Gadis Lugu Liar Galak

PENA YANG “AJAIB”



PENA YANG “AJAIB”

0Linjiangfu.     
0

Sekarang sudah jam 12 malam. Semua orang sudah beristirahat di rumah masing-masing. Namun, lampu di Gedung Yuchun masih sangat terang. Bangunan itu juga dipenuhi dengan aroma kosmetik dan parfum.     

Gedung Yuchun adalah rumah bordil terbesar di Linjiangfu. Nona-nona yang ada di sana semua cantik seperti bunga. Ditambah lagi, para oiran yang memiliki banyak keterampilan dan berwajah sangat cantik seperti dewi. (Oiran adalah wanita penghibur yang ada di zaman itu.)     

Salju melayang-layang di udara luar. Suhu udara terasa begitu menyejukkan. Berbeda dengan suasana yang ada di luar, keadaan di dalam gedung Yuchun begitu ramai dan panas.     

Terdengar suara para wanita yang sedang merayu para tamu laki-laki dengan suara yang menggoda. Ada juga suara beberapa laki-laki yang berbicara dengan mesum di dalam gedung.     

Tubuh wanita yang lembut dan alkohol yang memabukkan membuat para laki-laki ini melupakan bahwa masih ada istri dan anak mereka yang sedang menunggu di rumah.     

Seseorang yang berbadan besar dan tinggi berdiri di luar gedung Yuchun. Dengan wajah tanpa ekspresi, dia mengangkat kepalanya dan melihat ke papan nama gedung Yuchun. Kemudian dia pun berjalan masuk ke dalam.     

"Ah!!!" Dari sebuah kamar tiba-tiba terdengar suara jeritan mengerikan dari seorang wanita.     

Orang-orang yang berada di lantai bawah segera berlari ke lantai atas. Mereka melihat pria yang ada di dalam kamar itu sudah kehilangan nyawa. Wajahnya masih menunjukkan ekspresi senang.     

"Ini… ada apa ini?" Sang mucikari tersadar dari keterkejutannya dan segera bertanya kepada Nona yang masih terbengong di dalam kamar.     

"Mama, bukan aku yang membunuhnya!" Nona itu sudah tidak peduli lagi untuk memakai pakaiannya. Dia langsung berlari dan berlutut di depan Mucikari. Sembari menangis, dia menjelaskan, "Tadi… Tadi ada satu bayangan hitam masuk ke dalam. Lalu… lalu tuan itu pun meninggal! Huhuhu…" Setelah menjelaskannya, nona itu pun menangis dengan kuat sambil menutup wajahnya.     

Mucikari berusaha menenangkan dirinya, "Cepat… cepat lapor ke Yamen!"     

Keesokan harinya, di beberapa rumah bordil yang ada di Linjiangfu, terjadi kasus pembunuhan juga. Korbannya semua laki-laki, dan cara mereka meninggal pun juga sama persis. Karena alasan ini, nona-nona yang di rumah bordil tidak lagi dicurigai sebagai tersangka.     

Ketika Chu Sihan menerima kabar tersebut dan kembali ke Linjiangfu, waktunya sudah subuh. Kali ini, yang mengikuti Chu Sihan ke Linjiangfu masih tetap Lu Zhou dan Lu Sheng.     

Karena Lu Zhou mencurigai bahwa 'Si setengah manusia, setengah hantu' yang ada di Jingcheng itu telah datang ke Linjiangfu.     

Dengan cepat Yamen mulai menangani kasus tersebut. Semua rumah bordil terpaksa menutup bisnis mereka untuk sementara waktu.     

Menurut informasi yang didapatkan, semua korban ini masing-masing memiliki istri yang lembut, baik, dan pekerja keras.     

"Guru, jangan-jangan itu benar-benar hantu Jingcheng?" Setelah mengetahui situasinya, Lu Sheng pun bertanya kepada Lu Zhou.     

"Kemungkinan besar iya." Lu Zhou menghela nafas, "Aku tidak menyangka dia bisa melarikan diri dari Jingcheng ke Linjiangfu."     

"Guru, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" Lu Sheng tidak mempedulikan nyawa orang-orang sampah itu. Dia lebih mempedulikan uang seratus ribu tael perak itu.     

Lu Zhou berpikir sejenak, kemudian melihat Chu Sihan dan berkata, "Tuan Chu, cepat suruh orang untuk menyiapkan barang yang diperlukan untuk ritual." Lu Zhou mau bertemu dengan hantu tersebut.     

Chu Sihan menganggukkan kepalanya dengan wajah serius, "Apa yang diperlukan Putra Kaisar?"     

"Sebentar." Kemudian Lu Zhou mengeluarkan sebuah pena dan menuliskan berbagai macam barang yang diperlukannya di atas sebuah kertas.     

Chu Sihan menunjukkan rasa kagetnya ketika dia melihat pena itu. Dia melihat ke arah Lu Sheng, namun Lu Sheng tampak sangat tenang. Sepertinya dia sudah pernah melihat pena ajaib yang bisa menulis tanpa harus dicelupkan ke tinta terlebih dahulu ini.     

Setelah selesai menulis, Lu Zhou menutup kembali penanya dengan tutup pena, kemudian meniup beberapa kali kertas yang penuh tulisan itu. Ia menyerahkan kertas itu pada Chu Sihan, "Kamu cukup suruh mereka menyiapkan barang yang tertulis di sini."     

"Oh." Chu Sihan menerima kertas itu, namun tatapannya masih melekat pada pena Lu Zhou.     

Lu Zhou tidak menghiraukan rasa penasaran Chu Sihan. Dia langsung menyimpan kembali penanya itu.     

"Chu Yun, aku serahkan tugas ini kepadamu." Chu Sihan menyerahkan kertas itu kepada Chu Yun.     

"Baik!"     

Setelah Chu Yun pergi, dia baru membalikkan badannya dan dengan ragu-ragu dia melihat Lu Zhou.     

Lu Zhou mengangkat alisnya. Dengan berpura-pura tidak tahu, dia bertanya, "Ada yang ingin ditanyakan, Tuan Chu?"     

"Tadi… pena yang digunakan Putra Kaisar tadi… Anda membelinya di mana?" Chu Sihan merasa pena itu jauh lebih mudah untuk digunakan dibandingkan dengan kuas tintanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.