ada sebuah tong besi yang besar. Kini di dalam tong besi itu masih berasap, dapat dipastikan kalau baru saja ada yang menggunakan tong ini.     

"Kamu bisa membakarnya di sini. Sebelum kamu membakarnya ingat harus sambil memanggil nama penerima, jika tidak, nanti akan direbut hantu lain." Nenek tua dengan baik hati memperingatkan Lu Sheng sebelum dia masuk ke dalam rumah.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, setelah dia meletakkan barang, dia pun kembali lagi untuk mengambil yang sisanya.     

Pada saat Lu Sheng membakar barang ini, dia tidak memanggil nama mereka. Karena pada saat dia masuk ke dalam toko ini, hantu-hantu yang di sekitar sudah melarikan diri jauh-jauh, hanya tersisa Jia Zheng dan Tan Jun saja.     

Sambil membakar sambil mengomel, "Jia Zheng kalian memakai baju hijau, Tan Jun mereka yang merah. Rumahnya lima orang satu rumah, manusia kertasnya lima orang mendapatkan empat, tandunya lima orang satu, kalau ingot kalian bagi saja."     

Jia Zheng melihat baju baru yang dipakaikannya, dalam seketika dia tidak mengetahui apa yang harus dia katakan.     

"Jangan tunjukkan ekspresi itu, wajah kalian jelek, mau pakai warna apapun juga tetap jelek. Sedangkan Tan Jun mereka tampan, mau memakai hijau pun akan tetap tampan."     

Jia Zheng dan keempat bawahannya terdiam… Membunuh hantu sambil menggali jantung mereka, ya?     

Sedangkan kelompok Tan Jun, kedua nonanya sedang menutupi mulut dan tertawa secara diam-diam.     

Setelah selesai membakar, Lu Sheng pun menepuk tangannya dan bersiap mau pergi.     

"Nona bisa melihat 'barang' itu, ya?" Sebelum Lu Sheng keluar dari pintu toko, nenek tua tiba-tiba mengatakan.     

Lu Sheng menghentikan langkah kakinya, dia membalikkan kepalanya dan melihat ke nenek tua, "Nenek ada urusan yang mau dibantu?"     

Tadinya nenek tua hanya sekedar bertanya saja, namun dia tidak menyangka akan mendapatkan jawaban seperti itu dari Lu Sheng. Kedua matanya pun bersinar terang, sekali lagi dia memastikan, "Jadi, nona benar-benar bisa melihat 'barang' itu?"     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Bisa."     

"Bagus sekali!" Nenek tua itu tiba-tiba menjadi semangat, dia berjalan menuju Lu Sheng dan dengan tangannya yang bergetar dia menarik tangan Lu Sheng, "Aku memiliki seorang cucu, pada usia delapan tahun dia tenggelam dan meninggal dunia. Akhir-akhir ini aku selalu memimpikannya, meskipun dia sudah besar, tapi aku tetap bisa mengetahui bahwa dialah cucuku itu."     

"Awalnya aku mengira cucuku pulang menjengukku karena tidak memiliki uang lagi, jadi aku pun membakarkan ingot emas yang banyak kepadanya, tapi meskipun demikian, aku tetap memimpikannya. Aku bertanya kepadanya, dia juga tidak menjawab."     

"Nona kalau bisa melihat barang-barang ini, berarti pasti juga bisa berkomunikasi dengan mereka, aku ingin meminta nona membantuku bertanya, sebenarnya apa yang diinginkan cucuku ini. Oh, dia bernama Sun Qi."     

Pada saat Lu Sheng mengangkat kepalanya, tiba-tiba dia melihat di belakang nenek tua sedang berdiri seorang pemuda.     

Pemuda itu melihat dia tapi tidak berhasil mengejutkan Lu Sheng, dia pun mengerutkan keningnya dengan sedih.     

Nenek tua melihat Lu Sheng menatap ke belakangnya tidak mengatakan apapun, dia pun membalikkan kepalanya dengan aneh.     

Lalu Lu Sheng pun tiba-tiba mengatakan, "Kamu adalah cucu nenek ini, Sun Qi?"     

Nenek tua mendengar kata-kata Lu Sheng, dia pun membalikkan kepalanya dengan emosional, namun selain barang-barang orang mati yang ada di dalam toko, dia tidak bisa melihat apapun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.