Gadis Lugu Liar Galak

SUARA GURU



SUARA GURU

0"Jangan takut. Ada Kakak di sini." Lu Sheng menghibur kedua adiknya dengan nada lembut. Secara diam-diam dia menempelkan selembar kertas hu kedap suara di jendela delman kuda.     
0

Karena kerumunan orang semakin bertambah, maka delman Lu Sheng pun hanya bisa berjalan dengan lambat.     

Biasanya jalan menuju gerbang kota dari pasar hanya menghabiskan waktu tujuh menit. Tetapi sekarang, Lu Sheng masih belum bisa melihat gerbang kota meskipun dia sudah berada di atas delman kuda selama 15 menit.     

Setelah susah payah keluar dari gerbang kota, Lu Sheng sengaja memilih sebuah tempat yang agak sepi dan sejuk. Dia melihat ke sekitar, namun tidak ada tanda-tanda adanya roh yang dicarinya di sini.     

Jauh dari tempat Lu Sheng berada, terdapat dua roh yang sedang menghindari cahaya matahari. Akan tetapi kedua roh itu laki-laki.     

Lu Sheng mengeluarkan sebuah kertas hu. Dia memejamkan matanya dan mulai merapal mantra. Tidak lama kemudian, lima buah bayangan hitam muncul di hadapannya. Bayangan itu ada yang laki-laki dan ada yang perempuan. Mereka mengenakan baju merah, dan masing-masing membawa payung berwarna merah.     

Mereka ini adalah bayangan hitam yang waktu itu menakuti Lu Chuan. Baju mereka adalah pemberian dari Lu Sheng kepada mereka. Bahkan Lu Sheng juga merawat mereka di dalam kertas hu.     

Setelah dirawat di dalam kertas hu selama satu bulan, aura hitam mereka pun mulai memudar. Wajah mereka ketika masih hidup pun mulai nampak.     

Lu Sheng menyukai pria tampan dan wanita cantik. Roh-roh ini sengaja dipilih oleh Lu Sheng, sehingga yang dirawat di dalam kertas hu adalah roh dari pria-pria tampan dan wanita-wanita cantik.     

"Sebutkan perintah, Nyonya Majikan!" Tiga pria, dua wanita melayang di hadapan Lu Sheng. Wajah mereka menunjukkan penghormatan kepadanya.     

Lu Sheng memandangi orang-orang… Oh, bukan... roh-roh ini. Kemudian dia memerintah dengan nada kecil, "Tolong bantu aku untuk mencari roh seorang gadis yang meninggal di danau itu. Kalau ketemu, segera bawa dia kepadaku."     

"Baik!" Kemudian mereka pun pergi.     

Tidak lama setelah mereka pergi, Lu Sheng mendengar sebuah jeritan yang mengerikan. Dia mencari sumber suara itu dan melihat seorang pendeta Taoisme.     

Pendeta yang tampak baik itu sedang mereinkarnasikan kedua roh yang sedang menghindari cahaya tadi.     

Melihat keadaan ini, Lu Sheng pun membawa delman kudanya pergi sambil tersenyum.     

Saat ini, ada seorang pria yang berjalan keluar dari kerumunan dan melihat Lu Sheng yang pergi menjauh.     

Pria ini memegang sebuah pengusir lalat di tangannya. Rambutnya berwarna putih. Di atas kepalanya dia memakai topi jerami.      

Di bawah topi jerami itu, terlihat wajahnya yang sangat tampan.     

"Apa itu Shang'Er?" Pria itu bergumam sendiri. Dia mengerutkan keningnya kemudian membalikkan badan dan berjalan menuju kota.     

Sementara Lu Sheng yang sudah menjauh tiba-tiba memberhentikan kudanya dan membalikkan kepalanya. Namun yang terlihat olehnya hanyalah kerumunan masyarakat biasa. Tidak ada yang mencolok di antara kerumunan tersebut.     

"Aneh sekali!" Lu Sheng menyipitkan bibirnya. Dia kebingungan.     

'Tadi sepertinya aku mendengar guru memanggil namaku.' Kemudian ia menggelengkan kepalanya, 'Mana mungkin Guru ada di sini!'     

'Guru seharusnya tidak bisa mati. Dia seharusnya masih berada di abad 21. Pasti aku terlalu kangen kepada Guru sehingga mulai berhalusinasi.' Lu Sheng menggelengkan kepalanya dan menghela nafas lesu. Dia melepaskan kertas hu kedap suara yang di jendela delman, kemudian melanjutkan perjalanannya.     

Begitu sampai di desa Liuyue, Lu Sheng pun melihat ada beberapa orang ibu-ibu yang turun dari delman sapi. Nenek Ge dan Nenek Song ada di antara mereka.     

"Xiaosheng, kalian juga sudah pulang, ya?" Kedua nenek ini melihat Lu Sheng sudah sampai. Wajahnya yang tadi masih kelelahan kini pun mulai menunjukkan senyuman.     

"Xiaosheng, kamu terlambat. Tadi aku dengar di danau dekat gerbang kota sana ada yang meninggal dunia, apa kabar itu benar?" Seorang ibu bertanya.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Benar."     

"Mengerikan sekali!" Ibu itu menepuk dadanya, kemudian berkata, "Tadi ketika kami mau pulang, kami melihat ada yang mengawal di danau sana. Tapi kami tidak berani bertanya. Paman Gao itu yang sangat penasaran, jadi dia pergi bertanya. Makanya kami bisa tahu."     

Paman Gao adalah kusir delman sapi yang membawa mereka pulang.     

Lu Sheng tersenyum. Dia mengobrol sebentar dengan mereka, lalu membawa delman kudanya pulang ke rumah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.