Gadis Lugu Liar Galak

BELI HUTAN BAMBU



BELI HUTAN BAMBU

0Kepala desa melambaikan tangannya, "Itu bukan barang berharga juga, juga tidak ada yang makan rebung. Kamu mau memotong berapa banyak pun tidak apa-apa, tidak usah merasa tidak nyaman."     
0

"Mana boleh?" Lu Sheng menggelengkan kepalanya, "Paman kalau tidak mau membuka harga, lebih baik aku memotong di atas gunung saja, meskipun agak jauh, tapi hatiku lebih nyaman."     

Lu Sheng merasa kepala desa sudah banyak membantunya, dia tidak boleh keseringan ambil gratis.     

"Kamu ini ya, kenapa begitu keras kepala." Kepala desa baru pertama kalinya melihat ada yang menolak barang gratis.     

Lu Sheng pun tersenyum, lalu dia pun menawarkan kepada kepala desa, "Paman, atau aku berikan lima ratus perak kepadamu, kamu menjual hutan bambu itu kepadaku saja bagaimana?" Lu Sheng ingat hutan bambu yang dimiliki kepala desa sepertinya lumayan luas, setidaknya juga ada sepuluh hektar.     

"Lima… uhuk uhuk…" Kepala desa hampir tersedak oleh ludahnya sendiri.      

Lu Sheng langsung mengurut belakang punggung kepala desa, "Paman kamu jangan terlalu emosi, kalau tidak mau kamu bisa menolakku tidak apa-apa."     

Beberapa saat kemudian kepala desa baru melancarkan napasnya, dia pun melotot pada Lu Sheng, "Lima ratus perak, bisa saja kamu bicaranya, ya."     

"Hah?" Jangan-jangan terlalu murah? Lu Sheng menggaruk kepalanya, dia tidak pernah membeli hutan bambu jadi dia sama sekali tidak mengerti harganya.     

Kepala desa menghelakan napasnya, dengan tidak berdaya dia mengatakan, "Apa kamu tahu, waktu itu paman beli hutan bambu itu dengan harga berapa?"     

"Tidak tahu." Lu Sheng menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak mengetahui harganya.     

"Enam tael perak, luas hutan bambu itu total ada sepuluh hektar dan waktu paman membelinya, paman hanya menggunakan enam ratus koin perak per hektar." Seandainya itu orang lain, orang itu pasti sudah langsung menjualnya kepada Lu Sheng.     

"Hah? Begitu murah?" Lu Sheng benar-benar tidak menyangka, hutan bambu seluas itu hanya senilai enam tael perak saja.     

"Enam tael perak kamu masih anggap murah?" Kepala desa mendengus, "Begini saja, kalau kamu benar-benar mau, kamu bisa berikan paman enam tael perak saja, kedepannya hutan bambu itu pun menjadi milikmu."     

Lu Sheng sangat senang, "Terima kasih Paman!" Hutan bambu seluas ini pasti memiliki banyak rebung. Nantinya bisa menggali semua rebung dan membuatkan mereka olahan acar rebung pasti sangat enak, pasti bisa menghasilkan banyak uang.     

Kini Lu Sheng juga tidak buru-buru mau pergi untuk memotong bambu lagi, dia pun langsung pulang ke rumah mengambil sepuluh tael perak dan diberikan kepada kepala desa.     

Namun kepala desa bersikeras tidak ingin menerima sepuluh tael perak itu, dia menyuruh Lu Sheng untuk mendapatkan enam tael perak dan dibayarkan nanti saja. Lu Sheng tidak memiliki cara lain, dia hanya bisa membayar enam tael perak saja kepada kepala desa.     

Keesokan harinya, Lu Sheng meminjam delman sapi dari kepala desa, dia pun pergi ke hutan bambu yang dekat Sungai Ruoshui, lalu dia pun memotong bambu satu delman penuh dan membawanya pulang.     

Di pertengahan jalan, Lu Sheng bertemu dengan penduduk desa yang kembali dari ladang pertanian, dan bersiap pulang untuk makan siang. Dia melihat Lu Sheng membawa begitu banyak bambu, kemudian dia bertanya sambil tersenyum, "Eh? Xiaosheng, kamu mau mewarisi keterampilan ayahmu?"     

Lu Dahua tidak memiliki kelebihan lain, namun keterampilannya dalam membuat kerajinan bambu sangatlah populer di desa. Setidaknya meskipun ada beberapa pengrajin bambu di desa, namun kebanyakan orang lebih suka mencari Lu Dahua, karena kerajinan bambunya memang sangat bagus.     

