Gadis Lugu Liar Galak

KAKAK SEPUPU, HE YAN



KAKAK SEPUPU, HE YAN

0"Mereka menganiaya kamu?" Lu Sheng melihat kondisi He Yan, dia pun segera menarik tangan He Yan dan bertanya.     
0

"Tidak sampai menganiaya." Setidaknya suami dan ibu mertuanya masih memberi makan, hanya saja pekerjaan rumah semuanya harus ditanggung He Yan sendiri. Karena ibu mertuanya tidak menyukai He Yan, jadi adik ipar He Yan pun menjalani kehidupan yang jauh lebih enak daripada He Yan.     

Lu Sheng mengerutkan keningnya, "Mana Kakak Ipar? Paman Zhang membantu keluarga mereka begitu banyak, mereka berani memperlakukan dirimu sampai segini?"     

Kalau Lu Sheng tidak salah ingat, He Zhang sering mengirim uang kepada He Yan. Secara logika, He Yan tidak seharusnya bisa hidup sesusah ini.     

"Hais…" He Yan menarik sebuah kursi dan duduk, dia pun menghelakan napasnya dengan lesu, "Semua ini gara-gara perutku yang tak berguna, aku sudah menikah selama satu tahun, tapi sampai sekarang masih belum hamil."     

"Tapi ini juga bukan alasan mereka jahat kepadamu." Lu Sheng mengerutkan keningnya, "Kamu di keluarga He mana pernah diperlakukan seperti ini? Mana Kakak Ipar, aku pergi mencarinya."     

He Yan menggelengkan kepalanya, "Dia… tidak datang."     

Sejak setengah bulan yang lalu He Yan sudah mendapatkan kabar He Qin mau menikah, dia juga sudah mengungkit masalah ini kepada Zhao Xian, namun suaminya ini selalu menghindarinya dengan cuek.     

Bahkan sampai hari keberangkatan pun, Zhao Xian masih mengatakan dia tidak mau datang, karena rumah sudah tidak ada uang lagi.     

He Yan sudah menikah ke keluarga Zhao selama satu tahun, ayahnya memberikan uang kurang lebih juga ada puluhan tael perak, namun Zhao Xian memberikan semua uang ini kepada ibunya, Bu Mao.     

Bu Mao adalah seseorang yang materialistis, lebih sering uangnya hanya akan masuk ke dalam kantongnya dan tidak akan dikeluarkan lagi. Kecuali kondisi rumah sudah kekurangan makanan sampai tidak memiliki sebutir beras lagi. Jika tidak, bahkan uang telur yang hanya beberapa koin perak saja Bu Mao tidak bersedia mengeluarkannya.     

He Yan pernah merundingkan masalah ini dengan Bu Mao, namun yang didapatkannya hanyalah penekanan Bu Mao yang lebih parah lagi.     

Sedangkan adik ipar He Yan memang tidak menyukai He Yan, jadi ketika dia melihat He Yan dianiaya ibu mertuanya, dia pun melebih-lebihkan kata di depan ibu mertuanya, membuat ibu mertuanya semakin tidak menyukai He Yan.     

Sekarang adik ipar dan ibu mertua satu suara, sama-sama menolak He Yan. Padahal keluarga He yang banyak membantu keluarga Zhao, namun malah menjadi "musuh" seluruh anggota keluarga Zhao.     

Sebelum He Yan menikah dengan Zhao Xian, He Zhang sudah sangat tidak setuju, namun sayangnya waktu itu He Yan dikelabui dengan kata-kata manis Zhao Xian, tidak memedulikan akibatnya, dia pun menikah dengan Zhao Xian.     

Kini, He Yan sungguh menyesalinya.     

"Orang seperti ini, kamu masih menurutinya? Ceraikan saja!" Dengan kondisi keluarga He, apa masih ada ketakutan jika tidak ada yang menikahi He Yan?     

He Yan tiba-tiba mengangkat kepalanya, setelah dia mengamati Lu Sheng yang di hadapannya, dia pun tersenyum, "Xiaosheng, kamu banyak berubah, ya."     

Lu Sheng yang dulunya kalau melihat orang asing maka wajahnya akan segera memerah itu, kini sudah berubah menjadi gadis dewasa yang tidak merendahkan diri sendiri lagi.     

Lu Sheng tersenyum, "Namanya manusia kan bisa berubah."     

