Gadis Lugu Liar Galak

KEKUATAN LUAR BIASA



KEKUATAN LUAR BIASA

0Di atas meja, tampak makanan enak dan arak enak. Bahkan berbagai jenis nasi yang jarang mereka makan juga tersedia. Mereka semua pun makan dengan puas dan kenyang.     
0

Di Kota Huangyang sering turun hujan. Akibatnya, hasil panen petani tidak begitu bagus. Maka setelah membayar pajak, sisa hasil panen untuk disimpan sendiri tidak begitu banyak.     

Masyarakat jadi hidup sangat hemat. Biasanya mereka tidak mengkonsumsi banyak nasi. Bahkan, mereka hanya akan mengukus nasi pada saat Imlek atau hari besar lainnya saja.     

Inilah salah satu alasan mengapa anak kecil sangat menyukai Imlek.     

Setelah mengantar Pak Kepala Desa dan Keluarga Liang pulang, Lu Sheng mulai membereskan piring-piring kotor.     

Awalnya Nyonya Fang, Bibi Yu, dan Ibu Chen ingin membantunya, tetapi Lu Sheng tidak mengijinkannya.     

Selesai mencuci piring, ia pun membantu kedua adiknya mandi. Setelah semua usai, tidak terasa hari sudah petang.     

Lu Sheng berbaring di atas tempat tidurnya. Ia memikirkan kata-kata yang dikatakan Chu Yun kepada Chu Sihan. Entah mengapa firasatnya terasa buruk mengenai masalah ini.     

Status Keluarga Deng di Kota Huangyang tidak kalah dengan Keluarga Chu dan Keluarga Shangguan. Ada yang mengatakan bahwa properti milik Keluarga Deng hampir setara dengan Keluarga Yu. Dapat ditaksir bahwa harta yang dimiliki Keluarga Deng sangatlah banyak.     

Deng Rumeng pernah berkata bahwa Hakim Shangguan bersekongkol dengan Zhao Wei. Kini Zhao Wei sudah tertangkap, maka dia pun tidak perlu ditakutkan lagi.     

Tapi masih ada Hakim Shangguan. Ia pasti merasa kesal melihat uang sebanyak ini masuk ke dalam kas negara, sedangkan dirinya sendiri tidak mendapatkan satu koin perak pun.     

Jika tebakannya tidak salah, kali ini Chu Sihan ingin kembali ke Linjiangfu. Tujuan utamanya adalah untuk segera mengantar harta tersebut ke Jingcheng.     

Kini jumlah harta tersebut sudah dilaporkan oleh Chu Sihan. Jika ia tidak berhasil mengantarkan harta ini dengan aman, maka kemungkinan besar akan dianggap telah menipu Kaisar.     

Kini yang Lu Sheng takutkan jika Tuan Shangguan berkomplot dengan Chu Silin. Bisa saja mereka diam-diam melakukan sesuatu kemudian mengkambing hitamkan perbuatannya pada Chu Sihan.     

Bagaimana dengan Chu Sihan nanti?     

Lu Sheng juga tidak mengerti apa yang dikhawatirkannya. Ketika ia tersadar dari lamunannya, hari sudah sangat malam.     

Keesokan harinya, Lu Sheng pergi ke kandang babi Bibi Yu mengambil dua ember kotoran babi. Kotoran ini akan ia manfaatkan untuk memupuk kebun sayurannya.     

"Anak ini badannya kelihatan kurus dan kecil, tapi ternyata memiliki kekuatan yang luar biasa." Gumam Bibi Yu ketika ia melihat Lu Sheng dengan mudah membawa dua ember penuh kotoran babi.     

Sambil menyiram kebun, Lu Sheng teringat kata-kata yang pernah dikatakan Chu Sihan.     

Kemarin, Chu Sihan mengatakan dirinya akan pergi esok lusa. Ini artinya besok. Hanya saja ia tak tahu jam berapa Chu Sihan akan berangkat.     

Sembari berpikir, ia melangkah ke belakang halaman untuk melihat kepiting dan udang karangnya. Melihat peliharannya hidup dengan sehat, ia pun menghela nafas lega.     

Lu Sheng berjalan kembali ke halaman depan menemani Lu Jiang dan Lu Xin berbicara sebentar, kemudian memasakkan mereka sesuatu untuk sarapan, baru ia pergi ke rumah kepala desa.     

"Nak Sheng?" Nyonya Fang melihat Lu Sheng. Dengan ramah ia segera menyambutnya untuk minum teh di rumah.     

"Ibu sudah makan? Aku datang mencari Pak Kepala Desa."     

Nyonya Fang menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Sudah, Nak. Dia sedang minum teh di dalam."     

Kehidupan keluarga Tao tentu saja jauh lebih baik daripada keluarga lain di desa. Tao Jia sendiri adalah pengusaha daun teh, maka rumah kepala desa tidak pernah kekurangan teh yang enak.     

"Nak Sheng datang? Sini, sini. Ayo duduk." Kepala desa melihat kedatangan Lu Sheng. Ia menyambutnya dengan ramah, kemudian menuangkan secangkir teh kepadanya.     

Lu Sheng tersanjung dan menerimanya dengan kedua tangannya. Ia menyesap seteguk teh kemudian meletakkannya kembali di atas meja.     

"Hari ini aku datang karena ada sesuatu yang ingin aku tanyakan. Dari Huangyang menuju Linjiangfu memerlukan waktu berapa hari?"     

"Tidak jauh. Kalau dengan delman kuda, kira-kira sepuluh hari sudah bisa sampai."     

Setelah menjawab pertanyaan Lu Sheng, Kepala Desa pun bertanya penasaran, "Untuk apa kamu menanyakan hal ini? Jangan-jangan kamu mau ke Linjiangfu?"     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya, "Ada sedikit urusan."     

Kepala desa menganggukkan kepalanya dan bertanya lagi, "Apa uangmu cukup? Kalau tidak cukup, tidak perlu segan, bilang saja. Bapak memang bukan orang yang kaya raya, tapi kalau hanya beberapa puluh tael perak, bapak juga punya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.