Lu Sheng tersenyum, dia tidak mengakuinya, namun juga tidak menyangkalnya. Dan ini membuat semua orang mengira Lu Sheng benar-benar mau mewarisi keterampilan dari Lu Dahua ini.     

Bahkan ada yang bercanda, "Lain kali kamu juga buatkan dua keranjang sayur untuk bibi, ya, punya bibi sudah basi."     

Ada juga yang mengatakan, "Kamu kira Xiaosheng masih kekurangan beberapa koin perakmu? Kalau aku lihat ya, dia mungkin mau menggunakan bambu untuk membuat sesuatu?"     

"Mau menggunakan bambu sebagai pagar." Lu Sheng sekedar menjelaskan, lalu dia pun mengatakan, "Mohon maaf Paman dan Bibi semuanya, bisa luangkan sedikit jalan untukku? Aku sedang buru-buru."     

Mereka yang mendengar kata-kata Lu Sheng, akhirnya mereka pun segera minggir ke samping untuk memberikan jalan pada Lu Sheng.     

Setelah Lu Sheng menjauh, mereka pun baru mengatakan, "Aku kira setelah Lu Dahua dan Bu Liu dikurung, keluarga Lu pun sudah bisa dikatakan jatuh, namun ternyata kehidupan mereka semakin baik, ya."     

"Iya kan?" Ada yang berkata dengan senang, "Sebelumnya Xiaoran mengikuti Sun Hu yang anak berandalan itu, Xiaosheng juga anak yang pemalu, namun siapa bisa menyangka, setelah kedua orang tua mereka masuk penjara, kedua anak ini malah semakin rajin, bahkan membeli rumah dan membuka restoran di kota."     

Mereka penduduk desa bahkan tidak memiliki uang membangun rumah batu bara yang bagus, namun orang lain sudah bisa membeli rumah di desa. Dalam waktu setengah tahun yang singkat ini, perbedaan antara keluarga Lu dan mereka penduduk desa benar-benar semakin besar.     

Ada yang menebak, "Aku berpikir ya, pasti Xiaosheng dan Xiaoran sangat benci dengan Bu Liu, makanya menyimpan terus sifat asli mereka."     

"Mungkin!"     

"Apanya?" Bu Zheng yang mengikuti mereka di belakang dengan cuek dia mengatakan, "Kalau bukan nasib anak itu yang sangat bagus, memiliki tunangan seperti Tuan Chu, keluarganya mana mungkin memiliki harta yang dimiliki hari ini?"     

Sejak Bu Zheng dan Lu Daming merasakan kehebatan Lu Sheng, mereka sangat iri dengan Lu Sheng, namun mereka juga tidak berani mencari-cari masalah lagi dengan Lu Sheng.      

Kini kehidupan rumah keluarga Lu semakin bagus, Bu Zheng benar-benar iri sekali!     

"Iya juga." Semua orang mendengar kata-kata Bu Zheng, mereka juga menyetujuinya.     

Bisnis keluarga Chu di Huangyang sangatlah besar, tidak heran bagi Chu Sihan untuk membelikan rumah dan membukakan restoran untuk Lu Sheng.     

Yang merasa iri selain Bu Zheng, masih ada keluarga Duan. Namun demi masa depan Duan Zhen, mereka juga tidak berani memfitnah Lu Sheng lagi, setiap kali hanya berani mengutuk Lu Sheng secara diam-diam saja.     

"Bu Zheng, anakmu Xiaowei juga sudah di usia menikah ya, sudah mendapatkan calon suami belum?" Ada yang bertanya pada Bu Zheng.     

Wajah Bu Zheng langsung berubah, dengan canggung dia tertawa, "Belum, beberapa hari ini dia mengikuti neneknya ke desa Zhengjia."     

Lu Wei menyukai Duan Zhen, sebelumnya Bu Zheng mengira setelah Lu Sheng membatalkan pernikahannya dengan Duan Zhen, maka Lu Wei pun akan memiliki kesempatan. Namun ternyata meskipun tidak ada Lu Sheng, keluarga Duan tetap tidak menyukai Lu Wei.     

Sebelumnya Bu Zheng pernah memberikan banyak sekali petunjuk kepada ibunya Duan Zhen, namun Bu Ma malah pura-pura memuji Lu Wei adalah anak yang baik, sehingga pasti akan mendapatkan suami yang baik di masa depan.     

