Gadis Lugu Liar Galak

HARI BESAR HE QIN



HARI BESAR HE QIN

0"Merurutmu?" Lu Sheng membungkukkan badannya memetik dua batang bunga krisantemum dan membuangnya ke dalam kolam, matanya menatap terus ke dalam kolam.     
0

Merasakan bengkokkan tongkat pancing, Lu Sheng pun mengangkat lagi tongkat pancingnya. Kali ini hasilnya lumayan, lima ekor sekaligus.     

"Tapi aku lihat mereka sepertinya tidak memiliki banyak daging, ya?" Kepala saja sudah begitu besar, mana ada daging? Mungkin bahkan tidak cukup untuk sesuap mulut Shi Yi.     

Lu Sheng menjelaskan,"Musim ini masih kurus, mungkin harus menunggu kira-kira sampai bulan kelima hingga ketujuh begitu."     

Kalau bukan karena Lu Zhou yang sedang menginginkannya, Lu Sheng juga tidak akan memanen udang ini.     

"Begitukah?" Shi Yi menjawab dengan ragu-ragu, kemudian dia pun melanjutkan makannya.     

Di halaman depan, setelah Chu Sihan dan Yun Ting selesai makan, mereka pun memberikan tugas cuci piring kepada Chu Yun, dan mereka berdua pun langsung ke halaman belakang.     

Ketika Chu Sihan melihat barang yang di dalam ember, dia pun mengangkat alisnya dan bertanya, "Jangan-jangan ini adalah udang karang yang kamu katakan?"     

"Benar." Lu Sheng tersenyum, "Kalau makan di musim sekarang kurang enak, terlalu kurus. Musim yang paling enak ada di sekitar bulan kelima sampai ketujuh begitu."     

Lu Sheng membalikkan kepalanya dan melihat Chu Sihan sambil tersenyum, "Tuan kalau mau makan, sebaiknya menunggu sampai saat itu."     

"Baik!" Chu Sihan menganggukkan kepalanya.     

"Apa yang dipelihara di kolam yang satu lagi?" Yun Ting menunjuk ke kolam lain dan bertanya.     

"Itu adalah kepiting sungai, musim ini masih belum banyak telurnya."     

"Ternyata kepiting sungai!" Yun Ting menganggukkan kepalanya, "Bulan sembilan paling enak."     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Benar."     

"Masih ada tongkat pancing?" Chu Sihan berdiri di samping Lu Sheng dan bertanya.     

"Tidak ada lagi." Waktu itu Lu Sheng hanya membuat satu buah saja.     

"Mau coba?" Lu Sheng menggoyangkan tongkat pancingnya dan tersenyum pada Chu Sihan.     

"Hmhh." Jawab Chu Sihan.     

"Ini." Tanpa ragu, Lu Sheng pun memberikan tongkat kepada Chu Sihan.     

Dan ternyata Chu Sihan sangat berbakat, hanya dalam waktu singkat dia sudah memancing setengah ember udang karang.     

"Tuan, cukup!" Lu Sheng melihat Chu Sihan masih mau melanjutkannya, dia pun segera menghalanginya      

Chu Sihan mendengar kata-kata Lu Sheng, dia yang belum puas memancing pun hanya bisa menyimpan tongkat pancing.     

Lu Sheng tersenyum pada Chu Sihan dan yang lain, "Ayo kita pulang ke kota, nanti aku masakkan untuk kalian."     

Chu Yun mendengar ada makanan enak, dia pun segera maju dan mengajukan diri untuk membawakan ember udang karang.     

Setelah pulang ke kota, Lu Sheng pun langsung membawa Chu Sihan dan yang lainnya ke wisma Lu.     

Lu Ran dan He Lai belum pulang sekolah, sekarang di dalam rumah keluarga Lu hanya tersisa Lu Zhou, Shangguan Dian dan kedua adik Lu Sheng saja.     

Lu Sheng menyuruh semua orang duduk dulu, sedangkan dia membawa udang karang ke dalam dapur dan mulai memasak.     

Setelah menyajikan udang karang di atas meja, Lu Sheng baru menemukan Youming yang masih ada di rumah semalam, hari ini sudah tidak kelihatan.     

"Tuan Tianxi ke mana?"     

"Sudah pulang ke dunia… pulang ke rumah." Shangguan Dian menatap ke makanan yang di atas meja, dia pun hampir mengatakan Youming telah pulang ke dunia siluman, untungnya dia masih bisa memutar balik kata-katanya.     

"Kalian makan dulu, aku pergi berkemas." Ujar Lu Sheng.     

Lu Zhou mengerutkan keningnya, "Mau ke mana?"     

