Gadis Lugu Liar Galak

MATI DENGAN TIDAK TENANG



MATI DENGAN TIDAK TENANG

0"Kak Tai, cepat panggil seseorang!." Kak Tai yang dalam kondisi linglung tiba-tiba mendengar satu kalimat ini, dia tidak peduli suara itu datangnya dari mana, yang dia tahu suara ini sepertinya sangat familiar.     
0

Kak Tai melempar sendok masak kayu yang ada di tangannya. Kemudian, dia berlari keluar rumah, "Tolong, Ibuku meninggal!" Kak Tai berteriak keras sambil berlari.     

Saat ini, hujan sudah reda sehingga suara teriakan Kak Tai pun terdengar ke rumah tetangganya dengan jelas.     

Ada beberapa orang berjalan keluar dari rumah mereka. Mereka menghalangi Kak Tai yang berlari dengan kencang, kemudian bertanya.      

Kak Tai menggelengkan kepalanya sambil menangis, "Aku tidak tahu, Tadi aku berada di dapur, ketika keluar sudah terdengar suara keributan, dan ibuku sudah meninggal."     

Sebenarnya, Kak Tai tidak dekat dengan Ibunya. Sejak ayahnya meninggal, sikap Ibunya pada Kak Tai langsung berubah drastis. Tidak lama setelah kematian ayah Kak Tai, Ibunya tersebut sudah membawa pria asing untuk tinggal di rumahnya.     

Pria tersebut sering tidak memberi makan Kak Tai, bahkan suka memukulnya. Sedangkan Ibu Kak Tai hanya melihatnya saja dengan tatapan dingin. Dia tidak pernah menghalangi kekejaman pria ini sama sekali.     

Seringkali Kak Tai mengutuk mereka secara diam-diam saat tengah malam. Dia menginginkan pria tersebut cepat-cepat mati. Namun beberapa tahun kemudian, pria tersebut tetap masih hidup dengan baik. Bahkan penganiayaannya pada KakTai semakin hari semakin bertambah parah.     

"Ibumu meninggal?" Para tetangga terkejut, "Anakku, cepat bawa kami untuk melihatnya." Seorang pria tua mengelus kepala Kak Tai dengan penuh kasihan.     

Kak Tai menganggukkan kepalanya. Dia segera mengarahkan jalan di depan sambil berlari.      

Para tetangga juga tidak sempat membawa payung. Semuanya berlari di belakang Kak Tai. Bagaimanapun juga, jika ada yang meninggal di dalam desa bukanlah masalah yang kecil.     

Ketika para tetangga sampai di rumah A Tai, mereka terkejut dengan apa yang dilihat mereka.     

Mereka melihat pria itu mengambil sebuah serpihan genteng yang tajam dan sedang menusuk tubuh wanita itu secara terus menerus.     

Kini wajah wanita itu sudah tidak dapat dikenali lagi. Sepasang matanya yang terbuka lebar masih sedang melotot. Dia mati dengan tidak tenang.     

"Oek!" Seorang Ibu yang tidak tahan pun muntah.     

Pria tua yang tadi bertanya kepada Kak Tai cepat-cepat menutup mata Kak Tai. Dia juga berbisik kepada Kak Tai untuk menyuruhnya membalikkan badan.     

Dua orang pria yang ikut ke rumah Kak Tai segera bertindak. Mereka segera maju dan menekan pria itu ke bawah lantai.     

"Dasar wanita jal*ng! Wanita j*lang. Aku mau membunuhmu! Bunuh!" Rambut pria itu kini berantakan. Sepasang matanya yang merah menggila menatap erat wanita itu. Sepertinya dia belum puas menusuk.     

Dan dengan cepat, para warga desa yang mendengar berita ini pun mulai berkumpul. Ketika mereka melihat wajah wanita itu, mereka semua merasa sangat ketakutan.     

Da Niu melihat semua ini dari samping, kemudian dia melihat lagi ke Kak Tai yang berada tidak jauh darinya. Kedua matanya segera memerah. Air mata darah pun mengalir keluar membasahi wajahnya. Dia berada di sebelah A Tai untuk beberapa saat kemudian bergegas pergi.     

Keesokan harinya, wanita itu dimakamkan dengan bantuan orang-orang desa. Sedangkan pria itu segera dihukum mati karena pembunuhan.     

Tentu saja, ini semua sudah terlambat..     

Ketika Da Niu kembali dari desa, dia langsung kembali ke kedai teh. Lu Zhou pun segera membawanya pergi.     

Setelah berpamitan dengan Lu Zhou, Lu Sheng dan yang lainnya pun langsung pulang ke daerah Selatan. Kemudian Lu Sheng berpisah dengan Chu Sihan begitu sampai di daerah Selatan.     

Sebelum kembali ke desa Liuyie, Lu Sheng sengaja mampir melihat tokonya. Dia melihat renovasi toko sudah hampir selesai. Kompornya juga sudah selesai dibuat hanya saja belum kering, sepertinya baru selesai dibuat hari ini.     

Tetapi lantai malah sangat bersih. Sepertinya lantai itu sengaja disapu terlebih dahulu.     

Lu Sheng sangat puas dengan hasil renovasi tersebut. Memang, meminta bantuan guru adalah keputusan yang paling tepat. Tidak hanya dapat diandalkan, tetapi juga sangat efisien.     

Setelah melihat toko, Lu Sheng segera keluar kota dengan delman kudanya.     

Tidak lama setelah Lu Sheng pergi, Shangguan Ling'er tiba-tiba muncul dari arah sebrang. Dia menatap ke arah kepergian Lu Sheng dengan dingin. Wanita itu tidak mengatakan satu patah pun untuk waktu yang lama.     

"Adik Ling'er, kalau kamu bersedia tinggal di sampingku, aku dapat menyingkirkan wanita itu untukmu." Chu Silin muncul entah dari mana. Dia melihat kepada Shangguan Ling'er dengan senyuman jahat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.