Mau seberapa bodohnya Bu Zheng, dia juga mengerti Bu Ma tidak menyukai Lu Wei menjadi menantunya.     

"Aku ingat Xiaowei lebih tua tiga bulan daripada Xiaosheng, ya?" Bu Ma menyindir, "Memang sudah harus mencarikan suami untuknya. Aku lihat di samping Xiaosheng sepertinya terdapat banyak tuan muda orang kaya yang sering berada di samping Tuan Chu. Lalu di samping Xiaoran juga memiliki beberapa gadis yang ingin mendekatinya. Atau kamu pergi cari Xiaosheng, memintanya carikan satu buat Xiaowei?"     

Bu Ma hanya sekedar mengusulkan, namun dia tidak menyangka Bu Zheng malah menyimpan kata-kata ini ke dalam hatinya.     

Harus diketahui, orang yang bisa berada di samping Chu Sihan, siapapun itu semuanya juga lebih hebat daripada Duan Zhen. Bu Zheng menundukkan kepalanya, dia pun mulai mempertimbangkan masalah ini.     

Setelah Lu Sheng menurunkan bambu, dia pun duduk di halaman depan dan meminum air. Ketika dia berdiri untuk pergi masak makan siang, dia pun melihat Bu Zheng membawa sebuah keranjang, dengan "ramah tamah" berjalan masuk ke dalam rumahnya.     

Lu Sheng mengangkat alisnya dengan aneh, dengan tidak sungkan dia bertanya, "Kamu ada urusan apa?"     

"Hehe…" Bu Zheng tersenyum dengan canggung, dia meletakkan keranjangnya di atas meja, lalu dia pun melihat pada Lu Sheng dengan senyuman ramah, "Bibi tahu, sebelumnya Bibi yang salah, sudah membuat hatimu tidak senang. Hari ini Bibi ke sini untuk meminta maaf kepadamu, kita adalah satu keluarga, ke depannya kita seharusnya damai, apa kata-kata Bibi benar?"     

Lu Sheng mencibir dan mendengus, dia melipat kedua tangannya di depan dan bersandar di pohon, dengan cuek dia memberitahukan kepada Bu Zheng, "Matahari terbit dari barat ya hari ini?"     

Bibi Yu melihat Lu Sheng berbicara dengannya dengan suara lembut seperti ini, jujur saja, Bu Zheng merasa sedikit menyeramkan.     

"Bu Zheng hanya ingin meminta maaf kepadamu, tidak ada maksud lain." Bu Zheng tersenyum dengan merasa berdosa, namun pupil matanya malah memutar.     

Lu Sheng tersenyum dengan dingin, "Kalau kamu ada urusan cepat katakan, aku masih sibuk."     

Bu Zheng mengerutkan keningnya, namun dengan cepat dia menyimpan kembali ketidak senangannya, "Coba kau dengarkan katamu itu, Bibi mana ada urusan denganmu?"     

"Kalau tidak ada urusan cepat pergi saja, aku masih sibuk." Kemudian Lu Sheng pun berdiri tegak dan mau berjalan menuju dapur untuk masak siang, namun lengan bajunya ditangkap oleh Bu Zheng.     

Lu Sheng melirik tangan Bu Zheng yang menarik lengan bajunya itu, di mana membuat Bu Zheng ketakutan hingga menarik kembali tangannya.     

"Uhuk, itu… hari ini Bibi datang sebenarnya memang mau meminta bantuan kepadamu."     

"Oh?" Lu Sheng mengangkat alisnya, "Coba kamu katakan, bantuan seperti apa?"     

Bu Zheng langsung sangat senang, "Xiaosheng, coba kamu lihat ya, kamu sudah memiliki tunangan, bahkan ada seorang tuan biro, tapi Kak Wei-mu masih belum…"     

"Jadi?" Lu Sheng menyipitkan matanya.     

"Bibi melihat di samping Tuan Chu sering kali nampak dua orang tuan muda, mereka seharusnya belum menikah, kan? Coba kamu lihat…"     

Lu Sheng langsung tertawa, dia melihat Bu Zheng dan mengatakan, "Dengan alasan apa kamu merasa kedua tuan muda itu akan tertarik dengan Lu Wei?"     

Tidak mengungkit status Yu Mingyue dan Fu Sisi, cukup dengan wajahnya saja Lu Wei sudah kalah banyak.     

