Gadis Lugu Liar Galak

ALAM BAKA (4)



ALAM BAKA (4)

0"Ayo kita berjalan." Chu Sihan memeluk pundak Lu Sheng dan berjalan melewati hantu-hantu perempuan ini.     
0

"Nona itu adalah manusia. Namun dia juga tidak sepenuhnya manusia." Sesosok hantu perempuan melipat kedua tangannya di depan. Kemudian, dia berkata dengan lembut sambil menatap ke belakang punggung Lu Sheng.     

"Apa yang dimaksud kak Rong'er?" Hantu perempuan yang tadi ingin merangkul lengan Chu Sihan tersebut bertanya.     

Hantu perempuan yang dipanggil Rong'er itu berkata, "Dia mungkin adalah pendeta Taoisme."     

"Pendeta?" Para hantu perempuan baru menyadari, "Pantas saja, dia tidak takut sama kita."     

"Sudah, untuk apa kita mengurus sebanyak ini?" Salah satu hantu perempuan maju selangkah dan berkata sambil tersenyum, "jarang sekali Yang Mulia membawa seorang gadis pulang. Kita seharusnya ikut senang."     

"Betul kata kak Lianyan." Rong'er menganggukkan kepalanya, "Dan ini sudah membuktikan bahwa yang disukai Yang Mulia adalah perempuan, bukan laki-laki." begitu kata-kata ini keluar, mereka semua pun menganggukkan kepalanya dengan terhibur.     

"Sudah sudah." Lianyan merapikan baju barunya, kemudian tersenyum, "Bukannya kita akan pergi main mahjong? Ayo."     

Para hantu perempuan yang ingat dengan apa yang hendak mereka lakukan ini pun segera melepas ketertarikan mereka terhadap Chu Sihan yang sudah lama tidak mereka temui Mereka semua berjalan sambil menggoyangkan pinggul mereka dan pergi menuju toko Mahjong.     

Sepanjang perjalanan, Lu Sheng bertemu dengan berbagai jenis hantu yang aneh. Baik hantu laki-laki maupun perempuan.     

Contoh seperti hantu laki-laki yang bernama "Yun Guagua". Dia berdiri di depan Lu Sheng dan Chu Sihan dan sedang memeluk kaki Chu Sihan. Selain itu, dia sedang menangis dengan keras tanpa mempedulikan tatapan Chu Sihan yang dingin itu.     

"Yang Mulia, akhirnya Anda pulang. Anda tidak tahu, selama dua puluh tahun ini, mereka yang di dalam istana betapa bangganya mengganggu Anda!"     

"Kamu bangun dulu." Chu Sihan mengelus pelipisnya yang pusing.     

"Yang Mulia, Anda harus membantu hamba mengenai hal ini!"      

Chu Sihan menahan keinginannya yang ingin menendang terbang Yun Guagua, dengan geram Chu Sihan berkata, "Kalau kamu tidak bangun, aku akan membuangmu ke sungai Wangchuan."     

Lu Sheng ingin tertawa setiap kali mendengar Chu Sihan mengatakan satu kalimat ini. Sepanjang perjalanan, Chu Sihan selalu menggunakan kata ini untuk menakuti para hantu, dan ternyata selalu mempan tanpa terkecuali.     

"Seperti dugaan Lu Sheng, Yun Guagua segera menghentikan tangisannya. Dia langsung berdiri dari lantai dengan panik. Kemudian dia menunjukkan sebuah senyuman yang jauh lebih jelek daripada wajah menangis, "Yang, Yang Mulia, hamba hanya sangat merindukan Anda saja. Anda jangan membuang hamba ke sungai Wangchuan, ya!"     

Chu Sihan melirik Yun Guagua tanpa ekspresi, "Lanjutkan apa yang ingin kamu lakukan itu, jangan berdiri di sini saja."     

"Baik, baik!" Yun Guagua menganggukkan kepalanya dengan canggung, "Kak Lianyan mengajak hamba bermain mahjong. Jika terlambat, hamba akan kehilangan tempat duduk."     

Yun Guagua yang tadinya sudah bejalan pergi tiba-tiba berputar balik, "Eh?" Dia melihat Lu Sheng dari atas sampai bawah. Kemudian dia mengedipkan matanya dan berkata, "Bukannya ini manusia, ya?"     

Chu Sihan mengerutkan keningnya, "Kamu ada masalah dengan hal ini?"     

"Tidak, tidak, tidak!" Yun Guagua segera menggelengkan kepalanya dengan kuat, "Hamba sama sekali tidak ada masalah dengan hal ini!" Kemudian Yun Guagua pun memberikan sebuah senyuman lebar pada Lu Sheng. Lalu dia pun melarikan diri dengan penuh kecepatan.     

Lu Sheng berkata dengan senang, "Orang-orang dan barang-barang yang di alam baka semuanya sangat menarik dan lucu ya!"     

Chu Sihan menghela napasnya dengan tidak berdaya, "Semua ini gara-gara Ayahku yang kurang tegas. Jadi mereka menjadi mengetahui peraturan. Setiap hari hanya bisa berjudi saja."     

Lu Sheng tertawa kecil. Waktu itu, Lu Sheng datang ke alam baka dengan tergesa-gesa, dia hanya sempat melihat jembatan Naihe dan sungai Wangchuan saja, sebelum kembali ke dunia manusia.     

Hari ini baru Lu Sheng mengetahui bahwa ternyata alam baka sangat menarik.     

Chu Sihan menghelakan napasnya lagi. Kemudian dia barulah berkata, "Ayo, kita pergi bertemu hakim Lu."     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya.     

Untungnya hantu-hantu yang ditemui Lu Sheng dan Chu Sihan setelah Yun Guagua adalah hantu-hantu yang agak normal. Tidak ada lagi yang menghalangi Chu Sihan dengan penuh tangisan di depannya.     

"Tuan, kita tidak perlu menjenguk Ayahmu?" Lu Sheng bertanya dengan nada kecil pada Chu Sihan ketika mereka berjalan melewati istana Yan Luo.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.