Gadis Lugu Liar Galak

GEMAS SEKALI



GEMAS SEKALI

0Pemimpin Ji berdehem sebentar, kemudian menjawab, "Tuan Besar Dongfang katakan pada Nona Muda Kedua Dongfang, kalau kamu terburu-buru ingin mati, maka aku bisa menyiapkan peti mati untukmu sekarang juga."     
0

Lu Sheng mengangkat alisnya, "Lalu?"     

"Lalu, Nona Muda Kedua Dongfang langsung marah. Dia pun langsung membereskan barangnya dan pulang ke Wisma Liao untuk mencari neneknya."     

Pemimpin Ji melirik Chu Sihan yang sedang membaca gulungan bambu. Melihat Chu Sihan tidak melihat padanya, pemimpin Ji pun menghela napasnya.     

Pemimpin Ji kembali fokus dan melanjutkan ceritanya, "Pagi ini, Wisma Liao mengutus seseorang ke Wisma Dongfang. Mereka ingin memaksa Tuan Besar Dongfang untuk menjemput Nona Muda Kedua Dongfang. Namun, malah dikirim kembali oleh Nona Dongfang dengan satu kalimat."     

Mendengar sampai sini, Lu Sheng pun mencibir,"Tuan Besar Dongfang ini malah tidak sekeras Nona Dongfang."     

"Benar." Pemimpin Ji menganggukkan kepalanya sebagai tanda bahwa dia setuju, "Sekarang, Nona Muda Kedua Dongfang dilarang untuk keluar rumah. Tuan Besar Dongfang mengatakan bahwa nanti setelah Nona Dongfang menikah di Jingcheng, dia akan mencarikan suami untuk anak keduanya ini."     

Sedangkan Tuan Muda Dongfang, kabarnya dia sudah dibawa oleh Ibu Shan untuk dididik ulang. Sedangkan, anggota keluarga Kepala Pelayan dan Ibu Zhu juga sudah dikeluarkan dari Wisma Dongfang."     

"Karma pasti akan datang." Lu Sheng tersenyum, "Mereka sudah menjebak orang lain selama bertahun-tahun dan hanya memikirkan bagaimana caranya mendapatkan keuntungan. Namun mereka telah lupa akan akibat yang mereka perbuat ketika masalah tersebut terungkap."     

"Betul yang dikatakan Nona Lu." Pemimpin Ji menganggukkan kepalanya.     

Chu Sihan mengangkat kepalanya lagi dan bertanya, "Pemimpin Ji, Anda apa kamu memiliki urusan lain?"     

Pemimpin Ji menggelengkan kepalanya dengan bingung, "Tidak ada, Tuan."     

Chu Sihan mengangkat alisnya, "Anda tidak sibuk?"     

Pemimpin Ji akhirnya mengerti bahwa Chu Sihan sedang mengusirnya. Maka dia pun berkata dengan lesu, "Hamba memiliki urusan lain, maka hamba tidak akan mengganggu lagi. Tuan, Nona Lu, selamat tinggal." Kemudian, Pemimpin Ji pun lari keluar seperti angin.     

Lu Sheng menolehkan kepalanya dan melihat Chu Sihan. Kebetulan, Chu Sihan juga melihat padanya. Tatapan mereka berdua bertemu di udara.     

Pupil mata Chu Sihan secara samar-samar memantulkan cahaya merah yang sangat redup Jika tidak diperhatikan dengan teliti, pasti tidak akan menyadarinya.     

Lu Sheng berdiri. Matanya menatap terus-menerus pada mata Chu Sihan. Lalu, badannya juga semakin mendekat pada Chu Sihan. Ketika Lu Sheng berdiri di depan Chu Sihan, dia pun mendekatkan wajahnya. Kemudian Lu Sheng berseru, "Tuan, di matamu ada cahaya merah!"     

Tatapan Chu Sihan menggelap ketika dia melihat wajah Lu Sheng yang ada di hadapannya, dengan suara yang rendah dia berkata, "Apa iya?"     

"Iya!" Lu Sheng menganggukkan kepalanya dengan tatapan mata yang bersinar terang, "Aku tidak pernah menyadarinya dari dulu."     

Ketika Chu Sihan menurunkan kelopak matanya, tiba-tiba kelopak matanya pun ditopang oleh sepasang tangan kecil yang putih, "Tuan, kamu jangan bergerak. Biarkan aku mengamatinya lebih teliti lagi."     

Selama dua kehidupannya ini, Lu Sheng masih belum pernah melihat mata seunik ini.     

"Sudah, cukup?" Akhirnya Chu Sihan membuka mulutnya dengan tidak berdaya ketika kedua matanya pun mulai merasa perih.     

Lu Sheng terbangun. Saat ini baru dia menyadari bahwa ternyata jarak antara dirinya dan Chu Sihan hanya setengah jari saja.     

Namun Lu Sheng tidak segera mendorong Chu Sihan, melainkan dia malah menurunkan tatapannya dan mulai mengamati keseluruhan wajah Chu Sihan. Lalu, tatapannya berhenti di bibir Chu Sihan yang menutup rapat itu.     

"Pria tampan yang langka. Tidak ada duanya di dunia ini." Di dalam otak Lu Sheng tiba-tiba muncul puisi yang pernah dibacanya. Dan secara tidak sadar dia telah mengucapkannya.     

Chu Sihan meletakkan gulungan bambu yang ada di tangannya itu, dengan suara serak dia bertanya, "Shengsheng, kini kamu menggodaku secara terang-terangan, apa kamu sedang mengisyaratkan padaku bahwa kamu ingin melakukan sesuatu?"     

Mata Chu Sihan membuat tersenyum. Cahaya merah yang tadi ada di pupil matanya yang redup, kini menjadi terang seperti bunga Lycoris.     

"Ah!" Tiba-tiba Lu Sheng berseru. Kedua tangannya menangkap kepala Chu Sihan dan dengan senang dia berkata, "Tuan, cahaya merah yang di dalam matamu menjadi terang!"     

Chu Sihan terdiam. Sungguh menyia-nyiakan suasana yang sebagus ini. Dasar gadis tidak peka yang sungguh membuat orang merasa gemas sekali!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.