"Kak Wei-mu juga tidak buruk, kan? Kulitnya juga tidak hitam, kenapa mereka tidak tertarik?"     

Bu Zheng pernah melihat Yun Ting dan Shi Yi dari jauh, hanya mengetahui mereka memiliki tinggi badan yang bagus, namun belum pernah melihat wajah asli mereka secara dekat.     

"Kamu jangan bermimpi lagi, mereka berdua sudah memiliki tunangan, satu adalah anak perempuan dari Perdana Menteri, satunya lagi adalah Nona Yu dari wisma Yu di kota Huangyang kita. Bibi atas dasar apa merasa kedua tuan muda ini akan tertarik dengan Lu Wei?"     

Bu Zheng tiba-tiba mengangkat kepalanya, ketika dia melihat senyuman sinis Lu Sheng, dia pun merasa dirinya sangat memalukan.     

Bu Zheng mengira Yun Ting dan Shi Yi hanyalah tuan muda keluarga biasa, siapa bisa menyangka ternyata tunangan kedua orang ini semuanya adalah karakter wanita yang hebat. Berarti status kedua tuan muda itu juga tidak beda jauh.     

"Bawa barangmu dan pulang sana. Hari ini aku bisa melepaskanmu, tapi kamu jangan lupakan kata-kataku."     

Peringatan Lu Sheng membuat Bu Zheng teringat kembali dengan adegan Lu Sheng yang memukulnya, dia pun dengan panik mengambil keranjangnya dan pergi dengan buru-buru.     

Lu Sheng melihat Bu Zheng pergi dengan tatapan dingin, kemudian dia pun masuk ke dapur dan mulai memasak     

Setelah makan siang, dia pun pergi memotong bambu lagi, setelah pulang dia pun membentangkan semua batang bambu di halaman untuk mengeringkannya.     

Cahaya matahari akhir-akhir ini lumayan terik, hanya tiga hari terpapar cahaya matahari, batang bambu itu pun sudah berubah warna.     

Lu Sheng membangun sebuah gudang di samping dapur dan mulai menabur biji semangka.     

Hari ini Lu Zhou dan Shangguan Dian bermain lagi ke rumah tua keluarga Lu, katanya ingin makan udang karang. Lu Sheng juga tidak pelit, kini perkembang biakan udang karang sangat cepat, dua hari ini dia pun memikirkan untuk memelihara udang karang di ladangnya sendiri yang belum ditanami.     

Lu Sheng menyuruh Lu Zhou dan Shangguan Dian pergi memancing udang karang, sedangkan dirinya pergi menangkap kepiting sungai.      

Begitu selesai memasak, Chu Sihan, Shi Yi, dan Yun Ting pun datang. Kali ini selain mereka bertiga, masih ada Yu Mingyue dan Fu Sisi.     

Akhir-akhir ini di luar rumah tua keluarga Lu sering ada delman kuda yang parkir, dan penduduk desa sudah terbiasa dengan fenomena tersebut.     

Dua hari ini barang yang ditanamkan Lu Sheng sudah mulai bertunas. Ketika Lu Sheng melihat Chu Sihan dan yang lainnya datang, dia pun segera memperingatkan mereka dengan panik, "Kalian bisa melihatnya tapi jangan sampai menginjaknya, ya."     

Harta karun yang bisa membuat Lu Sheng kaya, rasanya hampir semuanya ada di sini.     

"Nona Lu, apa yang kamu tanam di dalam gudang itu?" Yu Mingyue menunjuk ke gudang semangka dan bertanya.     

"Aku menanam sesuatu yang enak dimakan." Lu Sheng mengedipkan mata sebelah terhadap Yu Mingyue.     

Yu Mingyue tersenyum, ketika dia membalikkan kepalanya, dia pun menemukan Shi Yi sedang tersenyum kepadanya. Wajah Yu Mingyue menjadi merah, lalu dia pun pergi mencari Fu Sisi untuk bermain.     

Lu Zhou dan Shangguan Dian melotot dengan sedih kepada Chu Sihan dan yang lainnya.     

"Putra Kaisar Ketiga, Tuan Shangguan, kalian… kenapa?" Shi Yi yang ditatap oleh tatapan dingin Lu Zhou dan Shangguan Dian pun merinding kedinginan.     

"Huh!" Lu Zhou mendengus dengan dingin, kemudian dia pun menolehkan kepalanya ke samping.     

