Gadis Lugu Liar Galak

INDRA PENCIUMAN YANG SENSITIF



INDRA PENCIUMAN YANG SENSITIF

0Mereka tidak percaya, Lu Sheng pun merasa malas untuk mengatakannya lagi.     
0

Saat ini Chu Yun sedang berjalan mendekat. Ia berkata bahwa Chu Sihan baru saja memanggil Lu Sheng.     

Lu Sheng berpamitan kepada pasangan ibu dan anak tersebut. Ia segera berdiri dan berjalan ke arah Chu Sihan.     

"Apa yang kalian bicarakan?" Chu Sihan menuangkan semangkuk teh sambil bertanya kepada Lu Sheng.     

"Tidak ada. Kami hanya mengobrol saja." Jawab Lu Sheng sembari melirik ke arah kedua ibu dan anak itu.     

Lu Sheng bertanya kepada Chu Sihan dengan nada ramah, "Sudah berapa tahun kedai teh ini berdiri?"     

Kedai teh ini berlokasi di tempat yang terpencil. Meskipun tidak mewah tetapi kedai ini sudah berdiri selama 10 tahun. Bagi Chu Sihan yang sering lewat pasti memiliki kesan tersendiri terhadap kedai teh ini.     

"Sudah lumayan lama." Chu Sihan menjawab.     

Chu Yun yang berada di sampingnya menambahkan, "Iya, sudah lumayan lama. Tapi seingatku, waktu kami pulang ke Huangyang, pemilik kedai teh ini sepertinya bukan suami istri ini."     

"Oh?" Lu Sheng mengangkat alisnya, "Lalu wajah dan penampilan pemilik sebelumnya itu seperti apa?"     

"Seorang pria berumur sekitar 30 tahunan, tapi sangat gagah. Ia memiliki dua orang anak laki-laki yang sudah remaja. Biasanya mereka sering membantu di kedai."     

Meskipun daya ingatnya tidak sebanding dengan tuannya, namun memorinya sendiri lumayan bagus. Ia pasti tidak salah.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya setelah mendengar kata-kata Chu Yun, "Baiklah." Kemudian ia menundukkan kepalanya untuk melihat lantai yang ada di bawah meja. Senyum manis terkembang di wajahnya.     

"Kamu juga menyadarinya?" Chu Sihan bertanya.     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya. Karena nada obrolan orang lain lebih keras, jadi nada bicara mereka bertiga pun tidak begitu terdengar.     

Gadis kecil dari ibu tadi tiba-tiba mengambil sebuah kain lap, lalu berjalan menuju meja mereka.     

Lu Sheng segera mengganti topik pembicaraannya. Ia bertanya pada Chu Yun mengenai makanan khas apa yang enak di Linjiangfu.     

Meskipun Chu Yun biasanya kelihatan bodoh, namun ia tidak pernah ceroboh pada saat seperti ini. Ia pun memberikan beberapa nama makanan khas Linjiangfu, seperti Ziyugao yang terbuat dari ubi ungu, Jin Nuomi Tuanzi yang merupakan kukus bakso babi yang dilapisi beras ketan, dan beragam nama makanan lain. Mendengar nama-nama makanan tersebut, Lu Sheng sudah bisa merasakan bahwa makanan ini pasti sangat enak.     

Gadis kecil itu tidak mendapatkan informasi yang berguna. Menyadari Lu Sheng sedang memperhatikannya, ia pun segera menunjukkan sebuah senyuman yang manis dan polos. Lu Sheng juga membalas senyumannya dengan senyuman yang tidak kalah lembut.     

Setelah gadis itu pergi lagi, Chu Yun baru berbisik, "Tuan juga baru sadar ada dupa yang menyala di bawah meja, jadi ia pun menyuruh saya memanggil Nona Lu ke sini. Namun ternyata Nona Lu juga mengetahuinya."     

Indra penciuman Lu Sheng lebih sensitif daripada orang biasa, sehingga waktu mereka masuk ke dalam kedai teh tersebut, ia sudah mencium aroma yang sangat samar tetapi aneh itu. Awalnya ia pikir hanya untuk mengusir nyamuk. Bagaimanapun juga di luar hutan belantara ini pasti ada banyak nyamuk, sehingga sangat masuk akal jika membakar dupa untuk mengusir nyamuk. Tetapi, saat Lu Sheng menuang air teh , ia baru menyadari ada hal yang tidak benar.     

Air teh itu sendiri tidak beracun, tapi jika menghirup aroma dupa dan aroma teh secara bersamaan, maka akan muncul aroma lain.     

Karena aroma teh terlalu kuat, maka aroma dupa yang samar itu mudah terabaikan. Inilah mengapa Lu Sheng dengan 'tidak sengaja' menumpahkan mangkuk teh tadi. Meja teh tersebut memiliki sebuah lubang, jika air teh tertumpah, maka airnya pun akan menyiram dupa itu hingga mati. Warna dupa tersebut hampir sama dengan warna lantai tanah. Dupa itu juga sangat pendek sehingga susah untuk menemukannya.     

Semua orang yang tadi masih terdengar berisik, kini telah pingsan.     

Lu Sheng, Chu Sihan, dan Chu Yun saling memandang. Secara bersama-sama mereka memegang dahi kemudian menjatuhkan diri ke tanah.     

"Chu Sihan ini tidak sehebat yang dikatakan orang. Kewaspadaannya begitu rendah. Aku tidak mengerti apa yang ditakutkan Guru darinya."     

Terdengar suara "Phak!". Kain lap yang ada di tangan gadis tadi dibuang olehnya ke atas meja.     

Sedangkan suaranya yang tadi masih terdengar seperti suara gadis kecil, kini berubah menjadi suara wanita dewasa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.