Gadis Lugu Liar Galak

KATA-KATA SUDAH DISAMPAIKAN



KATA-KATA SUDAH DISAMPAIKAN

0Perdana Menteri Fu berdeham, kemudian dia melihat ke kanan kiri. Dengan lamban dia menyadari bahwa ternyata Peramal Kerajaan dan Ye Luo sudah pergi entah sejak kapan.     
0

Perdana Menteri Fu pun merasa lega. Ada pepatah yang mengatakan bahwa masalah rumah tangga jangan dikatakan di luar rumah. Apalagi dirinya adalah Perdana Menteri di sebuah negara.     

"Kata-kata ini sudah kami sampaikan, Paman. Pikirkanlah." Setelah Chu Sihan mengatakan kalimat ini, semuanya pun terdiam.     

Perdana Menteri Fu duduk sebentar. Dia menghela napas dengan lesu. Kemudian, dia pun berdiri dan pamit.     

Setelah mengantar Perdana Menteri Fu pergi, Lu Sheng pun membuka kotak yang diberikan Yang Mulia Kaisar. Di dalam kotak terdapat dua buah emas batangan di mana cahaya emasnya sudah membuat Lu Sheng terpana.     

"Satu batang ini bernilai berapa tael perak?" Lu Sheng tidak begitu mengerti nilai batang emas.     

"Seratus tael perak." kata Chu Sihan.     

"Seratus tael perak?" Lu Sheng mencibir dengan tidak senang, "Pelit sekali."     

Ternyata Yang Mulia Kaisar begitu pelit, sia-sia Lu Sheng sudah menantikannya dengan penuh harapan. Jangan-jangan Yang Mulia Kaisar merasa bahwa dia berasal dari desa sehingga dia tidak pernah melihat uang sebanyak ini?      

Ya sudahlah, daripada tidak ada. Kemudian, Lu Sheng pun menyimpan kembali kedua batang emas itu dan bertanya pada Chu Sihan, "Tuan, kapan kita pulang ke Linjiangfu?"     

Lu Sheng sudah rindu dengan orang yang ada di rumah. Bagaimana kabar Lu Jiang dan Lu Xin, ya? Lalu, bagaimana dengan bisnis restorannya juga. Sedangkan Lu Ran, orang sebesar ini seharusnya bisa menjaga dirinya dengan baik.     

Lalu, yang paling penting adalah sebentar lagi sudah mau Imlek. Ini adalah Imlek pertama sejak Lu Sheng datang ke dunia ini. Dia ingin merayakan Imlek bersama keluarganya.     

Chu Sihan mengangkat alisnya, "Kamu tidak menunggu Paman Lu pulang untuk bermain ke Wisma Putra Kaisar Ketiga?"     

"Tidak." Lu Sheng menggelengkan kepalanya, "Aku mau pulang ke Huangyang. Kalau Guru mau pulang, dia pasti akan mencariku di Huangyang. Bagaimanapun sudah mau Imlek. Setiap tahun Imlek, Guru pasti akan merayakannya bersamaku."     

Lu Sheng datang ke Jingcheng hanya karena imbalan seratus ribu tael perak. Kini, dia sudah mendapatkan uangnya. Lau, ada tambahan dua ratus tael perak lagi. Itu sudah cukup.     

"Baik, besok kita langsung berangkat ke Huangyang." Chu Sihan bisa merasa bahwa Lu Sheng memang kurang suka dengan Jingcheng.     

"Apa Perdana Menteri Fu sudah pulang?" Ye Luo berjalan masuk, dia melihat di kamar hanya tersisa Chu Sihan dan Lu Sheng. Maka dia pun bertanya.     

"Sudah dari tadi." Lu Sheng melihat hanya Ye Luo yang sendirian, maka dia pun bertanya dengan bingung, "Ke mana Peramal Kerajaan?"     

"Oh, Senior pergi ke wisma Xiahou."     

"Wisma Xiahou?" Chu Sihan mengangkat alisnya, "Sendirian?"     

Ye Luo membungkukkan badannya dan mengambil sebuah kue dari meja, "Sebenarnya aku ingin pergi bersamanya. Akan tetapi, dia khawatir kalau aku akan mengganggu. Jadi, dia pun menolak."     

"Tuan, makan siang sudah selesai dimasak." Chu Yun pulang dari dapur belakang. Di rambutnya masih ada salju.     

"Cepat sajikan." Ye Luo langsung duduk di atas kursi, dengan senang dia berkata, "Sejak semalam tidak ada makanan apapun, sekarang aku sedikit kangen."     

Chu Sihan melirik Ye Luo. Kemudian, dia pun menganggukkan kepalanya pada Chu Yun.     

"Aku pergi untuk membantu." Lu Sheng berdiri dan mengikuti Chu Yun ke dapur.     

"Xiaosheng ini mempunyai sifat yang benar-benar bagus. Pantas saja, Pemimpin Lu yang bisa menjadikannya yang seorang manusia biasa menjadi muridnya." komentar Ye Luo.     

Chu Sihan tersenyum, tidak menjelaskan lebih.     

Lu Zhou memiliki sifat yang malas. Bagaimana mungkin dia akan memiliki murid? Jika Lu Sheng bukan anak kandungnya, seberapa bagus pun sifat Lu Sheng, Lu Zhou juga tidak akan mempedulikannya.     

Semua ini hanya bisa dikatakan takdir.     

Setelah makan siang, tiba-tiba ada surat undangan dari wisma Fu. Surat tersebut berisi bahwa Perdana Menteri Fu mengajak mereka bertamu ke wisma malam ini.     

Chu Sihan memikirkan bahwa besok pagi dia sudah ingin membawa Lu Sheng pulang ke Huangyang dan dia memang harus berpamit dulu pada Nenek. Maka dia pun menerima undangan tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.