Gadis Lugu Liar Galak

DASAR ANAK INI!



DASAR ANAK INI!

0"Maksudmu ini?" Lu Zhou mengeluarkan pena dan memperlihatkannya pada Chu Sihan.     
0

Mata Chu Sihan bersinar. Kemudian dia menganggukkan kepala, "Betul!"     

Lu Zhou memutar pena tersebut lalu dengan sombong dia mengangkat dagunya dan berkata, "Barang ini disebut pena, buatanku sendiri. Di alam semesta ini hanya ada satu buah ini saja."     

Melihat Lu Zhou, Lu Sheng memutar matanya. Namun dia tetap tidak tega membongkarkan kebohongannya ini.     

"Putra Mahkota membuatnya sendiri?" jarang sekali Chu Sihan merasa kagum pada seseorang. Namun kini dia sangat mengagumi Lu Zhou, "Bolehkah hamba melihatnya?"     

Lu Zhou menganggukkan kepalanya dengan angkuh, "Ini, hati-hati, jangan sampai rusak."     

Mendengar perkataan Lu Zhou, Chu Sihan merasa perlu berhati-hati. Setelah dia mengamati pena tersebut dengan teliti, di dalam hatinya dia membatin, 'Bagaimana bisa Putra Mahkota memiliki ide untuk membuat barang seperti ini? Bagaimana pula dia memasukan cairan tinta ke dalam alat itu?'     

Putra Mahkota Ketiga ini sungguh hebat sekali!     

Lu Zhou berdeham, kemudian dengan ragu berkata, "Waktu itu aku tiba-tiba mendapat inspirasi, jadi aku pun langsung membuatnya."     

"Guru, mengapa Anda sangat percaya diri?" Lu Sheng yang berada di samping sudah tidak tahan lagi dan mengejek Lu Zhou. Kemudian dia menjelaskannya pada Chu Sihan, "Tuan jangan mau dikelabui oleh guruku. Barang ini bernama "Pena". Sebenarnya ditemukan oleh seseorang yang bernama Waterman."     

"Waterman?" Chu Sihan mengerutkan keningnya, nama ini terdengar aneh, "Dia berasal dari mana?"     

Lu Sheng menjawab, "Dia sudah meninggal."     

"Ternyata begitu." Chu Sihan merasa kecewa. Barang sebagus ini alangkah baiknya jika bisa dijual bebas dan digunakan oleh masyarakat umum.     

"Kamu ini... apa tidak bisa membiarkan Guru menyombongkan diri sebentar?" Lu Zhou melirik Lu Sheng kesal.     

Anak macam apa Lu Sheng ini? Setiap hari hanya memikirkan cara agar gurunya bisa meninggal cepat agar dapat mewarisi hartanya. Kalau tidak, dia selalu membongkar kebohongannya. Dia tidak pernah mau sejalan dengan pikiran gurunya. Dasar anak ini!     

"Huh!" Lu Zhou mendengus. Lalu dia melirik Lu Sheng dan bertanya, "Ketika kamu berbohong kepada gurumu ini, kenapa kamu tidak memikirkan kata-kataku?"     

Lu Sheng tertawa "Hehe, kali ini berbeda. Guru adalah keluargaku. Lagi pula yang aku katakan semuanya adalah kebohongan demi kebaikan, kan?"     

"Kebohongan demi kebaikan?" Lu Zhou mengangkat alisnya, "Jadi ketika kamu mencampurkan cabe ke dalam teh goji guru, lalu berkata bahwa itu adalah buah goji, apa hal tersebut juga termasuk kebohongan demi kebaikan?"     

Di kehidupan lampau, di halaman rumah Lu Zhou ditanami sejenis buah cabe kecil. Buahnya kecil seperti buah goji. Lalu, karena Lu Sheng ingin bercanda dengan Lu Zhou, maka dia pun mengeringkan buah cabe di bawah cahaya matahari. Kemudian dia mencampurkan ke dalam buah goji milik Lu Zhou.     

Lu Zhou tidak pernah merasa curiga pada muridnya ini. Ketika dia melihat Lu Sheng menyeduhkan teh goji untuknya sembari tersenyum, dia langsung merasa tersentuh. Namun, setelah meneguk teh tersebut, dia langsung tersedak. Air mata Lu Zhou sampai mengalir karena cabai yang pedas tersebut.     

Lalu, Lu Sheng yang berhasil dalam melakukan tingkah nakalnya pun tertawa terbahak-bahak.     

Lu Sheng merasa bersalah ketika mendengar perkataan Lu Zhou yang mengungkit masalah tersebut, "Waktu itu aku masih kecil, masih polos, dan tidak tahu apa-apa!" Saat itu Lu Sheng masih berusia delapan tahun. Peristiwa tersebut sudah lama. Lu Sheng pun tidak menyangka gurunya ternyata lebih dendam daripada dirinya.     

Chu Sihan merasa tertarik dengan cerita mengenai kejahilan yang dilakukan Lu Sheng ini. Dia seolah-olah bisa melihat adegan itu secara langsung, tanpa terasa Chu Sihan pun tertawa.     

Lu Sheng dan Lu Zhou secara bersamaan menoleh ke arah Chu Sihan. Chu Sihan tampak tidak berekspresi. Dia pun segera berdeham dan menutup rapat mulutnya.     

"Apa Tuan mau pena?" Lu Sheng mengangkat alisnya dan bertanya sambil tersenyum.     

"Iya." Chu Sihan menganggukkan kepalanya, "Tapi Putra Mahkota berkata hanya ada satu saja."     

Mendengar Chu Sihan menginginkan pena, Lu Zhou pun segera menyimpan penanya dengan baik. Ketika Lu Zhou datang ke dunia ini, dia hanya membawa satu pena saja di dalam cincin ruangannya. Jika Lu Sheng bersikeras meminta padanya, maka Lu Zhou pun tidak memiliki pena lagi.     

Lu Sheng mendengus cuek ketika melihat gerak-gerik Lu Zhou. Kemudian, Lu Sheng mengeluarkan sebuah pena dari gelang ruangannya untuk menghindari tatapan mata Chu Sihan. Lalu, dia memberikan pena tersebut pada Chu Sihan, "Tuan, ini untukmu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.