Gadis Lugu Liar Galak

RUMAH NENEK (2)



RUMAH NENEK (2)

0"Sudah, ayo kita berangkat kalau sudah selesai berkemas."     
0

Lu Sheng membawa masing-masing lima kaleng saus kepiting dan saus tomat. Botol kalengnya tidak terlalu besar tetapi motifnya sangat bagus. Kaleng-kaleng itu bekas dipakai saat masih di pegunungan. Akan tetapi tidak tahu guru mendapatkan kaleng-kaleng ini dari mana.     

Lu Sheng memiliki banyak kaleng seperti ini. Ketika masih di pegunungan, ia sering membuat acar di dalam kaleng tersebut. Dan setiap kali Lu Sheng menggunakan kaleng itu, guru pasti akan langsung melihat Lu Sheng dengan tatapan aneh, seolah ingin memperingatkan sesuatu. Namun setiap kali dia hanya pergi sambil menghela napas.     

Lu Sheng membawa kembali setengah keranjang kentang dan satu keranjang tomat. Baru kemudian, dia membawa delman kuda keluar dari rumahnya.     

Lu Sheng menyuruh kedua adiknya naik ke dalam delman terlebih dahulu. Dia harus mengunci pintu rumah dengan baik sebelum pergi.     

Lu Sheng pergi ke pasar. Dia membeli lima kilo daging perut dan lima kilo iga. Dia akan masak untuk neneknya.     

Desa Anmu tidak jauh dari desa Liuyue. Cukup setengah jam perjalanan dengan delman kuda. Hampir sama dengan perjalanan menuju kota.     

Lu Sheng berjalan sesuai ingatan pemilik asli tubuhnya.     

Di sekitar jalan raya ada hutan, danau, dan selokan air.     

Pantas saja, Linjiangfu tidak pernah kekeringan selama ratusan tahun. Dengan air sebanyak ini, ditambah, tempat ini juga sering hujan. Sudah pasti tidak akan kekurangan air.     

Hanya saja jalannya kurang bagus. Di mana-mana ada genangan air. Kemudian, jalannya juga tidak rapi dan bergelombang. Lu Sheng khawatir kedua adiknya akan mabuk. Namun ternyata mereka sedang tertawa dengan senang.     

Lu Sheng hanya bisa tersenyum dengan tidak berdaya. Setelah perjalanan yang bergelombang, akhirnya mereka sampai di Desa Anmu.     

"Kakak Sheng, apakah kita sudah sampai?" Lu Jiang membuka kain jendela dan bertanya.     

"Sudah mau sampai, duduklah yang baik."     

"Baik!" Lu Jiang menurunkan kain jendela dan duduk kembali ke dalam delman.     

Dari kejauhan, Lu Sheng melihat ada banyak orang yang berkumpul di depan rumah nenek.     

Lu Sheng mengerutkan keningnya. Dia memiliki firasat yang buruk.     

Ketika delman kuda mendekat, Lu Sheng mendengar suara tangis seseorang yang sudah tau. Suaranya sangat familiar, sepertinya adalah suara neneknya.     

Wajah Lu Sheng menjadi suram. Dia segera mendekatkan kembali delman kudanya.     

Lu Sheng melihat ada beberapa orang muda mendorong keluar seorang pria yang wajahnya babak belur. Mereka berkata dengan marah, "Zhang Hui, kamu sungguh tidak tahu malu. Sebagai sesama masyarakat desa, kamu seharusnya tahu kondisi rumah A Qin kan?"     

"Iya, kalian keluarga Zhang apakah tidak tahu malu? Jika bukan karena kondisi ekonomi Kak Qin yang sangat buruk, nona seperti apa saja juga bisa dia dapatkan."     

Lu Sheng melihat ke orang itu dan mengenali bahwa dia adalah paman kecilnya, He Lai.     

"Aku tidak mau tahu." Pria yang wajahnya babak belur melambaikan tangannya di udara. Dengan sombong ia berkata, "Hari ini dia harus mengeluarkan 10 tael perak, kalau tidak, jangan berani-berani membatalkan pernikahan ini."     

"Betul!" Seorang ibu yang berdiri di sebelah berkata, "Membatalkan pernikahan akan merusak reputasi anak perempuanku, dia harus mengganti rugi. Kalau tidak mau ganti rugi, maka dia harus mengeluarkan 20 tael perak sebagai maskawin."     

Lu Sheng mendengarnya. Dia sepertinya sudah mengerti seluk-beluk masalahnya.     

"Eh, Xiao Sheng, kamu kenapa bisa ke sini?" He Lai melihat Lu Sheng yang tiba-tiba muncul di hadapannya.     

Dan masyarakat baru menyadari bahwa entah sejak kapan, di samping sana sudah terdapat sebuah delman kuda yang berhenti.     

Lu Sheng turun dari delman kuda. Dia meminta He Lai menjaga kedua adiknya sebentar dan membawa barang-barang yang dibawanya. Lu Sheng berjalan masuk ke dalam halaman rumah dengan wajah tanpa ekspresi.     

Di halaman rumah, He Qin yang wajahnya babak belur kini sedang menghibur Bu Zhao yang menangis dengan sedih.     

Lu Sheng berusaha menahan rasa amarahnya. Dia tidak memperdulikan tatapan bingung dari masyarakat. Dia pun maju untuk menyapa paman dan neneknya.     

"Xiao sheng, kamu kenapa bisa di sini?" He Qin terkejut ketika melihat Lu Sheng.     

"Aku datang untuk menjenguk Nenek dan Paman!" Mendengar He Qin memanggil Lu Sheng, Bu Zhao segera menghentikan tangisannya. Bu Zhao mengangkat kedua mata yang masih berlinang air mata, "Apakah yang datang adalah A Sheng kesayangan Nenek?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.