Kemudian Lu Sheng menyimpan senyumannya, dengan serius dia menggenggam tangan He Yan dan berkata dengan serius, "Kak Yan'er, aku sangat serius, kamu masih muda, Zhao Xian bukanlah suami yang bisa kamu andalkan seumur hidup. Kamu baru menikah satu tahun dengannya dia sudah berani memperlakukan kamu seperti ini, apalagi nanti?"     

He Yan dengan panik melihat ke luar kamar, dia melihat semua orang sedang makan dan minum dengan senang, dia pun menghelakan napas lega.     

"Mudah kalau hanya bicara, aku mana mungkin bisa cerai begitu saja?" Wajah He Yan tampak muram, "Meskipun kakak iparmu setuju untuk cerai, ibu mertuaku juga tidak akan menyetujuinya."     

Terutama pada akhir-akhir ini uang yang diberikan keluarga He jauh lebih banyak beberapa kali lipat daripada sebelumnya, keuntungan sebesar ini mana mungkin dilepaskan oleh Bu Mao?     

Sebelumnya keluarga He masih memberikan beberapa puluh koin perak dalam satu bulan, kini setiap bulan menjadi tiga tael perak per bulan. Bagi keluarga Zhao yang mengandalkan uang keluarga He, tiga tael perak ini bagaikan harta yang sangat besar.     

"Kamu juga bodoh, uang yang diberikan Paman Zhang kenapa kamu berikan kepada mereka?"      

Tempat He Yan menikah adalah sebuah desa yang memiliki perjalanan tiga hari dari desa Anmu, bolak balik sangatlah tidak praktis. Dan Zhao Xian ternyata membiarkan He Yan pulang sendiri tanpa merasa khawatir, berarti dia sudah tidak menaruh He Yan di dalam hatinya lagi.     

"Aku tidak bisa tidak menyerahkannya." Mata He Yan menjadi merah, "Uang itu sama sekali tidak pernah datang ke tanganku."     

Lu Sheng membujuk dengan lembut, "Kali ini kamu sudah pulang, kamu jangan kembali dulu ke rumah mertuamu, nanti kita lihat lagi kondisi keluarga Zhao baru kita bahas masalah ini lagi."     

"Tapi kalau aku tinggal di sini terlalu lama, takutnya akan membangkitkan kecurigaan Ayah dan Kakek Nenek. Xiaosheng… Ini adalah perjalanan yang aku pilih, mau seberapa susahnya aku juga harus menerima." Dan He Yan pun tidak bisa bertahan lagi hingga akhirnya menangis.     

Lu Sheng merasa sangat pusing, dia benar-benar tidak menyangka sifat He Yan ternyata lumayan keras juga. Dia mengurut pelipisnya, dengan geram dia mengatakan, "Kak Yan'er, keluarga suamimu sudah memperlakukan dirimu sampai begini, apa kamu tidak merasa sedih?"     

"Sedih, tentu saja sedih." He Yan tersenyum dengan pahit, "Tapi, orang-orang keluarga Zhao bukanlah orang yang lemah, kalau sampai terlalu memaksakan mereka, takutnya akan melibatkan keluarga He."     

Lu Sheng mengangkat alisnya, "Kak Yan'er, kamu… baru sampai hari ini, kan?"     

He Yan menganggukkan kepalanya, "Iya, aku baru sampai. Aku melihat Paman Qin sekarang kehidupannya sangat bagus, aku pun sangat senang untuknya, tapi…" He Yan melihat lagi ke luar kamar, kemudian dia baru menurunkan volume suaranya dan bertanya pada Lu Sheng, "Xiaosheng, tunangan Paman Qin bukannya Zhang Xiaohua itu? Kenapa bisa menjadi Duan Xiang?"     

Setelah He Yan menikah, selain pulang di hari ketiga setelah menikah, dia sudah tidak pernah pulang lagi ke rumah keluarga He, itu artinya dia sudah satu tahun tidak pulang.     

He Zhang memiliki sifat yang diam, dia jarang menceritakan masalah rumah kepada He Yan, apalagi masalah seperti ini. Sebenarnya juga bukan He Yan yang tidak mau pulang, melainkan dia tidak memiliki uang.     

Dari desa suaminya menyewa delman kuda menuju desa Anmu, paling tidak harus menghabiskan satu tael perak, He Yan mana ada uang?     

Kali ini He Yan pulang, dia pun memainkan sebuah trik, menyuruh orang yang memberikan uang He Zhang kepadanya dan menyisakan satu tael perak untuknya, makanya He Yan akhirnya bisa pulang ke sini.     

Jadi sampai sekarang He Yan baru mengetahui bahwa orang yang dinikahi He Qin adalah Duan Xiang, bukan Zhang Xiaohua.     

