Gadis Lugu Liar Galak

HANYA MENGATAKAN KENYATAANNYA SAJA



HANYA MENGATAKAN KENYATAANNYA SAJA

0"Tuan, hamba masih ada satu hal yang ingin hamba laporkan..." Pemimpin Ji yang sudah pergi tadi datang lagi. Ketika dia melihat kejadian yang muncul di depan matanya, dia pun membuka lebar mulutnya dengan terkejut.     
0

Pemimpin Ji melihat Lu Sheng sedang duduk di atas meja. Kedua tangannya sedang menopang kepala Chu Sihan. Sedangkan Chu Sihan sedang melihat Lu Sheng dengan tatapan tidak berdaya dan penuh kasih sayang.      

Pantas saja, Tuan Chu terburu-buru ingin mengusirnya untuk keluar. Ternyata dia ingin bermesraan dengan Nona Lu, ya?     

Kini, Lu Sheng dan Chu Sihan sedang menolehkan kepala mereka dan melihat Pemimpin Ji.     

Kaki Pemimpin Ji satu berada di dalam kamar dan satunya lagi berada di luar pintu. Dia langsung tidak mengerti apakah dirinya harus maju atau mundur. Dengan gelisah dia berdiri di tempat, "Ugh... Tu, Tuan... Tuan, Nona Lu, silahkan kalian lanjutkan. Lanjutkan!"     

Kemudian, Pemimpin Ji tangannya mengambil pedang. Sedangkan tangan satunya lagi menutup matanya. Dia menyusutkan lehernya dan menarik kembali kakinya yang sudah berada di dalam. Namun, sebelum kaki Pemimpin Ji sempat menginjak di lantai, suara dingin Chu Sihan pun terdengar, "Cepat, katakan."     

Tatapan Chu Sihan yang tajam seperti pisau pun menusuk ke arah Pemimpin Ji. Hal tersebut membuat Pemimpin Ji hampir menangis karena merasa ketakutan.     

Pemimpin Ji menelan ludahnya. Dia tersenyum yang jauh lebih jelek daripada wajah menangisnya, dengan gelisah dia berkata, "Hamba ingin melaporkan bahwa surat undangan pernikahan yang dikirim oleh Wisma Shi sudah hamba letakkan di kamar Anda." Setelah itu, Pemimpin Ji pun segera menutup pintu untuk mereka berdua. Lalu, dia pun berlari pergi tanpa melihat kembali.     

Lu Sheng mengedipkan matanya. Kemudian, dia melihat lagi arah ke Chu Sihan dan akhirnya Lu Sheng merespon dia langsung loncat turun dari meja dengan panik dan canggung Lu Sheng berkata, "Tu, tuan, maaf... Lu Sheng sudah gegabah."     

Chu Sihan berdeham, "Tidak apa-apa." Namun Chu Sihan malah tersenyum di sudut bibirnya yang tidak disadari.     

"Tuan, aku harus pulang ke Huangyang." Lu Sheng sudah datang ke Linjiangfu untuk beberapa hari. Kini, kasusnya juga sudah selesai. Sudah saatnya dia pulang.     

Senyuman Chu Sihan memudar, dia mengerutkan keningnya, "Bukankah kamu ingin mengambil seratus tael perak itu?"     

"Tuan Chu bantu aku untuk menerima uangnya." Kemudian, Lu Sheng pun duduk kembali di atas kursi.     

Chu Sihan berkata dengan tidak senang, "Kebetulan, beberapa hari lagi Nona Dongfang akan menikah, kamu ikut aku untuk mengantar pasukan ke pernikahan Nona Dongfang di Jingcheng, sekalian menerima imbalanmu. Bukankah itu bagus?"     

Lu Sheng merenung ketika mendengar kata-kata Chu Sihan.     

Kini, Lu Jiang dan Lu Xin sudah pindah ke rumah yang di kota. Sedangkan, He Qin dan He Zhang juga tinggal di sana. Lu Ran juga sering pulang ke rumah ketika libur. Memang tidak ada yang perlu dicemaskan Lu Sheng. Sedangkan Lu Sheng memang ingin jalan-jalan ke Jingcheng, hanya saja...     

Lu Sheng sudah membiarkan restorannya selama banyak hari, jika dia tidak pulang dalam waktu singkat, takutnya paman-pamannya akan marah kepadanya.     

Melihat Lu Sheng terdiam, Chu Sihan pun merayu lagi, "Kamu tidak perlu mengkhawatirkan masalah rumahmu. Ada kak Xianyun di sana, mereka akan baik-baik saja."     

"Hakim Fu?" Lu Sheng mengangkat alisnya, "Tuan berkata apa pada Hakim Fu?"     

"Tidak, aku hanya berkata apa adanya saja." Lalu, Chu Sihan mengambil kembali gulungan bambunya dan meneruskan bacaannya.     

"Hanya berkata apa adanya?" Lu Sheng mengerutkan keningnya dengan curiga. Dia sangat penasaran "Apa adanya" yang dikatakan Chu Sihan itu maksudnya bagaimana?     

"Tuan..." Ketika Lu Sheng ingin mengatasi kecurigaannya pada Chu Sihan, dia pun melihat Chu Sihan sudah kembali berkonsentrasi dalam membaca gulungan bambunya. Maka Lu Sheng pun segera menutup mulutnya.     

Lu Sheng berdiri, ketika dia ingin jalan-jalan keluar, ternyata di luar telah turun salju. Lu Sheng pun menghela napas. Dia hanya bisa berjalan kembali ke dalam kamar.     

Chu Sihan melirik Lu Sheng dari sudut matanya. Kemudian, dia tersenyum, "Kamu bisa mengaduk tinta?" Chu Sihan bertanya tanpa mengangkat kepalanya.     

"Bisa." Lu Sheng menganggukkan kepalanya. Lalu, dia pun berjalan ke depan meja sambil tersenyum, "Tuan memerlukan bantuanku untuk mengaduk tinta?"     

"Iya." Chu Sihan menunjuk ke samping. Dia memberi isyarat pada Lu Sheng untuk bisa bertindak sendiri.     

Lu Sheng melihat ke arah tunjukan jari Chu Sihan. Kemudian, dia pun melihat ada sebuah batu tinta dan beberapa batang tinta di sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.