Gadis Lugu Liar Galak

HANYA SATU



HANYA SATU

0"Tusuk konde itu... hanya ada satu di dunia ini." Chu Sihan merasa ragu sejenak. Kemudian dia berkata dengan nada pelan.     
0

"Hanya satu?" Lu Sheng pura-pura melihat pada Chu Sihan dengan kaget, "Lalu, Tuan mendapatkan barang ini dari mana?"     

Lu Sheng mengetahui bahwa tusuk konde giok ini hanya ada satu di dunia. Bagaimanapun material yang digunakan untuk membuat wadah ruangan sangat langka, dan setiap bentuk dari wadah ruangan semua sangat unik. Jadi tidak ada yang sama.     

Chu Sihan meletakkan kedua tangannya di belakang, sambil berjalan dia menjelaskan, "Tusuk konde giok ini adalah pemberian nenek buyutku. Katanya masih ada gelang yang menjadi pasangannya. Kemudian, karena waktu itu beliau dan kakekku sedang dikejar, mereka pun menyembunyikan diri ke dalam rumah seorang petani. Ketika mereka melarikan diri, mereka diselamatkan oleh pemilik rumah yaitu seorang anak muda. Lalu, karena pada saat itu mereka tidak membawa uang, maka beliau pun memberikan gelang itu pada anak muda tersebut."     

Lu Sheng tenggelam dalam pemikirannya. Di dunia ini, gelang yang ada di pergelangan tangannya ini adalah mahar yang diberikan kakek pemilik asli pada Bu He, itu berarti anak muda yang menyelamatkan nenek buyut dan kakek Chu Sihan adalah kakek Lu Sheng, He Bin.     

"Kalau barang ini adalah pemberian nenek buyut Anda kepada Tuan, itu artinya harta yang tak ternilai. Kenapa Tuan dapat memberikannya padaku?" Ketika Lu Sheng berkata mengenai hal ini, nadanya terdengar sedikit nakal.     

Chu Sihan melihat Lu Sheng sejenak, "Aku seorang laki-laki tidak bisa memakainya. Kamu sebagai penyelamatku, anggap saja ini sebagai tanda terima kasih karena telah beberapa kali menyelamatkanku nyawaku."     

Chu Sihan tidak berani berkata pada Lu Sheng bahwa sebenarnya tusuk konde giok ini diberikan nenek buyut padanya sebelum meninggal dunia. Nenek buyutnya menyuruh Chi Sihan untuk memberikannya pada calon istrinya yang di masa depan.     

Walaupun Lu Sheng tampak bermuka tebal, namun kenyataannya, dia sangat canggung jika terlibat dalam masalah seperti ini.     

Chu Sihan tidak ingin memaksa Lu Sheng. Dia hanya ingin mengikuti arus dan menunggu semuanya terjadi secara alami.     

Lu Sheng mencibir, namun dia juga tidak melanjutkannya lagi.     

Lu Sheng dan Chu Sihan menarik banyak perhatian ketika mereka muncul di pusat desa.     

"Nah, aku bilang kalian masih tidak percaya. Anak itu sudah akan menjadi selir orang." Seorang ibu yang berpakaian tebal melihat Lu Sheng dengan tatapan sinis sambil menyindir.     

Lu Sheng melihat ke arah suara itu. Kemudian, dia terkejut.     

Ternyata orang yang mengatakan hal ini adalah Ibu Duan Zhen, Bu Ma. Sejak Duan Zhen lulus ujian tahap pertama dan menjadi Xiucai, dia selalu merasa kelasnya lebih tinggi daripada yang lain. Dia sangat sombong.     

(Xiucai, panggilan untuk para pelajar yang lulus ujian tahap pertama.)     

Bu Ma sangat suka berkata jelek kepada siapapun. Dia berkata jika ini tidak baik, itu jelek. Anehnya, para warga semua tidak ada yang berani membantahnya.     

"Apa yang kamu lihat? Memangnya aku salah? Anakku mau menjadikanmu sebagai selirnya itu merupakan suatu kebanggaan bagimu. Mengapa kamu berani menolak kebaikannya?" Bu Ma memarahi Lu Sheng dengan keras ketika melihat Lu Sheng sedang melihatnya.     

Lu Sheng tersenyum mencibir, "Bibi Ma, apa yang Anda katakan? Mereka yang tidak tahu akan mengira anakmu sudah menjadi pejabat tinggi." Bu Ma sudah begitu sombong saat anaknya masih seorang Xiucai, apalagi kalau ke depannya Duan Zhen benar-benar menjadi seorang pejabat?     

"Anakku cepat atau lambat juga akan menjadi pejabat."     

Lalu, Bu Ma melihat wajah Chu Sihan. Kemudian mendengus dingin ke arah Lu Sheng, "Sekarang hanya karena kamu masih muda, masih cantik. Coba nanti kalau kamu sudah tua, siapa yang tahu kamu akan ditelantarkan kemana."     

Chu Sihan tidak pernah suka dengan ibu-ibu yang suka menggosip tanpa bukti. Namun kata-kata Bu Ma ini membuat Chu Sihan merasa sangat jengkel.     

"Anaknya siapa?" Chu Sihan bertanya dengan tenang.     

"Aku takut kamu akan ketakutan kalau aku berkata hal itu!" Bu Ma mengangkat dagunya dan dengan arogan dia berkata, "Anakku adalah Xiucai, juara pertama di ujian tahun lalu. Bagaimana bisa dibandingkan dengan kalian yang setiap hari hanya tahu cara bermain-main saja."     

Lu Sheng tertawa dengan kata-kata Bu Ma, dengan baik hati dia memperingatkan, "Bi Ma, aku memberikan Anda sebuah nasehat, ya, anakmu tidak akan mampu belajar dari pagi hingga malam setiap hari selama bertahun-tahun, jika Anda benar-benar memikirkan masa depannya, sebaiknya Anda jangan banyak bicara."     

Duan Zhen memiliki ambisi. Walaupun dia sedikit jijik dengan orang miskin dan mencintai orang kaya, namun harus mengakui bahwa Duan Zhen sendiri sangat rajin.     

Dan sifatnya yang pekerja keras ini sudah diakui oleh masyarakat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.