"Keluarga Zhang tidak menyukai Paman Qin, katanya keluarga He sangat miskin jadi mereka pun mengajukan untuk membatalkan pernikahan tersebut." Ujar Lu Sheng.     

"Apa?" He Yan kebingungan, "Rumah Paman Qin bukannya sangat bagus?" Rumah batu bata yang luas, di halaman depan masih ada tanaman bunga, rumah He Qin sekarang sudah bisa dibandingkan dengan rumah orang kaya, kan?     

Kondisi rumah keluarga Zhang juga biasa-biasa saja, kenapa malah merendahkan keluarga He?     

Lu Sheng mengatakan, "Sebelum pernikahan tersebut dibatalkan, Paman Qin belum membangun rumah besarnya."     

"Ternyata begitu!" He Yan tertawa, "Berarti keluarga Zhang sekarang pasti sangat menyesal ya?"     

Lu Sheng ikut tertawa, dia pun menganggukkan kepalanya.     

Pada saat He Yan mengira dia sudah berhasil mengalihkan topik pembicaraan keluarganya, Lu Sheng malah membalikkan lagi topik pembicaraanya, "Kak Yan'er, aku rasa kamu harus memberitahukan masalahmu kepada Paman Zhang. Ada aku di sini, kamu jangan takut untuk melibatkan keluarga He."     

He Yan menghelakan napasnya, dengan sembarang dia menganggukkan kepalanya.     

"Kalian berdua kenapa masih duduk di sini?" Ketika Lu Sheng masih ingin mengatakan sesuatu, Bu Xu tiba-tiba berjalan masuk.     

"Meja kosong sudah ditambahkan, kalau kalian lambat, nanti tidak ada makanan lagi, ayo cepat keluar dan makan bersama." Bu Xu mengajak sambil tersenyum kepada Lu Sheng dan He Yan.     

"Nek." Lu Sheng berdiri, dia pun menyapa dengan senang.     

He Yan melihat Bu Xu datang, dia pun membereskan suasana hatinya dengan panik, dengan paksa dia berkata sambil tersenyum, "Nek, aku masih belum lapar."     

Setelah Bu Xu menyapa balik Lu Sheng, dia pun melihat pada He Yan, lalu dia pun mengerutkan keningnya, "Coba lihat kamu, kamu baru meninggalkan rumah satu tahun, kenapa sudah menjadi sekurus ini? Jangan-jangan Zhao Xian itu tidak memberikan makan kepadamu?"     

"Mana mungkin?" He Yan tersenyum, "Aku bahkan tidak pernah merasakan lapar."     

"Mana Zhao Xian?" Bu Xu melihat di dalam kamar, dengan dingin dia mengatakan, "Dia sedang makan di luar, ya? Sana, panggil dia ke sini, hari ini aku harus berbicara dengannya."     

Sebelum menikah cucunya ini masih cantik dan putih, kenapa begitu menikah selama satu tahun, justru menjadi seperti ini, apa keluarga Zhao itu terbuat dari arang?     

"Dia… ada urusan, jadi tidak bisa datang." He Yan menjawab dengan ragu-ragu.     

"Nek, Zhao Xian bukan tidak datang karena ada urusan, melainkan sama sekali tidak memikirkan untuk datang. Dan, kali ini Kak Yan'er bisa pulang, itu juga karena dia pulang diam-diam."     

Lu Sheng mengabaikan isyarat mata He Yan dan mengatakan yang sebenarnya kepada Bu Xu.     

He Yan mengira setelah Bu Xu mendengar masalah tersebut, dia akan mengamuk, namun ternyata Bu Xu hanya mengambil beberapa napas dalam, kemudian dengan tenang dia bertanya pada He Yan, "Benar seperti yang dikatakan adikmu?"     

"Ini…" He Yan membuka mulutnya, ekspresinya sangat tegang dan ragu-ragu.     

"Aku sudah tahu." Bu Xu dengan sakit hati mengelus kepala He Yan, "Cucuku yang baik, pergilah, mau masalah apapun, kita makan dulu baru nanti kita bahas lagi."     

He Yan menyipitkan bibirnya dengan sedih, air matanya pun mengalir keluar. Dia menghapus air matanya lalu dia pun menganggukkan kepalanya, "Baik."     

Lu Sheng melihat Bu Xu, dia pun menghelakan napasnya. Hari ini kalau bukan hari besar He Qin, dia merasa Bu Xu pasti sudah mengamuk.     

"Nek, aku dan Kak Yan'er keluar dulu."     

Bu Xu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Pergilah, hari ini kamu sudah lelah."     

