Gadis Lugu Liar Galak

HUKUMAN



HUKUMAN

1Chu Sihan mengamati penampilannya, lalu melihat lagi Fu Sisi. Sepanjang perjalanan ini, Chu Sihan memikirkan dirinya sangat kotor dan ingin pulang untuk mandi dulu sebelum pergi menemui Lu Sheng.     
1

Namun kini Fu Sisi malah mengatakan ingin pergi ke restoran Lu? Chu Sihan dan Fu Sisi pulang ke Huangyang bersamaan, Chu Sihan menginginkan orang pertama yang dilihat Lu Sheng adalah dirinya, bukan orang lain.     

Walaupun orang lain itu adalah adik sepupunya, itu juga tidak boleh.     

"Chu Yun, kamu antar dulu barang-barangku ke wisma Chu. Aku dan Sisi sama-sama berangkat ke restoran Lu."     

"Baik!" Chu Yun mendapat perintah, dia pun segera membawa delman kuda pulang ke wisma Chu.     

Fu Sisi mengangkat alisnya dan melihat Chu Sihan, "Kak Sihan, kamu bukannya mau pulang ke rumah?"     

"Aku tiba-tiba merasa sedikit lapar, kini kamu mau ke restoran Lu, kalau begitu kita sama-sama saja." Chu Sihan berkata dengan tenang, seolah-olah dia benar-benar sedang lapar.     

Tetapi Fu Sisi mengingat dua jam yang lalu, mereka baru saja makan di sebuah penginapan. Mereka makan cukup banyak, mana mungkin lapar dalam waktu singkat? Sepertinya tujuan Chu Sihan bukan untuk makan, ya?     

Fu Sisi menyipitkan bibirnya dan tersenyum.     

Fu Sisi melihat Kepala Polisi Wang, "Kepala Wang, ya? Kalau begitu kamu cukup menyuruh orang pindahkan barangku dari delman ke dalam kamar saja, sedangkan aku akan mengikuti Kak Sihan ke restoran Lu."     

Kepala Polisi Wang menganggukkan kepalanya, "Apakah perlu hamba menyiapkan delman untuk kalian?"     

"Bo…" Ketika Fu Sisi ingin menjawab "Boleh", Chu Sihan sudah menjawab duluan, "Tidak perlu, tidak jauh."     

"Baik!" Kepala Polisi Wang memberikan hormat, kemudian dia pun pergi dan sibuk dengan barang Fu Sisi.     

Chu Sihan pun segera membawa Fu Sisi keluar.     

Ini pertama kalinya Fu Sisi datang ke Huangyang, sehingga dia pun sangat penasaran dengan lingkungan sekitar. Sepanjang jalan dia menoleh ke sana ke mari, melihat ke segala arah. Namun Chu Sihan malah menjadi semakin tidak sabar, "Kamu kalau mau jalan-jalan di Huangyang, lain kali aku akan membawamu keluar lagi."     

Chu Sihan ingin cepat-cepat melihat wajah Lu Sheng.     

Fu Sisi mencibir, dia sangat mengerti isi hati Chu Sihan itu.     

Lima belas menit kemudian.     

"Sudah sampai!" Fu Sisi melihat papan nama restoran yang menulis nama "Restoran Lu", kedua matanya pun berbinar-binar. Ketika dia mau berjalan masuk, Chu Sihan sudah mendahuluinya satu langkah.     

Fu Sisi terdiam… Jika orang lain melihatnya, pasti akan mengira Fu Sisi adalah saingan Chu Sihan…     

"Selamat datang!" Lu Sheng sedang menghitung tagihan tamu, dari sudut matanya melihat ada yang masuk ke restoran, dia pun berteriak tanpa mengangkat kepalanya.     

"Ehem!" Chu Sihan berdiri di samping dan berdehem.     

Lu Sheng mendengar suara yang familier, dia pun memiringkan kepalanya dan melihat Chu Sihan sedang melihatnya dengan senang.     

Lu Sheng tertegun sejenak, kemudian dia pun tersenyum dengan senang, "Tuan! Kamu kapan tibanya?"     

Chu Sihan malah mengerutkan keningnya dan membenarkan, "Sihan." Dia tidak menyukai Lu Sheng menggunakan nada bicara sungkan dengannya.     

Lu Sheng tertawa, dia berjalan menuju Chu Sihan, ketika dia mau mengatakan sesuatu, dia pun melihat Fu Sisi berjalan masuk.     

"Nona Fu juga datang?" Lu Sheng melihat belakang Fu Sisi, dengan heran dia mengatakan, "Tuan Shi dan Tuan Yun mana?"     

Fu Sisi tersenyum, "Mereka pergi ke penginapan, mungkin sebentar lagi juga akan ke sini."     

"Oh." Lu Sheng menunjuk ke arah tempat duduk Fu Xianyun, "Hakim Fu dan Nyonya Muda Fu sedang duduk di sana."     

Fu Sisi melihat ke arah yang ditunjuk Lu Sheng, dia melihat Fu Xianyun sedang menyuap Fu Shuo makan. Sedangkan Yu Linglong sedang makan dengan fokus. Mereka berdua sama-sama tidak menyadari keberadaan Fu Sisi.     

"Nona Lu, aku pergi mencari kakakku dulu, kalian duluan."     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, setelah Fu Sisi membalikkan badannya, Lu Sheng baru menarik kembali tatapannya.     

"Tuan Chu sudah pulang, ya!" He Lai melihat Chu Sihan, dia pun menyapanya dengan senang.     

