Gadis Lugu Liar Galak

AYAHKU BERMARGA LU, TINGGAL DI JINGCHENG



AYAHKU BERMARGA LU, TINGGAL DI JINGCHENG

0A-Tai membiarkan Lu Sheng duduk terlebih dahulu, sedangkan A-Tai membereskan makanan yang jatuh di lantai.     
0

Setelah setengah jam Da Zhuang dan Bu Sun pergi, kini mereka baru saja pulang ke rumah. Saat memasuki halaman rumah, Da Zhuang segera masuk ke dalam rumah untuk membereskan barang-barangnya.     

"Siapa kamu?" Bu Sun melihat Lu Sheng sambil mengerutkan keningnya. Namun matanya melirik terus-menerus pada delman kuda yang ada di dalam halaman rumahnya tersebut.     

"Dia kakakku." A-Tai yang sejak tadi diam, tiba-tiba berdiri di depan Lu Sheng dan berkata dengan tenang.     

Lu Sheng melihat A-Tai dengan aneh. Namun dia hanya tersenyum saja.     

"Kakak?" Bu Sun tidak percaya, "Ibumu hanya memiliki satu anak saja. Kakak dari siapa ini?"     

Ibu kandung A-Tai, Bu Guo tidak memiliki keluarga. Da Niu yang meninggal juga hanya memiliki satu kerabat yaitu Da Zhuang. Ini kakak dari dari siapa?     

A-Tai menjelaskan, "Ayahnya adalah teman baik Ayahku." Lu Sheng yang berkata mengenai hal ini. Kemudian, kalau ingin berkata nyata atau tidak, itu bukan urusan A-Tai.     

"A-Tai, Nona, ayo kita pergi." Da Zhuang berjalan keluar dengan tas kainnya dan berkata pada mereka berdua.     

A-Tai langsung pergi mengambil tas kainnya. Kemudian kembali.     

Bu Sun mencibir dengan dingin. Selama ini uang yang didapatkan Da Zhuang semua ada pada dirinya. Jadi bisa dikatakan, Da Zhuang tidak memiliki satu koin perak pun.     

Kini, Da Zhuang harus merawat kembali A-Tai. Bu Sun percaya, tidak lama kemudian Da Zhuang akan pulang ke rumah dengan sendirinya.     

Lu Sheng berdiri. Dia tidak menghiraukan Bu Sun. Dia melainkan berkata pada A-Tai, "Ayahku membolehkanku membawa sedikit uang untukmu." Kemudian, Lu Sheng mengambil dompetnya dan memasukkannya ke telapak tangan A-Tai.     

"Ini... tanpa alasan, kenapa memberi uang?" Da Zhuang mengerutkan keningnya.     

Bu Sun memajukan lehernya dan melihat ke dompet tersebut. Tipis. Itu artinya,i uangnya juga tidak banyak.     

Lu Sheng menjelaskan dengan tenang, "Ayahku berkata bahwa sebelumnya bisnisnya terjadi kerugian. Lalu, Paman Da Niu yang meminjamkan uang pada Ayahku. Kini, bisnisnya lumayan bagus. Jadi Ayahku pun memikirkan untuk membalas budi Paman Da Niu. Namun sayangnya, kini paman Da Niu sudah pergi. Maka Ayahku pun menyuruhku untuk memberikan uang ini pada A-Tai."     

Sebenarnya, Lu Sheng juga tidak tahu mengapa Guru tiba-tiba ingin memberikan A-Tai 300 tael perak, dan tidak memberikan satu alasan pun padanya. Hal itu membuat Lu Sheng harus merangkai cerita sendiri. Bikin pusing saja.     

A-Tai masih anak kecil. Mengambil dompet yang ringan ini membuatnya jadi penasaran. Maka dari itu, A-Tai membuka dompet ini ketika Da Zhuang sedang berbicara dengan Lu Sheng. Ketika A-Tai melihat uang kertas yang di dalam dompet, dia pun tertegun, "Ti, tiga ratus?"     

"Apa?" Da Zhuang terkejut, "Tiga ratus tael perak?"     

Bu Sun yang berdiri di samping juga mendengar kata Da Zhuang. Dia segera menolehkan kepalanya ke arah mereka.     

Ketika Da Zhuang melihat uang kertas itu, dia pun melihat Lu Sheng dengan kaget, "Ini... sepertinya kebanyakan?"     

Lu Sheng menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Tidak, Ayahku memiliki banyak uang." Lagipula Gurunya juga tidak kekurangan uang. Oh ya, mengenai kehidupan yang lalu juga dia tidak kekurangan uang. Hanya saja Gurunya lebih tidak pelit di masa ini.     

"Tiga ratus tael perak?!" Bu Sun baru bisa bereaksi, dengan tatapan mata yang lebar dia melihat Lu Sheng.     

"Ayo kita pergi. Kita pulang ke desa Anmu." Wajah Da Zhuang menjadi suram ketika mendengar suara Bu Sun. Dia mengutus A-Tai untuk menyimpan uangnya dengan baik, dan dia pun bersedia membawa A-Tai untuk pergi.     

"Ini... Ayah anakku. Hari ini aku sudah sembarangan dan terlalu emosional. A-Tai belum makan, kan? Ayo, kita cepat bawa anak ini pergi makan "     

'Ini tiga ratus tael perak! Aku belum pernah melihat uang sebanyak ini!'     

Kecepatan berubahnya wajah Bu Sun sebanding dengan kecepatan membalik buku. Lu Sheng merasa sangat kagum dengan keterampilannya ini.     

Ekspresi palsu Bu Sun membuat Da Zhuang mendengus dengan dingin. Dia menarik tangan A-Tai dan berkata pada Lu Sheng, "Nona, kita bicara di jalan saja."     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya. Dia melirik Bu Sun. Kemudian dia mencibirnya sebelum pergi.     

Bu Sun masih ingin berkata sesuatu. Namun, Da Zhuang dan A-Tai sudah masuk ke delman kuda. Kemudian, suara tapak kuda pun terdengar. Kulda tersebut semakin jauh meninggalkan Bu Sun.     

"Boleh saya bertanya, apa marga Ayah nona dan dimana tempat tinggalnya?" Da Zhuang bertanya kepada Lu Sheng di jalan.     

Lu Sheng menjawab dengan singkat, "Ayahku bermarga Lu. Karena bisnis, dia sering di Jingcheng, jarang pulang."     

Setelah mengantar paman dan keponakan ini ke desa Anmu, Lu Sheng pun segera mencari alasan untuk pamit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.