Dari semalam sampai hari ini Lu Sheng masih belum sempat tidur. Dia sudah mencabut bulu ayam dan bebek bersama anak-anak, membantu membersihkan sayuran dengan ibu-ibu, dan membantu mengatur meja, pokoknya sibuk terus sampai semua tamu sudah duduk di atas kursi baru dia pergi istirahat.     

Bu Xu dan Bu Zhao sudah banyak kali menasehati Lu Sheng untuk pergi istirahat, namun meskipun Lu Sheng menjawab iya, dia tetap tidak berhenti bekerja.     

Setelah Lu Sheng dan He Yan pergi, Bu Xu baru berjalan keluar dan diam-diam pergi mencari He Hu serta memberitahukannya mengenai masalah He Yan.     

Setelah He Hu mengetahui masalah He Yan, dia pun berusaha menahan amarahnya. Dia bilang pada istrinya, "Masalah ini kamu jangan bilang pada A Zhang dan A Lai dulu, Xiaodong juga jangan. Semuanya, kita menunggu pernikahan A Qin selesai dulu baru kita bahas lagi."     

"Aku tahu." Bu Xu mengatakan, "Zhao Xian ini, waktu itu berjanji pada kita akan memperlakukan Yan'er dengan baik, sekarang malah…" Bu Xu sangat geram, "Aku pasti tidak akan melepaskan Zhao Xian ini!"     

"Sudah." He Hu memperingatkan istrinya, "Pelankan suaramu, jangan sampai kedengaran mereka."     

Bu Xu mendengus dengan dingin, kemudian dia pun membalikkan badannya dan pergi membantu melayani tamu.     

He Zhang dan He Qin sedang melayani meja Lu Zhou dan Chu Sihan serta yang lainnya.     

Ada yang bersulang dengan He Qin, namun mereka juga takut dengan status Fu Xianyun, jadi hanya bisa berkeliaran di tempat saja.     

Sedangkan He Qin juga mengerti, jadi setelah dia berbicara sebentar dengan Chu Sihan dan yang lainnya, dia pun pergi bersulang dengan para tetangga desanya.     

Meskipun kini keluarga He sudah menjadi kaya, namun tetap sangat ramah seperti sebelumnya. Terhadap para tetangga juga selalu damai dan baik seperti sebelumnya, bahkan sikap keluarga He ini membuat mereka semua merasa sangat tersentuh.     

Acara perjamuan ini berlangsung sampai malam hari baru selesai.     

Karena Lu Sheng masih ada urusan di rumah, jadi pada malam itu juga dia meninggalkan desa Anmu dengan Chu Sihan.     

Sebelum pergi, dia sengaja mencari He Yan untuk mengatakan sesuatu kepadanya, juga tidak tahu apakah He Yan akan mendengarkan nasehatnya.     

Tentu saja, ini tidak penting, yang penting kini Bu Xu sudah mengetahui masalah ini, maka Bu Xu pasti tidak akan membiarkan He Yan pulang ke rumah keluarga Zhao.     

"Capek?" Sejak duduk di dalam delman kuda, Lu Sheng pun terus menguap.     

Lu Sheng datang ke desa Anmu bersama Lu Ran dan kedua adiknya, kini saat dia pulang, dia justru naik satu delman kuda dengan Chu Sihan.     

Lu Sheng mendengar pertanyaan Chu Sihan, dia pun menganggukkan kepalanya, "Sedikit."     

"Kalau begitu tidurlah, nanti kalau sudah sampai akan aku bangunkan." Chu Sihan merangkul pundak Lu Sheng dan menepuk lengannya.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya dengan ringan, tidak lama kemudian, suara napas yang teratur pun terdengar di telinga Chu Sihan.     

Chu Sihan tersenyum, kemudian dia pun mematikan lampu lilin yang ada di dalam delman.     

Ketika Chu Sihan dan Lu Sheng tiba di desa Liuyue, waktu sudah menunjukkan jam tujuh malam lewat.     

Setelah Lu Zhou dan yang lain mengantar Lu Ran, Lu Jiang, dan Lu Xin ke rumah tua keluarga Lu, mereka pun ingin segera pulang ke kota. Sedangkan Lu Ran, karena besok pagi masih harus sekolah, dia pun mengikuti Lu Zhou pulang ke desa.     

Pada waktu Lu Sheng terbangun keesokan paginya, dia pun bangun dengan tergesa-gesa. Setelah memasak sarapan, dia pun langsung kembali bekerja.     