"Aku mau pulang ke desa dan tinggal untuk sementara waktu." Jawab Lu Sheng. Kemudian dia pun pergi tanpa menoleh balik.     

Lu Zhou melihat belakang punggung Lu Sheng, dia pun melihat kepada Chu Sihan, "Dia bukannya baru pulang dari sana?"     

Chu Sihan menjawab, "Katanya mau mencari orang untuk membajak tanahnya, jadi dia harus pulang ke sana untuk sementara waktu."     

Lu Zhou menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya, "Anak ini tidak bisa duduk diam."     

Lu Xin dan Lu Jiang mendengar Lu Sheng mau pulang ke desa, mereka juga memikirkan untuk makan makanan enak lagi, mereka langsung meloncat turun dari kursi dan mengejar Lu Sheng.     

Ketika Lu Sheng sedang mengemas bajunya, dari luar pintu kamarnya tiba-tiba terdengar suara langkah kaki. Lu Sheng melihat ke luar dan menemukan Lu Xin dan Lu Jiang sedang berlari ke arahnya.     

"Kak Sheng, Kak Sheng!"     

"Pelan-pelan, jangan sampai jatuh." Lu Sheng memperingatkan mereka sambil tersenyum, kemudian dia pun kembali ke kamar untuk mengemas.     

"Kak Sheng, kami juga mau pulang ke desa!" Lu Jiang menggandeng tangan Lu Xin, kedua pasang mata ini menatap terus kepada Lu Sheng.     

Lu Jiang dan Lu Xin sudah pindah ke kota untuk beberapa waktu. Di dalam kota tidak ada yang seru, kebanyakan kalau tidak belajar bersama Lu Ran, maka biasanya berlarian di dalam rumah saja.     

Musim ini adalah musim sibuk para petani, anak-anak juga ikut bermain ke ladang, ada yang menangkap ikan, ada juga yang bermain lumpur, memang jauh lebih seru daripada kota.     

"Boleh, kalau mau pulang ya pulang."     

"Wah! Pulang pulang!" Lu Jiang dan Lu Xin bertepuk tangan dengan senang sambil meloncat ke sana kemari.     

Lu Sheng tersenyum, setelah dia membereskan barangnya, dia pun masuk ke kamar kedua adiknya dan membereskan baju mereka.     

Ketika Lu Sheng membawa kedua adiknya kembali ke lobi, di atas meja hanya tersisa kulit udang karang saja.     

"Nanti Guru yang membereskan meja, aku masih ada urusan, mau langsung pulang ke desa."     

"Biar aku yang mengantarmu saja." Ketika Chu Sihan mau berdiri, Lu Sheng malah melambaikan tangannya dan menolak, "Tidak perlu Tuan, kamu baru saja pulang, kalau mengikuti aku ke desa lagi, kamu pasti lelah."     

"Tidak lelah." Chu Sihan menolehkan kepalanya kepada Chu Yun yang masih menjilat jempolnya, "Chu Yun, aku dan Nona Lu akan ke desa Liuyue, nanti jam enam kamu bisa datang menjemputku."     

"Baik, Tuan!" Chu Yun mendengar Chu Sihan memanggilnya, dia pun segera berdiri dan menerima perintah.     

"Xiaosheng, besok Paman dan gurumu akan menjengukmu ke sana, kamu siapkan lagi udang karang, ya?" Shangguan Dian membersihkan tangannya sambil meminta kepada Lu Sheng.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Baik, tapi kalian jangan datang setiap hari, ya."     

Tidak memerlukan Shangguan Dian, cukup Lu Zhou seorang sudah bisa memakan habis udang karangnya.     

Sepertinya Lu Sheng harus mencarikan orang menggali beberapa kolam lagi, kalau tidak jangankan mau menjualnya, cukup menyuap beberapa orang ini saja sudah tidak cukup.     

Shangguan Dian tertawa, dia tidak mengatakan iya, juga tidak mengatakan tidak.     

Lu Sheng tersenyum, kemudian berkata pada Chu Sihan, "Tuan, ayo kita jalan."     

"Hmhh." Ujar Chu Sihan.     

Lu Sheng pergi ke pasar membeli nasi dan mie, lalu dia beli lagi daging dan sayur-sayuran, lalu beberapa set alat makan. Ketika mereka sampai di desa Liuyue, waktunya sudah jam tiga sore.     

Anak-anak tidak bisa mengingat sesuatu untuk waktu yang lama, kini sudah tidak ada yang menertawakan Lu Jiang dan Lu Xin, jadi segerombolan anak-anak pun bisa bermain sama-sama lagi.     

