Gadis Lugu Liar Galak

RUMAH NENEK (1)



RUMAH NENEK (1)

0Bu Lian melihat Lu Sheng, kemudian menunjukkan ekspresi khawatir, "Oh ya, Xiaosheng. Ada satu hal yang ingin aku bicarakan padamu."     
0

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Ada apa?"     

"Jadi, beberapa bulan yang lalu pamanmu sudah bertunangan, kan? Awalnya pihak wanita sudah mengatakan bahwa mas kawin yang mereka minta adalah 5 tael perak saja. Pamanmu sudah menyiapkan uang itu. Kemudian, nenekmu memberikan uang kepada kalian. Entah siapa yang membocorkan hal ini, tetapi kini pihak keluarga pengantin wanita mengetahuinya. Kini mereka datang mencari pamanmu untuk menaikkan harga mas kawin menjadi 20 tael perak. Mereka bahkan mengatakan kalau tidak dinaikkan, maka perkawinan ini dianggap batal."     

Sampai sini, Bu Lian merasa sedikit malu, "Sebenarnya masalah seperti ini tidak seharusnya aku beritahu kepada kalian anak kecil. Tapi sifat pamanmu pendiam, dan keluarga itu juga memaksa terus. Pamanmu juga tidak bisa membatalkan pernikahan ini." Bu Lian berpikir, kini Lu Ran dan Lu Sheng sudah mulai dewasa. Dia merasa mereka perlu mengetahui hal ini.     

"Tidak dapat dibatalkan?" Lu Sheng mengerutkan keningnya. "Pamanku tidak mampu memberikan uang itu, kenapa mereka masih mau memaksakan pernikahan ini?"     

Jika keluarga wanitanya seperti ini, walaupun pihak laki-laki mampu memberikan 20 tael perak pun, juga sebaiknya tidak usah menikah. Kalau tidak, ke depannya mungkin hanya akan menjadi lintah darat.     

"Siapa sangka…" Bu Lian menghela nafas, "Pihak perempuan mengatakan kalau mau membatalkan pernikahan harus mengganti rugi 10 tael perak. Kalau tidak mau, harus mengeluarkan 20 tael perak untuk mas kawin. Kamu sendiri tahu, bagaimana kondisi ekonomi nenekmu. Dari mana mereka harus mendapatkan uang sebanyak ini?"     

Lu Sheng mendengus dingin. Dia melihat Bu Lian dan berkata, "Terima kasih, Bu, sudah memberitahukan hal ini kepadaku. Aku akan menyelesaikan masalah ini."     

Bu Lian menganggukkan kepalanya, "Ibu tahu kamu pasti punya cara untuk mengatasi masalah ini. Sebenarnya nenekmu bilang jangan memberitahukan masalah ini kepada kalian. Dia tidak mau membuat kalian cemas."     

Kalau Lu Sheng masih Lu Sheng yang pendiam dan pemalu seperti dulu, dan Lu Ran masih Lu Ran yang seorang berandalan anak buah Sun Hu, Bu Lian mungkin akan menuruti apa yang dikatakan Bu Zhao, nenek Lu Sheng. Tentu Bu Lian tidak akan memberitahukan masalah ini kepada mereka.     

Tetapi Bu Lian merasa, Lu Sheng dan Lu Ran kini sudah berubah. Mereka pasti bisa menyelesaikan masalah ini.     

Setelah mengantar Bu Lian pergi, Lu Sheng segera kembali ke dalam kamar untuk berkemas. Dia membawa bajunya dan baju kedua adiknya, kemudian mengeluarkan delman kuda.     

Lu Sheng menyuruh kedua adiknya untuk mencuci tangan dan muka.      

"Kakak Sheng, kita mau kemana?" Tanya Lu Jiang sembari mengulurkan tangannya ke dalam wadah kayu yang berisi air hangat.     

"Ke rumah Nenek." Lu Sheng menjawab sambil mencuci wajah Lu Xin.     

"Hore! Ke rumah Nenek!" Lu Xin berseru dengan senang.     

Bu Zhao tidak begitu menyukai Bu Liu dan Lu Ning, tapi dia sangat menyayangi kedua anak ini.     

Dulu ketika kakinya masih kuat, Bu Zhao sering membawakan makanan enak kepada mereka, sehingga Lu Jiang dan Lu Xin sangat menyukai Nenek mereka.     

"Aku sudah lama tidak ke rumah Nenek!" Lu Jiang mencuci mukanya. Dari suaranya dapat terasa perasaan gembira.     

"Kakak Sheng, kita bawakan Nenek kentang dan tomat, ya. Nenek pasti akan senang."     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Nanti aku siapkan."     

Kemudian Lu Jiang berlari kembali ke dalam kamarnya. Dia mengeluarkan 20 koin perak yang dia simpan di dalam tempat tidur, "Kak, tolong bantu aku menyimpan dulu."     

Ini adalah uang saku yang diberikan Lu Sheng kepada Lu Jiang untuk membeli makanan ringan. Namun Lu Jiang tidak pernah memakainya.     

"Buat apa uang ini?" Lu Sheng menatap Lu Jiang dengan bingung.     

"Bibi Lian bilang kaki Nenek tidak kuat lagi. Uang ini untuk biaya dokter. Nenek pasti membutuhkan dokter." Kemudian Lu Jiang mengerutkan keningnya, "Uang ini cukup tidak ya?"     

Lu Sheng tertawa. Dia mengelus kepala Lu Jiang, "Bisa juga ya, A Jiang. Kamu cukup berbakti."     

Lu Jiang tersenyum lebar, "Hehe."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.