Gadis Lugu Liar Galak

HITAMKAN DULU WAJAHMU SEBELUM MENANGIS



HITAMKAN DULU WAJAHMU SEBELUM MENANGIS

0"Guruku! Saya mohon, tolong muridmu ini!" Lu Sheng berlutut. Sudut matanya berderai air mata. Dia berkata penuh dengan derita, "Aku di sini selain mengangkat kotoran babi, masih perlu turun ke sawah, ke kebun, dan setiap hari bekerja di bawah matahari yang terik. Aku seakan menjadi orang Afrika."     
0

Dengan wajah tanpa ekspresi, Lu Zhou melihat wajah Lu Sheng yang putih halus. Wajah muridnya ini kini tampak kemerahan di bawah cahaya lilin. Lu Zhou sendiri tidak berkata apa-apa.     

Beberapa saat kemudian dia baru membuka mulutnya, "Muridku, coba kamu ke dapur dulu. Kamu ambil sebatang arang, kemudian hitamkan dulu wajahmu itu baru kamu menangis. Bagaimana?" Kebiasaan berbohong muridnya ini tetap saja tidak pernah berubah.     

Lu Zhou masih bisa mengingat ketika Lu Sheng berusia 6 tahun, gadis itu pernah membohonginya. Lu Sheng berkata bahwa dia akan membawa kuda putih milik sang Guru untuk makan rumput di belakang pegunungan. Tapi ternyata, dia malah diam-diam turun dari pegunungan, dan terjatuh ke dalam lubang yang sangat dalam. Jika bukan karena sang Guru yang pergi mencari muridnya ini, Lu Sheng mungkin sudah mati kelaparan.     

Ketika Lu Sheng berusia 7 tahun, gadis ini membohongi sang Guru dengan berkata bahwa ada seekor musang menyelinap masuk ke dalam kandang ayam milik sang Guru. Konon musang itu menangkap dan membawa pergi ayam betina yang gemuk. Keesokan harinya ketika Lu Zhou sedang menyiram bunga, dia menemukan ada setumpuk bulu ayam di belakang halaman. Di belakang semak-semak juga tampak sisa-sisa tulang ayam, kepala ayam, dan pantat ayam, yang sudah dimasak. Ini pertama kalinya Lu Zhou melihat seekor musang yang bisa memasak ayam.     

Selain itu, ketika Lu Sheng berusia 8 tahun, untuk menghindari pelatihan, gadis itu membohongi sang Guru dengan mengatakan bahwa perutnya sakit. Pada akhirnya ketika sang Guru membawa obat ke dalam kamarnya, ia melihat Lu Sheng yang sedang berbaring di atas tempat tidur, sambil makan apel dan membaca buku dengan ketawa terbahak-bahak.     

Lalu masih ada kejadian lain saat Lu Sheng berusia 9 tahun, 10 tahun, sampai belasan tahun kemudian. Lu Sheng selalu saja membohongi gurunya. Namun meskipun Lu Sheng membohonginya, dia selalu saja mempercayai kata-kata muridnya ini. Tetapi, akibat dari kepercayaan ini adalah kebohongan yang dilakukan secara terus-menerus. Meski begitu, dirinya sangat rela.     

Mau bagaimana lagi, Lu Zhou sudah tua dan dia hanya memiliki satu orang yang sangat dekat dengan dirinya. Lagipula, Lu Sheng adalah anak kandungnya, bagaimana dia tidak memanjakannya?     

Lu Zhou juga selalu membohongi Lu Sheng. Dia mengatakan bahwa dia memungut Lu Sheng di bawah pegunungan sana. Sepertinya Lu Sheng juga sangat mempercayai kata-katanya ini.     

Lu Zhou sendiri merasa bahwa jika dibandingkan, hubungan mereka lebih pantas disebut sebagai hubungan guru dan murid, bukan orang tua dan anak. Hubungan ini juga lebih bisa diterima oleh Lu Sheng. Dia juga tidak akan bertanya siapa ibu kandungnya. Bagaimanapun juga orang itu juga sudah meninggal, tidak ada gunanya mengungkit namanya lagi.     

"Aku tidak pernah melihat guru sepelit Anda." Lu Sheng berdiri dengan tidak senang. Dia segera mengusir gurunya, "Langit sudah hampir terang. Guru, sepertinya Anda sudah harus pergi."     

Mendengar kata-kata Lu Sheng, Lu Zhao pun segera mengganti topik pembicaraan, "Bukankah kamu ingin tahu, apakah kutukan mati Tuan Chu-mu itu bisa dihilangkan atau tidak?"     

Sejenak Lu Sheng merasa ragu, namun pada akhirnya dia tetap mengalah.     

Mau bagaimana lagi, Chu Sihan bisa dikatakan sebagai teman pertamanya di dunia ini. Orang yang mementingkan hubungan dan perasaan seperti Lu Sheng mana mungkin membuang temannya hanya karena sedang marah.     

"Jadi… bisa dihilangkan tidak?"     

Lu Zhou menjawab, "Tentu saja bisa. Kamu bisa memberikan kertas hu Perubahan Takdir itu kepadanya."     

Saat ini Lu Zhou masih belum mengenal Chu Sihan. Meskipun dia tahu bahwa Chu Sihan itu orang yang baik, namun karena belum pernah bertemu, maka dia belum berniat untuk menyerahkan muridnya kepada lelaki itu begitu saja.     

"Yang guru katakan adalah kertas hu Perubahan Takdir yang Anda berikan kepadaku itu?"     

Lu Zhou menganggukkan kepalanya.     

Lu Sheng tertawa, "Aku tahu Guru pasti memiliki cara." Mengetahui kutukan Chu Sihan dapat dihilangkan, amarah Lu Sheng itu pun segera menghilang.     

Lu Zhou menghela nafas, 'Anak kecil yang dirawatnya selama ini akhirnya sudah besar.'     

Lu Zhou mengeluarkan dompetnya. Ia mengambil beberapa uang kertas dan memberikannya pada Lu Sheng, "Ini ada 5000 tael perak. Kalau kamu mau membeli sesuatu, kamu bisa pakai uang ini. Kalau kurang, bilang saja padaku."     

Melihat uang kertas ini, Lu Sheng pun segera menerimanya dengan senang hati, "Terima kasih Guru. Hehe, aku sudah tahu guru pasti tidak akan rela aku hidup susah seperti ini."     

Lu Zhou melirik muridnya itu, kemudian memberikan sebuah batu giok kepadanya, "Aku pergi dulu. Kalau mau mencariku, kamu bisa membawa batu giok ini ke penginapan Qianye yang di kota Huangyang."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.