Bibi Yu mendengar Lu Sheng pulang lagi ke desa, dia pun langsung membawa A Yuan datang main ke rumah tua Lu Sheng. Namun ketika Bibi Yu melihat Chu Sihan, dia pun menjadi sangat tidak nyaman, dia duduk sebentar saja sudah pulang lagi ke rumahnya.     

Status Chu Sihan di desa Liuyue sudah bisa dikatakan bukan rahasia lagi, ini juga kenapa ketika Chu Sihan sering kali muncul bersama Lu Sheng, namun tidak ada yang berani menggosipkan masalah Lu Sheng.     

Lu Sheng yang sedang mencuci panci melihat Chu Sihan sedang duduk di bawah pohon yang baru tumbuh, dia pun langsung memanggilnya sambil tersenyum, "Tuan, kalau kamu merasa bosan bisa jalan-jalan ke sekitar, aku akan masak dulu."     

Chu Sihan menggelengkan kepalanya, "Ada kamu, jadi tidak membosankan."     

Ekspresi Lu Sheng tertegun sejenak, kemudian dia pun melihat pada Chu Sihan dengan malu-malu, dia segera kembali melanjutkan pekerjaannya.     

Chu Sihan tertawa ringan, dia menopang dagunya dengan tangan, tanpa mengedipkan mata dia menatap pada Lu Sheng. Dia merasa hari damai seperti ini lumayan bagus juga.     

Tunggu kedepannya Chu Sihan turun dari jabatannya, membawa Lu Sheng pulang kampung, lalu melahirkan dua orang anak, kemudian menjalankan kehidupan pagi bekerja, malam istirahat.     

Ketika Chu Sihan membayangkan adegan tersebut, dia pun tersenyum tanpa sadar.     

"Ada yang bisa aku bantu?" Chu Sihan melihat Lu Sheng sibuk sendirian, dia pun tidak bisa duduk diam lagi.     

"Tuan bisa memotong daging?" Lu Sheng meletakkan baskom sayur di atas talenan batu, kemudian memiringkan kepalanya dan bertanya pada Chu Sihan.     

Chu Sihan menganggukkan kepalanya, "Bisa, mau memotong tipis atau memotong sepotong-sepotong?"     

Lu Sheng menunjuk ke satu potongan besar daging perut yang di dalam baskom itu, dia pun tersenyum, "Potong balok-balok yang ukurannya sama, tuan seharusnya pernah makan babi semur merah, kan?"     

"Hmhh." Chu Sihan menjawab, lalu dia pun langsung turun tangan membantu Lu Sheng.     

Chu Sihan dan Lu Sheng sibuk sepanjang sore, akhirnya selesai memasak delapan hidangan dan satu sup. Lu Sheng takut orangnya banyak, jadi dia pun memasak dalam jumlah yang sangat banyak.     

"Tuan, kamu duduk dulu, aku pergi ke rumah kepala desa dulu."     

"Baik!" Kali ini Chu Sihan tidak mengatakan mau mengikuti Lu Sheng.     

Lu Sheng meninggalkan rumah sementara waktu, ketika dia pulang, tidak hanya kepala desa, di belakangnya masih ada tiga belas orang pria paruh baya. Sepertinya semuanya adalah orang yang tulus.     

"Tu… Tuan!" Ketika kepala desa melihat Chu Sihan, dia pun terkejut terlebih dahulu, kemudian dia pun segera memberi hormat kepadanya, "Hormat Tuan Chu!"     

Ketiga belas pria paruh baya mendengar kata-kata kepala desa, mereka pun juga segera memberikan hormat kepada Chu Sihan.     

Chu Sihan menganggukkan kepalanya, lalu dia pun mengatakan, "Kalian tidak perlu sungkan, ayo silahkan duduk semuanya."     

Kepala desa dan ketiga belas pria itu pun duduk di atas kursi dengan gelisah. Ketika mereka melihat makanan yang di atas meja, mereka pun terkejut. Mereka semua sudah mengetahui bahwa kehidupan keluarga Lu sudah berbeda dengan sebelumnya.      

Mereka juga mengetahui makan malam hari ini akan sangat bagus, namun mereka tidak menyangka akan segitu bagus. Di atas meja ada daging ayam, bebek, ikan, dan daging babi. Mau di hari perayaan Imlek pun, mereka juga tidak berani makan seenak ini.     

Keluarga Lu yang sebelumnya bahkan tidak rela mau makan beras, kini ikan dan daging disajikan begitu saja tanpa ragu-ragu.     

Lu Sheng menyajikan nasi dan langsung menyambut semua orang untuk makan, "Semuanya ayo cepat makan, tidak enak kalau lauknya menjadi dingin!"     