Biji cabai, biji semangka, kentang, ubi, dan tomat. Setelah Lu Sheng mengeluarkan semua barang ini dari gelang ruangannya, dia pun memulai pembibitannya.     

Lokasi pembibitan ada di halaman rumah tua Lu Sheng, dan kebetulan Bibi Yu dan Bu Fang datang mencarinya untuk ngobrol, dengan adanya dua orang yang membantu Lu Sheng, efisiensinya pun sangat meningkat.     

"Kamu ini ya, ternyata bisa mendapatkan barang-barang yang aneh seperti ini." Bu Fang melihat ke ubi jalar dan ubi ungu yang ada di dalam keranjang, dia pun merasa sangat baru.     

"Itu namanya ubi jalar dan ubi ungu, sama seperti kentang, bisa dijadikan makanan utama, tapi lebih enak daripada kentang." Setidaknya Lu Sheng lebih menyukai ubi daripada kentang.     

"Begitukah?" Bu Fang bercanda, "Nanti setelah tumbuh besar, ingat untuk menyisakan sedikit buat Bibi, ya."     

Bibi Yu mendengar kata-kata Bu Fang, dia pun ikut bercanda, "Juga ingat menyisakan sedikit buat Bibi, ya."     

Lu Sheng tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, "Pasti!"     

"Bagaimana cara menanam ini?" Bu Fang mengambil sebuah ubi jalar dan bertanya dengan bingung.     

"Mudah, langsung masukkan ke dalam tanah saja." Lu Sheng meletakkan cangkulnya dan langsung memberikan contoh kepada Bu Fang dan Bibi Yu.     

Setelah Bu Fang dan Bibi Yu melihat gerakan Lu Sheng, mereka pun menganggukkan kepalanya.     

A Yuan, Lu Jiang dan Lu Xin melihat gerakan Lu Sheng, mereka juga berlari kemari meminta bibit karena ingin membantu.     

Setelah selesai menanam ubi jalar, mereka pun lanjut dengan kentang.     

Lu Sheng menanam sendiri cabai dan tomat, dia mencarikan satu tempat yang agak sempit, dia pun menaburkan biji cabe dan tomat, dan menyebarkan batang padi yang tersisa dari tahun lalu di atasnya.     

Setelah selesai dengan semua ini, waktu pun sudah siang.     

Lu Sheng membuatkan teh untuk Bibi Yu dan Bu Fang, lalu dia juga memasakkan sedikit makanan.     

"Xiaosheng, kamu tidak menanam kantong yang di atas meja ini?" Bibi Yu menunjuk pada kantong kuaci biji semangka yang di atas meja itu.     

"Itu ya, belum." Lu Sheng tersenyum, "Itu nanti aku menanamnya."     

"Ini apa lagi?" Bu Fang bertanya dengan penasaran.     

Lu Sheng menggelengkan kepalanya, "Aku juga tidak tahu, harus tunggu panen baru bisa tahu."     

Di zaman ini tidak ada semangka, jadi Lu Sheng merasa malas untuk menjelaskannya.     

Setelah mengantar Bu Fang dan Bibi Yu pulang, Lu Sheng pun mengambil lagi arit dan keranjang bambu, bersiap akan naik gunung.     

Lu Jiang dan Lu Xin juga mau mengikuti Lu Sheng namun malah ditolak oleh Lu Sheng. Lu Jiang dan Lu Xin jug tidak marah, melainkan langsung keluar rumah mencari teman bermain.     

"Xiaosheng, kamu mau ke mana?" Begitu Lu Sheng keluar rumah, dia pun kebetulan bertemu dengan kepala desa yang entah pulang dari rumah siapa.     

"Paman, aku mau naik gunung sebentar."     

"Untuk apa kamu ke gunung?" Lu Sheng kini juga tidak kekurangan makanan, jangan-jangan Lu Sheng rindu dengan rasa sayuran liar itu?     

"Mau memotong bambu." Lu Sheng tiba-tiba teringat, dia sudah tinggal di zaman ini untuk waktu yang lumayan lama, namun dia sangat jarang naik ke gunung di belakang desa.     

"Memotong bambu?" Kepala desa tertawa, "Mau memotong tidak harus naik gunung, di dekat Sungai Qingshui sana sangat banyak. Semuanya milik Paman, mau potong seberapa banyak tinggal potong saja, kalau makan rebung juga bisa menggalinya."     

"Mana boleh begitu?" Lu Sheng berpikir sejenak, kemudian dia pun tersenyum, "Paman, atau kamu buka harga saja, biar aku juga bisa memotongnya dengan nyaman."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.