Gadis Lugu Liar Galak

HASIL PANEN



HASIL PANEN

0"Lu Chuan tidak mungkin melakukan hal seperti ini!" Mata Bu Zheng berkilat, "Pasti tadi dia hanya kebetulan lewat. Ketika melihat ada yang akan menyelinap masuk ke Rumah Lu Sheng, dia pasti sedang menghalangi mereka." Kejahatan ini tidak boleh diakui, lagipula barang-barang Lu Sheng juga tidak hilang. Lu Sheng sendiri juga tidak dapat membuktikan bahwa Lu Chuanlah yang membawa orang ke sini dan membawa obat bius itu.     
0

"Rumah kalian jauh di sana. Mengapa sudah larut malam dia berjalan lewat sini? Kamu kira kami ini bodoh?" Kepala desa bertanya dengan nada dingin.     

Lu Daming menepuk pipi Lu Chuan agar dia bisa bangun dan cepat-cepat menjelaskan kepada semua orang.     

"Ayah, di rumah mereka ada hantu, ada banyak hantu. Tepat di belakang Lu Sheng, mereka sedang melihatku, aa~, mereka melayang ke arahku, Ayah, tolong!" Seorang pria dewasa yang sudah berusia 19 tahun kini memeluk ayahnya dan menangis ketakutan.     

Lu Daming melihat kearah Lu Sheng dengan aneh. Akan tetapi dia tidak menemukan apapun.     

Ada yang mencibir, "Hei~ kini kau tertangkap basah. Apa kau ingin menggunakan cara seperti ini untuk melepaskan diri dari masalah?"     

Lu Sheng memberikan peringatan dengan wajah dingin, "Lain kali jika ada hal seperti ini lagi, maka aku akan mematahkan kakinya dan membawanya ke kantor polisi."     

Bu Zheng tertawa lepas. Dia segera menepuk bahu Lu Daming. Lalu mereka berdua pun segera membawa Lu Chuan yang ketakutan pergi dari rumah Lu.     

Sedangkan mereka yang masih berdiri di depan rumah Lu Sheng mulai merasa curiga. Bagaimanapun reaksi Lu Chuan tadi sepertinya bukan palsu. Apalagi sejak Lu Sheng kehilangan jejak dan kembali lagi. Di rumah keluarga Lu sepertinya sering muncul hantu.     

Rumah Lu ini... jangan-jangan benar-benar ada sesuatu yang tidak bersih?     

Mereka teringat lagi pada waktu itu. Bu Liu pernah mencari pendeta Taoisme ke sini. Lu Dahua juga pernah mencari seorang ibu pendeta dari desa sebelah. Tanpa alasan, siapa yang akan mencari pendeta Taoisme ke rumah? Pasti ada sesuatu di dalam rumah. Memikirkan hal ini, mereka pun merasakan suhu sekitar yang dingin dan merinding. Lalu mereka semua mulai bubar.     

Lu Sheng memahami mereka semua. Akan tetapi ia tidak mengatakan apapun dan ia tetap dengan sopan mengantarkan mereka pergi.     

"Lu Sheng, Jangan khawatir. Mereka tidak berani datang lagi. Kalau masih berani, bapak akan mengusir mereka dari desa kita." Kepala desa menghibur Lu Sheng sejenak. Kemudian, ia pun pergi juga.     

Setelah itu, Lu Sheng juga mengantarkan Liang Ping dan Bu Chen yang masih berada di depan pintunya untuk pergi, kemudian barulah ia kembali ke rumah sambil tersenyum.     

Beberapa bayangan hitam tersebut kini berbaris rapi. Mereka sedang menunggu pujian dari Lu Sheng.     

"Nantinya, setiap malam aku akan melepaskan kalian keluar. Jika ada yang ingin menyelinap masuk, kalian boleh mengusir mereka, bahkan boleh mematahkan kaki mereka, mengerti?"     

Beberapa bayangan hitam itu menganggukkan kepalanya.     

Lu Sheng tersenyum dengan puas. Ia menguap dan berjalan kembali ke kamarnya. Kemudian, dia tidur.     

Satu bulan kemudian.     

Sejak malam itu, selain keluarga Liang, kepala desa, dan istrinya, tidak ada lagi yang berani masuk ke dalam rumah Lu Sheng.     

Lu Sheng mengambil kesempatan ini untuk membuatkan Lu Ran, Lu Jiang dan Lu Xin baju baru. Mesin jahit yang ia gunakan adalah hadiah dari gurunya. Dia menyimpannya di dalam gelang ruangannya.     

Ketika masih di pegunungan, guru sudah sering membuatkan baju kepadanya sedari kecil. Setelah tumbuh besar, Lu Sheng pun mempelajari cara membuat baju dengan gurunya. Tidak lama kemudian, dia pun berhasil mempelajari keahlian itu.     

Ketika Lu Sheng tidak menggunakan mesin jahitnya, biasanya ia menyimpannya di dalam gelang ruangan karena ia tidak berani memperlihatkan barang yang seharusnya tidak muncul di dunia ini kepada orang lain.     

"Kakak Sheng, tomat ini sudah merah!" Lu Xin yang tadinya memetik tomat merah segera berlari menuju kamar Lu Sheng dan memperlihatkannya pada Lu Sheng.     

Lu Sheng yang sedang melipat rapi bajunya itu menolehkan kepalanya. Kemudian, dia menepuk kepala Lu Xin, "Kalau sudah merah, makanlah saja."     

"Kakak Sheng, kentang ini juga sudah berbuah. Tadi aku melihat salah satu buah kentang muncul sedikit dari tanah. Jadi aku pun menggalinya, ada lima buah."     

Lu Jiang ikut masuk dengan membawa kentang bersama Lu Xin. Di wajahnya masih ada bekas noda tanah. Namun, wajahnya penuh dengan kegembiraan karena memetik hasil panen.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.