Chu Sihan menganggukkan kepalanya kepada He Lai, "Mohon Paman Lai menjaga resepsionis sebentar, ada yang mau aku bicarakan dengan Shengsheng."     

"Paman?!" He Lai berteriak dengan kaget.     

Chu Sihan mengangkat alisnya, dengan serius dia bertanya kepada He Lai, "Shengsheng adalah istriku di masa depan. Sedangkan Paman Lai adalah paman Shengsheng, tidak salah jika aku memanggilmu Paman, kan?"     

Lu Sheng terdiam… Chu Sihan benar-benar tidak tahu malu, ya…     

"He… hehe…" He Lai menekan perasaannya yang sudah melayang itu, dengan lugu dia menganggukkan kepalanya, "Sesuai keinginan Tuan Chu saja?" Juara ujian nasional termuda negara Xuanyue, Tuan Magistrat termuda negara Xuanyue, kini dia memanggilnya sebagai paman?!     

Kata-kata Chu Sihan ini jika He Lai membicarakan kepada anak-anak yang belajar di sekolah itu, mereka pasti tidak akan mempercayainya.     

"Tuan mau membicarakan apa dengan Lu Sheng, silahkan saja. Bahkan tidak kembali juga tidak masalah, di sini ada aku, tidak akan terjadi masalah." He Lai melambaikan tangan dengan senang hati, mengisyaratkan Chu Sihan boleh membawa pergi Lu Sheng.     

'Paman Lai, bisakah Anda jangan begitu gampang dihibur?' Lu Sheng menopang dahinya.     

'Satu kata "Paman Lai" sudah menjual keponakanmu, di mana pendirian Anda itu?'     

"Terima kasih Paman Lai!" Chu Sihan mengatakan.     

He Lai segera melambaikan tangannya kepada Chu Sihan, "Tidak usah, tidak usah, kalian pergi saja."     

Chu Sihan menganggukkan kepalanya. Lalu dia memberikan isyarat tangan kepada Fu Xianyun yang mau berjalan menuju ke arahnya, kemudian dia pun menggandeng tangan Lu Sheng dan membawanya keluar.     

"Eh?" Fu Xianyun mengerutkan keningnya, "Kok sudah pergi begitu saja?"     

"Kak Sihan sudah lama tidak bertemu dengan Nona Lu, tentu saja memiliki banyak hal yang ingin dibicarakan dengan Nona Lu." Tangan Fu Sisi mengambil sumpit, matanya menatap ke dimsum yang bentuknya berbeda-beda itu, dia merasa sangat menarik.     

"Bibi, makan ceker ayam, enak." Fu Shuo mendorong ayam ceker kesukaan Yu Linglong ke hadapan Fu Sisi.     

Wajah Fu Sisi segera mengerut, dengan enggan dia mengatakan, "Ini bisa dimakan?"     

"Warna yang indah, kulit yang garing, daging yang empuk, dijamin sangat enak!" Yu Linglong menyumpit sebuah ceker dan menggigitnya, dia memakan dengan nikmat.     

Fu Sisi mengulurkan sumpitnya ke ceker ayam tersebut, setelah ragu-ragu untuk waktu yang lama, akhirnya dia menyumpit sebuah ceker.     

Fu Sisi melihat Yu Linglong memakan ceker dengan cepat, dia pun menelan ludahnya, dan mencoba satu gigitan kecil.     

Selama lima belas tahun, ini pertama kalinya Fu Sisi mencoba memakan ceker ayam, dan ternyata rasanya lumayan enak.     

Sehingga pertempuran ayam ceker pun dimulai.     

Lu Sheng dibawa pergi dari restoran Lu oleh Chu Sihan, tanpa tujuan mereka berjalan di jalan besar.     

"Tuan, kita mau ke mana?" Chu Sihan bukan mau membawanya belanja, kan?     

Chu Sihan tidak menjawab, dia membawa Lu Sheng masuk ke sebuah gang kecil. Dan belum sempat Lu Sheng merespon, dia sudah menekan Lu Sheng ke dinding.     

Lu Sheng mengangkat kepalanya dengan tertegun, dengan heran dia melihat Chu Sihan, "Tu… Ugh…"     

Mulut Lu Sheng segera dicium oleh Chu Sihan ketika dia akan mengatakan sesuatu.     

Ciuman Chu Sihan kadang kasar, kadang lembut, sampai Lu Sheng terjatuh ke dalam pelukannya bagaikan air, Chu Sihan baru melepaskan Lu Sheng.     

Napas yang terengah-engah sudah terjalin, dan sudah tidak dapat membedakannya lagi.     

"Ini adalah hukuman, ke depannya ingat memanggil namaku." Ibu jari Chu Sihan menyentuh bibir Lu Sheng dengan lembut, dia berkata dengan suara serak.     

Kedua mata Lu Sheng berkabut, kini dia sedang melihat Chu Sihan dengan tertegun di mana membuat dirinya tampak kasihan.     

Chu Sihan yang mengubah rasa kangennya menjadi ciuman yang dalam, kini berusaha menahan keinginannya untuk mencium Lu Sheng sekali lagi. Dia menempelkan ujung hidungnya ke dahi Lu Sheng, dengan suara serak dia bertanya, "Mengerti?"     

Lu Sheng mengedip-ngedipkan matanya, dia menarik kembali tangannya yang entah sejak kapan merangkul di leher Chu Sihan itu. Wajahnya kini sangat merah.     

Lu Sheng menekan detak jantungnya yang meloncat kencang itu, dia melihat ke bawah dan menganggukkan kepalanya.     

Chu Sihan tertawa ringan, suasana hatinya sangat senang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.