Semua orang mendengar kata-kata Lu Sheng, namun malah tidak ada yang mengambil sumpit, melainkan melihat kepada Chu Sihan.     

Chu Sihan menuangkan diri sendiri secangkir arak, dia bersulang kepada kepala desa dan ketiga belas pria itu, "Di sini saya menyulang secangkir arak ini kepada kalian semua, terima kasih kalian semua bisa datang membantu Shengsheng."     

"Tuan terlalu sungkan, kami semuanya satu desa, saling membantu itu harus."     

"Benar!"     

…     

Semua orang pun berkata satu per satu, namun juga sambil bersulang balik kepada Chu Sihan.     

Lu Sheng tersenyum, dia pun keluar rumah mencari kedua adiknya, ingin memanggil mereka pulang untuk makan. Sekalian membawakan sedikit makanan untuk keluarga Liang.     

Liang Ping dan Bu Chen tidak ada di rumah, katanya mereka pulang ke desa Chenjia membantu menanam padi, mungkin akan kembali larut malam. Jadi kini di rumah keluarga Liang hanya tersisa Bibi Yu dan A Yuan saja.     

Awalnya Lu Sheng ingin mengundang Bibi Yu dan A Yuan makan di rumahnya, namun Bibi Yu mengatakan di rumah Lu Sheng semuanya laki-laki, kurang cocok kalau dia pergi sendiri.     

Di rumah tua keluarga Lu, Chu Sihan makan sampai setengah, Chu Yun pun sudah datang menjemputnya. Chu Sihan bersulang lagi untuk yang terakhir kalinya dengan semua orang, baru dia berpamitan pada Lu Sheng.     

Setelah mengantar pergi Chu Sihan, tidak lama kemudian semua orang pun selesai makan. Lu Sheng menyuruh mereka datang lagi besok, dia akan membawa mereka ke tanahnya. Setelah semua orang menyetujui kata-kata Lu Sheng, mereka pun pulang.     

Keesokan harinya, Lu Sheng bangun pagi-pagi.     

Begitu Lu Sheng selesai memasak bubur daging tanpa lemak, ketiga belas pria itu pun sudah datang ke rumah Lu Sheng sambil membawa kerbau mereka.     

Setelah makan bubur, Lu Sheng pun membawa mereka semua ke tanahnya.     

Satu hari ini, tiga belas orang membajak empat puluh hektar tanah. Meskipun tidak secepat mesin yang digunakan Lu Sheng di masa lampau, namun sudah lebih cepat daripada perkiraan Lu Sheng.     

Sore ini, Lu Zhou dan Shangguan Dian pun datang ke rumah tua keluarga Lu, tapi Lu Sheng tidak memasakkan udang karang untuk mereka, karena dia tidak memiliki waktu.     

Lu Zhou dan Shangguan Dian juga tidak marah, bahkan mengambil inisiatif membantu Lu Sheng bekerja. Tiba di malam hari, Lu Zhou dan Shangguan Dian juga ikut makan dan minum bersama semua orang, mereka duduk sampai jam sepuluh malam baru pulang ke kota.     

Pada hari kelima, tanah Lu Sheng pada dasarnya sudah selesai dibajak. Kemudian Lu Sheng pun mencari lagi orang penebang pohon untuk membuat pagar.     

Setelah semua kesibukan ini, Lu Sheng bahkan sengaja membeli dua ekor babi dari keluarga desa yang memelihara babi. Dia mengundang ketiga belas pria itu dan keluarganya, dan para tetangga yang hubungannya agak baik untuk makan di rumah.     

Mereka semua mendengar Lu Sheng mau membunuh babi, mereka semua pun menawarkan diri untuk membantu. Dalam seketika rumah Lu Sheng pun sangat ramai.     

"Xiaosheng, kamu sekaligus membajak seratus hektar tanah, tapi kamu juga tidak menanam sesuatu, bukannya sia-sia?" Salah satu dari ketiga belas pria itu bertanya dengan heran.     

Lu Sheng tersenyum, "Aku hanya ingin membalikkan tanah, dan kemudian membaliknya lagi ketika saya menanam, aku akan mengeringkan gulma terlebih dahulu."     

Tanah yang dimiliki Lu Sheng sebagian besar tidak pernah digunakan untuk menanam, hanya dua puluh hingga tiga puluh hektar yang pernah digunakan untuk menanam. Agar nanti bisa membajak lebih gampang, dia pun menyuruh orang membajak terlebih dahulu.     

Orang itu menganggukkan kepalanya dengan mengerti, "Ternyata begitu!"     

