Gadis Lugu Liar Galak

DASAR TIDAK TAHU MALU



DASAR TIDAK TAHU MALU

0"Shengsheng." Chu Sihan tiba-tiba memanggil Lu Sheng. Suaranya terdengar lembut.     
0

"Iya?" Lu Sheng melihat Chu Sihan dengan heran.     

Chu Sihan berdiri secara perlahan. Ia melangkah tepat ke hadapan Lu Sheng. Keduanya berdiri tegak berhadapan. Cahaya merah yang terlihat di mata Chu Sihan kini tampak terang dan jelas, "Aku tahu kalau kamu menyukaiku yang tegas dan kaku. Namun di depanmu, aku tidak ingin menjadi seseorang yang kaku."     

Belum sempat Lu Sheng mencerna kata-kata Chu Sihan, tiba-tiba pinggangnya dipeluk. Sementara bibirnya menempel erat dengan bibir Chu Sihan.     

Lu Sheng melotot. Sumpit yang ada di tangannya pun terjatuh ke lantai.     

Lu Sheng merasa jantungnya kacau, tidak bisa dikendalikan, dan berdebar dengan kencang. Seolah-olah jantungnya mau meloncat keluar dari rongga dadanya.     

Awalnya Chu Sihan hanya ingin mencium ringan satu kali saja dan langsung melepaskan Lu Sheng. Namun, sekali menyentuh bibir Lu Sheng, dia seolah-olah ketagihan dengan perasaan yang ia dapatkan. Hal ini membuatnya tidak bisa menahan keinginan untuk mendalamkan ciuman tersebut. Kini Chu Sihan seolah ingin lebih dari sekedar ciuman ringan.     

Chu Sihan memeluk badan Lu Sheng dengan erat. Kekuatan pelukannya terlihat seolah-olah ia ingin menyatukan Lu Sheng dengan badannya.     

"Ssshh..." Rasa sakit yang terasa di ujung bibir Lu Sheng segera membuatnya sadar.     

Lu Sheng terkejut. Ia segera mendorong Chu Sihan dan memalingkan wajahnya. Wajahnya yang biasanya kelihatan putih kini menjadi sangat merah.     

Chu Sihan juga kini sadar. Cahaya merah matanya juga menjadi pudar. Secara refleks ia menatap Lu Sheng, "Shengsheng..."     

"Tuan, aku sedikit tidak enak badan. Aku pulang dulu." Ucap Lu Sheng begitu mendengar suara Chu Sihan.     

Chu Sihan melihat Lu Sheng berjalan keluar dengan cepat. Ia pun mengerutkan keningnya, kemudian melangkah maju dan menarik lengan Lu Sheng, "Apa… susah diterima?" Chu Sihan bertanya dengan hati-hati.     

Lu Sheng membalikkan kepalanya, dan melihat Chu Sihan yang sedang melihatnya dengan tatapan lesu, seakan Chu Sihan yang dicium paksa, bukan Lu Sheng yang dicium paksa.     

Lu Sheng terdiam.     

Sebenarnya siapa yang mengganggu siapa? Seakan Lu Sheng sudah berbuat jahat kepada Chu Sihan. Lagipula, bagaimana bisa Lu Sheng menjawab pertanyaan memalukan itu?     

"Maaf, aku terlalu sembrono dan tidak memperdulikan perasaanmu." Chu Sihan melepaskan tangannya. Dengan ekspresi lesu dia membalikkan badannya, lalu berkata dengan nada kecil, "Pergilah."     

Lu Sheng tidak berdaya. Dia hanya bisa menarik tangan Chu Sihan dan bertanya dengan nada kecil, "Tuan, apa Anda baik-baik saja?"     

Chu Sihan tersenyum kecil, namun suara yang dikeluarkan tetap terdengar lemah dan rendah, "Tidak apa-apa. Aku akan pulih dalam beberapa hari."     

Beberapa hari?     

Sudut bibir Lu Sheng berkedut. Kata-kata Chu Sihan terdengar seakan ia sudah terluka parah.     

Lu Sheng menggertakkan giginya lalu bertanya, "Jadi, apa ada cara agar Tuan bisa langsung pulih?"     

Chu Sihan membalikkan badannya. Ia menundukkan kepalanya dan melihat Lu Sheng tanpa rasa bersalah, "Ada. Tapi aku takut kamu tidak mau."     

Lu Sheng tertawa dengan canggung, "Haha, Tuan bilang saja."     

Chu Sihan menunjuk bibirnya sendiri. Ia menatap Lu Sheng dengan tatapan penuh harap.     

Wajah Lu Sheng langsung merah padam. Ia melepaskan tangan Chu Sihan dan berkata, "Kalau begitu, sebaiknya Anda istirahat saja untuk beberapa hari ini."     

Dasar tidak tahu malu! Setelah menciumnya satu kali, kini Chu Sihan masih ingin menciumnya untuk kedua kalinya.     

Meskipun Chu Sihan berwajah tampan, namun dia juga tidak boleh begitu!     

"Aku bercanda!" Melihat wajah Lu Sheng, Chu Sihan segera menarik kembali tangan Lu Sheng dan menghiburnya, "Jangan marah."     

Lu Sheng melepaskan tangan Chu Sihan lagi. Ia kembali duduk di depan meja dan memakan kembali kue-kue yang tersisa.     

Chu Sihan menyipitkan bibirnya. Ia berjalan ke meja dan duduk di hadapan Lu Sheng. Dengan tatapan bahagia, ia melihat Lu Sheng yang tengah memasukkan kue ke dalam mulutnya tanpa henti.     

Ketika sedang makan, pipi Lu Sheng terlihat menggembung dan bergerak terus-menerus. Sepasang matanya yang besar melotot terus ke arah Chu Sihan. Saat Lu Sheng menggigit kue, gigitannya tampak sangat ganas, seolah-olah yang ia gigit bukanlah kue, melainkan orang yang ada di hadapannya.     

"Makanlah dengan perlahan." Chu Sihan mengabaikan amarah Lu Sheng. Dengan suasana hati yang senang ia menuangkan secangkir teh untuk Lu Sheng.     

Dulu, Chu Sihan melihat ayahnya selalu menempel di samping ibunya. Waktu itu dia tidak mengerti sehingga ia mengabaikannya. Kini dia akhirnya mengerti perasaan ayahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.