Gadis Lugu Liar Galak

TAKUT



TAKUT

0Di luar kota Huangyang ada sebuah danau. Danau ini dipenuhi dengan bunga teratai yang membentang lebih dari sepuluh mil. Sayangnya pada musim ini, buah teratai sudah tua sehingga tidak seenak seperti saat masih muda.     
0

Lu Jiang mengendarai delman kuda melewati danau tersebut. Di dalam delman, selain Lu Jiang dan Lu Xin masih ada dua orang tua yang berasal dari desa. Mereka akan menjual telur di pasar.     

Sesampainya di pasar, kedua orang tua tersebut pun turun dari delman Lu Sheng dengan membawa keranjang telur mereka, "Terima kasih Lu Sheng. Kami sudah sampai. Lanjutkanlah urusanmu."     

"Nenek, jam berapa kalian pulang?" Lu Sheng bertanya. Kedua nenek ini adalah lansia desa Liuyue yang sangat ramah. Meskipun mereka sudah berusia lebih dari enam puluh tahun, namun mereka tetap bekerja dengan rajin. Pekerjaan sehari-hari mereka kalau bukan ke sawah maka mereka akan ke pegunungan untuk memungut kayu bakar. Kalau tidak, mereka akan pergi ke pasar untuk menjual telur hasil panen sendiri.     

Lu Sheng tidak keberatan sekalian menjemput mereka ketika pulang.     

"Kami pulang setelah telur-telur ini habis terjual." Nenek Ge tersenyum, "Kamu tidak perlu mengkhawatirkan kami, dekat gerbang sana banyak delman sapi, kok."     

Nenek Song juga menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Betul yang dikatakan nenek Ge-mu."      

Lu Sheng juga menganggukkan kepalanya, "Nanti kalau aku pulang lebih awal, aku akan datang untuk menjemput kalian."     

"Boleh." Kedua nenek tersenyum sambil menganggukkan kepala mereka.     

Sekolah Lu Ran berada di daerah timur. Jaraknya masih jauh dari daerah selatan. Membutuhkan waktu kira-kira satu jam perjalanan, sehingga Lu Sheng pun membawa kedua adiknya sarapan dulu sebelum berangkat lagi.     

Awalnya sekolah tersebut berada di dalam desa. Akan tetapi, karena gurunya pindah ke kota, maka para murid di desa pun ikut ke sini.     

Tempatnya tidak luas. Akan tetapi daerahnya sepi dan sangat cocok untuk mereka belajar. Lalu, suasana lingkungannya jauh lebih bagus daripada desa Liuyue.     

Penjaga pintu adalah istri guru. Dia bermarga Huang. Ia adalah seorang ibu yang penampilannya tampak jujur dan sifatnya baik.     

Mendengar Lu Sheng mau mencari Lu Ran, tanpa pertanyaan lebih lanjut, ia pun membiarkan mereka masuk ke dalam.     

Sekarang adalah waktunya untuk pulang sekolah. Di sekolah terdapat murid-murid yang pergi untuk mencari makan. Selain itu, ada yang sedang membaca buku di belakang.     

Bu Huang menyuruh Lu Sheng untuk duduk dulu. Ia pun segera berjalan ke belakang untuk memanggil Lu Ran.     

Tidak lama kemudian, Lu Ran pun muncul.     

Lu Sheng benar-benar tidak menyangka, dalam waktu dua bulan, Lu Ran yang sebelumnya berkulit gelap, kini menjadi putih.     

Wajahnya memang tidak buruk. Ditambah lagi kulitnya sekarang menjadi putih. Dengan mengenakan pakaian seragam pelajarnya, kewibawaannya pun mulai bisa dirasakan.     

"Kakak Ran " Lu Sheng memanggil Lu Ran. Kemudian, Lu Jiang dan Lu Xin juga memanggilnya dengan suara kecil.     

"Kenapa kalian bisa berada di sini?" Lu Ran melihat mereka datang. Wajahnya yang selalu tanpa ekspresi kini menunjukkan sebuah senyuman.     

"Aku datang mengunjungimu, sekaligus membawakan beberapa barang untukmu." Lu Sheng memberikan satu tas kepada Lu Ran, "Di dalamnya berisi beberapa baju yang kubuat. Lalu, ini adalah pena, tinta, dan batu tinta yang aku bawa dari Linjiangfu."     

Pena, tinta, dan batu tinta itu dipilihkan oleh Chu Sihan dan dia yang membayarnya. Hanya tiga barang ini saja harus membayar dengan lima ratus tael perak.     

Waktu itu, hanya melihatnya saja sudah cukup membuat Lu Sheng sakit hati. Untung bukan menggunakan uangnya. Kalau tidak, meskipun ini untuk Lu Ran, ia tetap tidak bisa merelakannya.     

"Barang-barang seperti ini aku ada, lain kali jangan membuang-buang uang lagi." Karena ketiga barang tersebut kini terbungkus di dalam kain, jadi Lu Ran pun hanya mengomel dua kata saja dan tidak melanjutkannya lagi.     

"Apa kalian sudah makan?" Lu Ran bertanya kepada Lu Jiang dan Lu Xin.     

Lu Jiang menganggukkan kepalanya, dengan nada kecil ia menjawab, "Sudah makan. Tadi Kakak Sheng membawakan kami mie, ada yang pakai daging."     

Sedangkan Lu Xin, ia langsung menyembunyikan diri di belakang Lu Sheng. Ia menundukkan kepalanya dan tidak mengatakan apapun.     

Lu Sheng melihat situasi ini, ia pun menghela napas. Kedua anak ini sepertinya sangat takut kepada Lu Ran. Dari ingatan pemilik asli, sepertinya Lu Ran tidak pernah memarahi ataupun memukul mereka.     

Adapun sikap Lu Ran terhadap mereka...     

Sepertinya memang terlalu serius.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.