"Eh, Xiaosheng, kamu membeli begitu banyak tanah, memangnya akan menanam apa?" Ada seorang ibu sangat penasaran.     

"Menanam barang bagus." Lu Sheng tersenyum dengan misterius, "Nanti Bibi harus ingat untuk datang membantu, ya."     

Bibi itu mendengar kata-kata Lu Sheng, dia pun tertawa terbahak-bahak sambil menganggukkan kepalanya, "Pasti, pasti!"     

Setelah pesta pembunuhan babi, dua hari kemudian pun adalah hari besar He Qin dan Duan Xiang.     

Satu hari sebelum pernikahan, Lu Ran sudah pulang ke desa, bersama Lu Sheng, Lu Jiang dan Lu Xin pergi ke desa Anmu.     

Hari kedua pada saat acara perjamuan, Lu Zhou, Shangguan Dian, Chu Sihan, dan Fu Xianyun pun datang. Mereka bahkan membawakan banyak hadiah, dan adegan ini dilihat oleh keluarga Zhang, mereka pun sangat menyesal.     

Tidak mengungkit yang lain, cukup Fu Xianyun saja. Fu Xianyun sangat terkenal dengan ramah tamahnya, jadi hampir semua penduduk Huangyang kenal dengan Fu Xianyun. Begitu Fu Xianyun muncul di rumah keluarga Qin, jangankan keluarga Zhang, bahkan penduduk lainnya pun sangat kaget.     

Mereka semua berbisik secara pribadi, mengatakan kini keluarga He sudah bukan keluarga He yang lalu.     

Juga ada beberapa yang menertawakan keluarga Zhang secara diam-diam, mengatakan kalau keluarga Zhang tidak begitu licik, mungkin kini yang masuk ke keluarga He menikmati kehidupan baik itu bukan Duan Xiang, melainkan adalah Zhang Xiaohua.     

Namun meskipun para penduduk desa sedang membisikkan masalah ini, namun suara mereka tidaklah kecil, di mana membuat Bu Luo yang bermuka tebal datang untuk makan gratis itu mendengar kata-kata ini.     

Bu Luo pun sangat marah sampai langsung pulang ke rumah tanpa makan terlebih dahulu. Namun mengenai kepergian Bu Luo, tidak ada yang memedulikannya.     

Keluarga He yang sebelumnya tidak ada yang berani mendekati, karena terlalu miskin, kebanyakan mereka masih harus meminta bantuan kepada keluarga He Hu. Namun kini sudah berbeda, kedua keluarga ini pada dasarnya sudah setara keadaan ekonominya.     

"Kamu adalah… Xiaosheng?" Lu Sheng yang jarang-jarang bisa duduk istirahat di tengah kesibukan, ketika dia sedang duduk di dalam kamar meminum teh, tiba-tiba ada suara yang lembut terdengar dari luar.     

Lu Sheng mengangkat kepalanya dengan aneh, dia pun melihat keluar, lalu dia pun menemukan ada seorang perempuan berkulit hitam, berbadan kurus, namun memiliki wajah yang cantik sedang berjalan masuk ke dalam.     

"Kamu adalah… Kak Yan'er?" Lu Sheng bertanya dengan ragu kepada perempuan yang di hadapannya.     

Perempuan itu pun menganggukkan kepalanya dengan senang, "Ini aku!"     

"Kak Yan'er, kamu…" Kenapa bisa menjadi seperti ini?     

Lu Sheng benar-benar tidak berani percaya, orang yang di depan matanya ini ternyata adalah He Yan yang menjadi kesayangan semua anggota keluarga He, yang tidak rela membiarkannya bekerja keras itu.     

He Yan yang sebelumnya, selain menyulam, He Zhang hampir tidak rela membiarkannya bekerja apapun.     

Dan di dalam kesan pemilik asli, kakak sepupu yang usianya hanya dua bulan lebih tua darinya ini, bagaikan nona muda keluarga kaya yang di dalam kota Huangyang.     

"Panjang ceritanya." He Yan tersenyum dengan pahit, "Sebelumnya aku sudah harus mematuhi kata-kata Ayah dan Nenek, jangan menikah ke tempat yang jauh."     

Sebelumnya He Yan ingin pulang ke desa Anmu, namun suaminya selalu menggunakan alasan sibuk, bersikeras tidak melepaskannya pulang.     

Ibu mertua He Yan apalagi, setiap hari hanya bisa menyuruh He Yan untuk mengerjakan ini itu, dan dia sendiri malah duduk bersama temannya menggosip, mengatakan kata-kata jahat mengenai menantunya kepada orang lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.