Gadis Lugu Liar Galak

SALAH PAHAM IBU PEMBANTU YAO



SALAH PAHAM IBU PEMBANTU YAO

0Di luar kamar, hujan salju sedang berhembus. Namun, di dalam kamar malah terasa hangat seperti musim semi.     
0

Lu Sheng takut dia akan mengganggu Chu Sihan yang sedang membaca buku, sehingga gerakan mengaduk tintanya pun ia lakukan dengan sangat hati-hati.     

Sekitar setengah jam kemudian, terdengar suara ketukan pintu.     

Chu Sihan mengangkat kepalanya. Lu Sheng menghentikan gerakannya lalu tersenyum, "Tuan lanjutkan membaca saja, biar aku yang membuka pintu."     

"Baik." Chu Sihan menganggukkan kepalanya. Tatapannya kembali tertuju ke gulungan bambu.     

Lu Sheng bergegas membuka pintu kamar. Ternyata yang mengetuk pintu adalah Ibu Pembantu Yao. Di tangannya terlihat kotak makanan.     

Melihat Ibu Pembantu Yao, Lu Sheng segera berkata, "Ibu Yao, ada perlu apa hingga Anda kemari?"     

Ibu Pembantu Yao melihat ke dalam kamar. Dengan senyuman misterius ia bertanya, "Hamba tidak mengganggu Nona Lu dan Tuan Chu, kan?"     

"Tidak!" Lu Sheng menggelengkan kepalanya, kemudian bertanya dengan heran, "Kenapa Ibu Yao bertanya demikian?"     

"Ah, tidak." Ibu Pembantu Yao tersenyum dengan senang, "Nona Lu pasti lelah. Ini ada kue yang baru saja hamba buat. Silahkan Nona Lu dan Tuan Chu mencicipinya untuk memulihkan sedikit tenaga."     

"Oh." Lu Sheng menerima kotak makanan dengan ragu-ragu. Ia merasa ucapan Ibu Pembantu Yao memiliki maksud tersendiri.     

"Ibu Yao mau masuk dulu?"     

"Tidak usah. Hamba masih ada urusan lain." Ibu Pembantu Yao melambaikan tangannya sambil tersenyum, "Kantor Pemerintah kami tidak memiliki banyak peraturan. Jika Nona Lu ingin pindah ke kamar Tuan Chu, hamba akan mengaturnya dengan baik. Jadi, kalau Nona Lu mau, Anda tidak perlu menahannya lagi."     

"Hah?" Lu Sheng tercengang mendengar ucapan Ibu Pembantu Yao. Ia menggaruk kepalanya dan melihat Ibu Pembantu Yao dengan bingung.     

"Sudahlah." Suara Ibu Pembantu Yao terdengar lembut dan penuh dengan kasih sayang, "Di luar sangat dingin. Nona Lu kembali ke kamar saja. Jangan sampai kedinginan. Hamba pamit dulu." Kemudian Ibu Pembantu Yao pun membalikkan badan dan pergi.     

Lu Sheng menutup pintu kamar. Ia membawa kotak makanan yang tadi diberikan oleh Ibu Pembantu Yao dan berjalan kembali ke dalam. Namun otaknya masih memikirkan kata-kata yang dikatakan Ibu pembantu Yao tadi.     

Chu Sihan melirik Lu Sheng dari celah gulungan bambu yang tengah dibacanya. Ia menyipitkan bibirnya dan tersenyum, sebelum kembali membaca.     

Lu Sheng tidak mengerti makna dari kata-kata Ibu Pembantu Yao, namun Chu Sihan mengerti. Pasti Pemimpin Ji berkata yang tidak-tidak, sehingga membuat Ibu Pembantu Yao salah paham.     

Lu Sheng meletakkan kotak makanan di atas meja, kemudian kembali mengaduk tinta, "Tuan, tintanya sudah selesai diaduk."     

"Terima kasih." Chu Sihan melirik Lu Sheng, sembari meletakkan gulungan bambu. Kemudian ia mengambil selembar kertas. Saat Chu Sihan mengambil kuas, dia sepertinya teringat sesuatu, maka ia menghentikan gerakannya dan menatap Lu Sheng, "Kamu duduk dan makan saja dulu."     

"Oh, iya." Lu Sheng melangkah menuju meja, lalu mengeluarkan kue buatan Ibu Pembantu Zhu. Semua kue yang ada di dalam kotak adalah kue kesukaan Lu Sheng. Ada kue lapis, kue beras, kue keranjang, kue plum, dan kue bunga Begonia.     

"Tuan, Anda juga mau?" Lu Sheng mencicipi semua kue itu, lalu menyodorkan kue kembang Begonia ke samping mulut Chu Sihan.     

Gerakan tangan Chu Sihan yang sedang mengambil kuas tinta pun tertahan. Dia mengangkat tatapannya dan melihat Lu Sheng. Tatapannya memancarkan cahaya merah yang lembut.      

Karena Chu Sihan tiba-tiba berhenti, kuas yang baru saja dicelupkan ke tinta itu pun langsung menetes di atas kertas dan menyebar.     

"Ah!" Lu Sheng mengedip-ngedipkan matanya. Dengan polos ia berkata, "Tuan, aku tidak sengaja!"     

Chu Sihan tidak menjawab. Ia malah membuka mulutnya dan menggigit kue kembang Begonia yang disodorkan Lu Sheng itu. Kemudian Chu Sihan mengunyah tanpa suara.     

Lu Sheng bertanya sambil tersenyum, "Bagaimana? Enak, kan?"     

Chu Sihan menganggukkan kepalanya, "Rasanya lumayan enak."     

Chu Sihan meletakkan kuas tintanya di atas batu tinta. Kemudian, ia melipat kertas yang tertetes tinta itu dan membuangnya ke ember kayu bakar yang ada di sampingnya.     

Lu Sheng menyipitkan bibirnya. Dia melihat potongan kue kembang Begonia yang masih tersisa sedikit. Untuk beberapa saat ia merasa ragu, namun akhirnya Lu Sheng tetap memasukkan kue itu ke dalam mulutnya.     

Ketika Chu Sihan mendongakkan kepalanya, tanpa sengaja dia melihat Lu Sheng yang tengah memakan sisa potongan kue kembang Begonia itu. Mata Chu Sihan seakan menyusut. Tatapannya terus tertuju ke arah bibir Lu Sheng yang bergerak-gerak karena sedang mengunyah kue.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.