Shi Yi tertegun, dia melihat Yun Ting, lalu kepada Chu Sihan, dia pun kebingungan, tidak mengerti apa yang sudah dia lakukan sampai menyinggung Lu Zhou dan Shangguan Dian.     

Chu Sihan menyipitkan bibirnya, tidak mengatakan apapun.     

Shangguan Dian berkata dengan tidak senang, "Kalau kalian datang lebih lambat, kami sudah bisa makan duluan." Coba lihat sekarang, orangnya bertambah, makanannya pun harus bertambah dan masih harus menunggu untuk waktu yang lama, Shangguan Dian pun merasa dirinya akan lapar.     

Lalu kenapa menggunakan kata "merasa", Itu karena Shangguan Dian sudah melewati masa Bigu, jadi dia tidak akan merasakan yang namanya lapar, makanya dia bisa mengatakan "merasa".     

"Ugh… hanya gara-gara ini?" Sudut bibir Shi Yi berkedutan. Dia tidak pernah menyangka Lu Zhou dan Shangguan Dian akan menyalahkan mereka hanya karena alasan seperti ini.     

Shangguan Dian mengatakan, "Nanti kalian tidak boleh makan udang karang itu, itu milik kami berdua."     

"Itu tidak bisa!" Shi Yi langsung mendemo. Alasan kenapa Shi Yi dan yang lainnya bisa ke sini juga karena udang karang.     

Shangguan Dian tersenyum, "Udang karang ini kami yang memancingnya, kalau kalian mau makan, pergilah pancing sendiri."     

Shi Yi tersenyum dengan licik, di dalam hatinya pun sudah memikirkan cara. Dia berjalan menuju dapur, Lu Zhou pun segera memberikan isyarat mata kepada Shangguan Dian. Shangguan Dian mengerti, dia pun segera menarik Shi Yi mundur, "Mau ke mana kamu?"     

Shi Yi melawan, "Tidak mau ke mana-mana, aku cuma mau melihat apa yang dimasakkan Nona Lu saja."     

"Kamu jangan mengira aku tidak tahu kalau kamu mau pergi mencuri udang karang. Aku menasehatimu sebaiknya kamu duduk diam, kalau tidak, jangan harap untuk memikirkan makan makanan yang lain."     

Shi Yi yang diperingatkan oleh Shangguan Dian pun melawan dengan marah, namun dia tetap tidak bisa melepaskan tangan Shangguan Dian.     

Fu Sisi dan Yu Mingyue yang melihat di samping pun tertawa, satu tertawa terbahak-bahak, satunya lagi menutup mulutnya dengan tangan dan tersenyum diam-diam.     

Lu Sheng melihat adegan ini dengan tidak berdaya, dia pun menggelengkan kepalanya dengan lemas.     

Tentu saja, setelah udang karang disajikan, semuanya dapat bagian, hanya saja bagian Lu Zhou dan Shanggian Dian berkurang.     

Semua orang yang sudah selesai makan pun berkumpul di bawah pohon dan menikmati teh.     

Penduduk yang berjalan melewati rumah tua keluarga Lu penasaran ingin mengintip ke dalam, namun tidak ada satupun yang berani masuk.     

"Guru, kamu layani mereka, aku mau pergi sebentar."     

"Aku ikut kamu." Chu Sihan berdiri, setelah dia menganggukkan kepalanya ke semua orang, dia pun berjalan ke samping Lu Sheng.     

Mata Lu Zhou menyapu Lu Sheng dan Chu Sihan, dia pun menganggukkan kepalanya dan mengatakan, "Pergilah, tapi jangan terlalu malam."     

Chu Sihan yang mengikuti Lu Sheng, mereka pun pergi ke beberapa rumah tetangga, dari percakapan Lu Sheng dan orang-orang itu, dia pun mengetahui bahwa Lu Sheng ingin menggali kolam.     

Di perjalan pulang, Chu Sihan baru bertanya pada Lu Sheng, "Kamu mau menggali kolam, untuk memelihara udang karang itu?"     

"Hmhh." Lu Sheng menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Kalau bisa, aku mau membangun lahan pertanian."     

"Lahan pertanian?" Chu Sihan berpikir sejenak, kemudian dia pun mengatakan, "Wisma Chu memiliki sebuah rumah besar di sekitar sini, di sana memiliki sebuah kolam yang besar. Sebelumnya digunakan untuk memelihara ikan, tapi sekarang sudah tidak lagi. Air kolam belum kering, di dalam juga masih ada beberapa ikan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.