Gadis Lugu Liar Galak

YANG JUJUR



YANG JUJUR

0"Memang dia!" Chu Sihan tersenyum. Ia melihat Chu Yun dan bertanya, "Apakah hartanya masih aman?"     
0

"Tuan tidak perlu khawatir. Semuanya masih lengkap."     

Chu Sihan menganggukkan kepalanya. Dengan nada sedikit panik ia berkata, "Obati lukamu dulu. Aku akan pergi mencarinya."     

Chu Yun menganggukkan kepalanya. Tadi ia masih sempat menghindari pedang itu sehingga pedang itu hanya menyebabkan kulitnya lecet saja. Pedang itu tidak sampai melukai tulang dan sarafnya.     

Sosok Chu Sihan melesat dan segera menghilang dalam kegelapan.     

Lu Sheng merasa bahwa tadi ia melihat Chu Sihan keluar, sehingga ia pun bergegas melarikan diri dari lokasi. Karena keributan tadi, ia tidak merasakan apapun. Kini setelah keadaan mulai mereda, hatinya terasa tak karuan.     

Bayangan dada Chu Sihan yang putih namun berotot selalu muncul di dalam benaknya. Hal ini membuat Lu Sheng sangat malu.     

"Nona Lu." Sebuah suara rendah seorang pria terdengar di telinganya, membuat Lu Sheng terkejut.     

Ia segera menolehkan kepalanya dan menemukan sosok seorang pria yang tinggi sedang berdiri di bawah kegelapan.     

"Ka… kamu. Bagaimana kamu tahu itu aku?"     

Di bawah kegelapan ini, Chu Sihan mengembangkan sebuah senyuman.     

Selangkah demi selangkah ia berjalan mendekati Lu Sheng. Sembari berjalan ia berkata, "Dari awal di penginapan aku sudah mulai curiga kalau gadis itu adalah kamu. Saat aku tak sadarkan diri tadi, sepertinya aku mendengar suaramu memanggilku. Hanya saja waktu itu aku tidak berani menduga-duga. Namun, saat di lokasi pertarungan, Chu Yun bilang kepadaku kalau kamu menggunakan jurus boneka."     

Ternyata, bukan dirinyalah yang kerasukan, tetapi karena memang gadis yang selalu di dalam pikirannya benar-benar berada di sampingnya.     

Lu Sheng yang identitasnya terbongkar langsung merasa malu. Ia berdehem, lalu menjelaskan, "Aku… aku hanya penasaran, jadi aku ikut datang melihatmu. Aku tidak menyangka Tuan bisa begitu ceroboh, sehingga terkena jebakan serendah ini."     

Chu Sihan menganggukkan kepalanya, "Kamu benar, kali ini aku terlalu ceroboh. Kalau bukan karenamu, sekarang ini mungkin aku sudah mati dibunuh."     

Beruntungnya, segerombolan orang itu hanya menginginkan harta saja, bukan nyawanya.     

Sepertinya segerombolan orang itu bukan utusan dari Chu Silin.     

Takut Chu Sihan akan menanyakan yang lain, Lu Sheng segera mengganti topik pembicaraan, "Kali ini aku menyelamatkan Tuan lagi, Tuan bermaksud membalasnya dengan apa?"     

"Kamu mau aku membalas dengan apa?" Chu Sihan bertanya.      

Dari suaranya sepertinya tersembunyi sebuah harapan yang misterius.     

Lu Sheng hanya menganggap dirinya salah dengar. Ia berdehem dan sengaja berkata dengan nada rendah, "Atau sebaiknya Tuan memberi saya seribu tael lagi?"     

Chu Sihan berhenti tersenyum. Dari tatapannya tampak sebuah kekecewaan.     

"Nona Lu, apa sekarang kamu mau mendonorkan darah untuk nyamuk-nyamuk di sini?" Lu Sheng melihat ke sekitarnya. Barulah ia menyadari bahwa dirinya telah masuk ke dalam hutan karena tadi panik.     

"Ayo kita pulang ke pos peristirahatan." Ujar Chu Sihan lagi.     

Lu Sheng melihat Chu Sihan membalikkan badannya. Ia pun segera mengikuti di belakangnya.     

Ketika mereka berdua kembali ke pos peristirahatan, Chu Yun telah selesai mengobati lukanya dan telah mengganti bajunya dengan baju yang bersih.     

"Tuan." Chu Yun melirik ke gadis yang ada di samping tuannya, kemudian bertanya kepada Chu Sihan menggunakan isyarat mata.     

Chu Sihan tidak menjawabnya, melainkan memberikan perintah, "Kamu keluar dulu. Jangan biarkan orang lain masuk."     

"Baik."     

Ketika Chu Yun berjalan melewati Lu Sheng, langkah kakinya tertahan sejenak namun hanya sebentar saja ia sudah berjalan keluar.     

Setelah menutup pintu kamar, Lu Sheng baru melepaskan topi cadarnya. Sepasang mata besarnya menatap Chu Sihan.     

"Duduklah." Chu Sihan berjalan menuju meja teh dan duduk. Setelah ia memberikan isyarat pada Lu Sheng untuk duduk, barulah Chu Sihan mengambil teko dan menuangkan secangkir teh untuk dirinya dan Lu Sheng.     

"Terima kasih, Tuan." Lu Sheng mengulurkan tangannya menerima cangkir teh tersebut kemudian mengucapkan terima kasih.     

"Kenapa kamu bisa ada di sini?" Chu Sihan tanya.     

"Aku..."     

"Bicaralah yang jujur."     

Baru saja Lu Sheng hendak membuka mulutnya, Chu Sihan sudah memperingatkannya dengan serius.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.